Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala penyakit

yang disebabkan oleh menurun/rusaknya sistem kekebalan tubuh pada manusia

karena terserang virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV merupakan

masalah kesehatan yang cukup serius menjadi momok tersendiri bagi masyarakat

dunia.1 Di negara Indonesia upaya penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS

masih menjadi hambatan, salah satu alasannya adalah stigma dan diskriminasi

terhadap penderita HIV/AIDS (ODHA) masih tinggi. 2 Akibat yang muncul dari

situasi tersebut adalah ODHA akan mengucilkan diri dan menjauh dari informasi

terhadap HIV/AIDS.3

Anemia merupakan keadaan dimana jumlah sel darah merah tidak mencukupi

kebutuhan fisiologis tubuh, dimana konsekuensinya ialah penurunan kapasitas angkut

oksigen. Golongan yang termasuk anemia adalah laki-laki dewasa dengan Hb <130g/l

dan Hb <120g/l. Mean Corpuscular Volume (MCV) digunakan untuk membedakan

tipe-tipe anemia. Nilai rujukan MCV adalah 80–95fL. Nilai MCV dibawah nomal

disebut anemia mikrositik dan nilai MCV diatas normal disebut anemia makrositer.16

Tujuan penanganan anemia adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan

hemoglobin ≥12 g/dL pada laki-laki dan ≥11 g/dL pada wanita.14 Pengawasan

terhadap kadar hemoglobin harus dilakukan secara rutin. (8)

1
2

Anemia merupakan masalah hematologi yang sering dijumpai pada infeksi

HIV. Anemia pada infeksi HIV meningkatkan morbiditas dan mortalitas pendeerita

HIV/AIDS. Faktor resiko yang meningkatkan kejadian anemia pada infeksi HIV

anatar lain kadar CD4, jumlah viral load, BMI, Zidovudin, Wanita, stadium klinis,

dan kandidiasis oral. Tujuan penatalaksanaan anemia adalah mengembalikan dan

mempertahankan kadar hemoglobin normal. Strategi penatalaksanaan anemia pada

infeksi HIV diawali dengan eksklusi penyebab anemia yang dapat diobati dan

skrining teratur.

Anda mungkin juga menyukai