Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM

CHECKLIST PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN


Nama :...........................................................
NIM :...........................................................
NILAI
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI :
Pemeriksaan abdomen adalah tindakan yang dilakukan pada daerah
perut (abdomen)
TUJUAN :
1. untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak.
2. untuk menunjang pemeriksaan pada tahap pengkajian.
3. menunjang diagnostik
INDIKASI :
1. pada pasien yang baru masuk rumah sakit.
2. pada pasien yang akan dilakukan pemeriksaan fisik
PELAKSANAAN
Tahap Pre Interaksi
a. Melakukan verifikasi data
b. Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.

1
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis
serta tidak mengancam.
6. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.
9. Membuat kontrak waktu (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan).
c. Persiapan Alat
1. Handscoon
2. Stetoskop
3. Buku catatan
4. penggaris
d. Mencuci tangan
e. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
f. Persiapan lingkungan
Sampiran
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik.
2. Panggil klien dengan nama yang disenangi.
3. Memperkenalkan nama perawat.
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien.
5. Menjelaskan kerahasiaan.
Tahap Kerja
 Atur posisi Pasien dengan keadaan berbaring.
 Lakukan tindakan pemeriksaan fisik
abdomen dengan cara :
Inspeksi
 Anjurkan pasien untuk menekuk kaki terlebih
dahulu

2
 Lihat ukuran dan bentuk perut.
 Amati warna perut, lihat apakah terdapat
lebam atau tidak.
 Amati adanya gerakan dinding perut atau
tidak.
Auskultasi
 Pada pemeriksan abdomen dilakukan
auskultasi selama satu menit terlebih dahulu.
 Auskultasi dengan cara menempatkan
diafragma stetoskop pada dinding abdomen
pada regio epigastrium, regio kanan atas,
regio kanan bawah, regio kiri bawah, dan
regio kiri atas.
 Lakukan auskultasi selama satu menit dengan stetoskop
untuk mendengarkan adanya suara peristaltik usus.
 normalnya terdengar setiap 5 sampai 20 detik
 Peristaltik usus terdengar nyaring atau
meningkat jika terjadi obstruksi traktus gastro
intestinal.
 Dan peristaltik usus menurun terjadi pada
peritonitis atau ileus. Suara bising (bruit)
kemungkinan dapat terdengar di seluruh
permukaan perut pada koarktasio aorta
abdominalis, apabila suara ini juga terdengar
pada daerah renalis bagian posterior,
kemungkinan dapat terjadi konstriksi pada
salah satu arteri renalis.
Palpasi
 Lakukan palpasi di dinding abdomen,
tanyakan apakah ada nyeri tekan atau tidak.

3
 Raba, apakah ada ketegangan dinding perut.
 Lakukan palpasi dengan cara meletakkan
tangan kiri pemerikasa di bagian posterior
tubuh dan jari telunjuk menekan massa ke
atas sementara tangan kanan melakukan
palpasi. Lakukan pada daerah
Palpasi hepar
 Letakkan tangan kiri anda di belakang
penderita sejajar dan menopang iga 11 dan
12.
 Ingatkan penderita untuk rileks
 Tekankan tangan kiri ke ventral sehingga
hati akan mudah teraba dari depan.
 Letakkan tangan kanan anda pada perut sisi
kanan lateral otot rektus dengan ujung jari
tangan tepat di bawah daerah pekak hati.
 Arah jari bisa ke arah cranial penderita.
 Minta penderita menarik nafas dalam. Raba
tepi hepar yang menyentuh jari anda. Catat
dan berikan tanda pada tempat hati teraba.
 Lakukan penilaian ukuran hati, bentuk tepi
hati, permukaan, konsistensi , nyeri tekan
atau tidak.
 Untuk mengetahui pembesaran hati dilakukan
pengukuran jarak dari tepi kanan arkus kosta
pada garis midklavikula ke arah garis yang
dibuat. Palpasi pada daerah hepar(normal
umur 5-6 tahun, teraba 1/3 dengan tepi tajam,
konsistensi kenyal, permukaan rata, dan tidak
ada nyeri tekan).

4
Palpasi Murphy’s sign
 Posisikan pasien terlentang
 Tekan dengan jari tangan kanan pemeriksa
pada tepi iga pada titik yang terletak pada
batas lateral m. rectus dengan tepi costae
kanan
 Minta pasien untuk menarik napas dalam
 Tekan dan tanyakan apakah ada rasa nyeri
atau tidak
Palpasi Lien
 Palpasi lien sesuai irama pernapasan pasien
menurut garis schuffnern dari spina illaca
anterior superior kea rah arcus costae sinistra
melalui umbilicus, dengan menyuruh pasien
untuk napas dalam.
 Tanyakan apakah ada nyeri atau tidak
 Kemudian miringkan badan pasien kearah
kanan dan lakukan tindakan yang sama.
Palpasi limfa (normal masih teraba 1-2 cm
dibawah arkus kosta)
Pada orang dewasa yang normal limpa tak teraba,
palpasi limpa baru teraba bila terjadi
abnormalitas. Langkah melakukan palpasi limpa
pada intinya sama dengan hepar, yang
membedakan hanya tempat melakukan palpasi.
Palpasi limpa dilakukan pada batas bawah tulang
rusuk kiri dengan menggunakan pola seperti pada
palpasi hepar.
Palpasi Ginjal
 Palpasi ginjal (normal tidak teraba, kecuali

5
pada neonatus .
 Dalam melakukan palpasi ginjal kanan,
letakkan tangan kiri di bawah panggul dan
elevasikan ginjal ke arah anterior.
 Letakkan tangan kanan pada dinding perut
anterior pada garis midclavicularis dari tepi
bawah batas costa.
 Tekankan tangan kanan secara langsung ke
atas sementara pasien menarik nafas
panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal
tidak teraba tetapi pada orang yang sangat
kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat
dirasakan.
 Bila ginjal teraba, rasakan mengenai kontur
(bentuk), ukuran, dan adanya nyeri tekan.
 Untuk melakukan palpasi ginjal kiri lakukan
di sisi seberang tubuh pasien, dan letakkan
tangan kiri di bawah panggul kemudian
lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal
kanan.
Palpasi Kandung Kemih
Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan
menggunakan satu atau dua tangan. Kandung
kemih teraba terutama bila mengalami distensi
akibat penimbunan urin
perkusi
 Melakukan perkusi pada 9 lapang
abdomen, sembari menyebutkan hasil
perkusi : “terdengar suara timpani
pada seluruh lapang abdomen”

6
 Lakukan perkusi melalui epigastrium, secara simetris
menuju bagian bawah abdomen dengan penilaian :
 normal bunyi timpani pada seluruh lapangan
abdomen
 sedangkan bunyi abnormal kemungkinan
terjadi obstruksi saluran gastro intestinal,
ileus dan lain-lain dan jika suara mulai redup
yang berpindah dari umbilikus ke sisi perut,
maka adanya asites. (shifting dullness).
Perkusi hepar
 Perkusi ringan perut di linea medioklavikularis kanan di bawah
level umbilikus ke arah
cranial (mulai dari daerah timpani kedaerah pekak).
 Beri tanda tempat perubahan pekak yang merupakan batas
bawah hati
 Perkusi ringan dinding dada di linea medioklavikularis kanan
dari cranial ke caudal (mulai
dari daerah sonor ke daerah redup).
 Beri tanda batas peralihan ke redup.
 Ukur panjang antara 2 tanda tersebut yang merupakan ”liver
spans” (lebar hati).
 Bila hati membesar perkusi tempat lain dan beri tanda batas tepi
hati.
Liver span normal : 6-12 cm pada linea medioklavikularis kanan
sedangkan pada linea mid
sternalis 4-8 cm
 Lakukan perkusi di linea midsternalis untuk mengukur area
redup hepar.
Tes pekak alih
 Posisikan pasien terlentang

7
 perkusi dari area umbikalis menuju lumbalis dekstra sampai
terdengar perubahan suara timpani sampai redup
 Ulangi pemeriksaan dengan posisi pasien miring.
 Kemudian laporkan apakah ada perubahan tempat peralihan
suara timpani ke redup pada kedua posisi tersebut. Tes pekak
alih positif/negative
 Bila asites (+) pekak akan bergeser ke bawah dan timpani ke
atas.
Ketok Ginjal
 Posisikan pasien untuk duduk
 Lakukan penekanan atau pukulan pada sudut costovertebrae
 Tanyakan apakah ada nyeri atau tidak
Tes Undulasi
 Posisikan pasien terlentang
 Suruh pasien untuk membentuk tangan seperti gelombang diatas
perut dan ditekan
 Ketuk salah satu sisi abdomen dengan ujung jari dan rasakan
getaran ketukan dengan tangan pada sisi abdomen yang lain
 Tanyakan apakah ada terasa aliran getaran atau tidak pada sisi
abdomen yang berlawanan
 Jika terdapat aliran/getaran berarti ada dugaan asites
Tes Apendisitis
 Posisikan pasien terlentang
 Cari dengan teliti daerah nyeri tekan
 Rasa sakit daerah kuadran kanan bawah mungkin menunjukkan
apendisitas
 Rasakan dengan spasme otot
 Tekan dalam-dalam pada kuadran kanan bawah
 Kemudian lepaskan secara mendadak
 Tanyakan apakah ada nyeri lepas/tekan atau tidak

8
 Rasa sakit pada kuadran kanan bawah pada waktu kiri bawah
ditekan menunjukkan Rasving positif
 Rasa sakit pada kanan bawah pada waktu tekanan dilepas
menunjukkan penjalaran nyeri tekan-lepas positif
Tes PSOAS sign
 Letakkan tangan di atas lutut kanan pasien
 Minta pasien untuk mengangkat lututnya melawan tangan anda
 Tanyakan apakah ada nyeri atau tidak
Tes Obturator Sign
 Tekuk tungkai penderita pada sendi paha dengan lutut menekuk
 Kemudian putarlah ke dalam
 Tanyakan apakah ada nyeri atau tidak
 Nyeri pada daerah hipogastik kanan menunjukkan tanda
obturator positif, berarti terdapat iritasi otot obturator
 Suruh pasien untuk duduk dan suruh untuk batuk
 Tanyakan apakah ada nyeri atau tidak

Tahap Terminasi
1. Meyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan.
2. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan.
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
5. Merapikan alat-alat.
6. Berpamitan dengan pasien.
Tahap Dokumentasi
Catat hasil pemeriksaan

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan

9
1 = dikerjakan tetapi tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna

10

Anda mungkin juga menyukai