Anda di halaman 1dari 7

CHECKLIST PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA

Nama : .

No. Mahasiswa : .

Nilai
Aspek yang Dinilai
0 1 2
Definisi :
Kanula nasal merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman. Kedua kanula
dengan panjang sekitar 1,5 cm muncul dari bagian tengah selang sekali pakai
dan diinsersikan ke dalam hidung. Oksigen diberikan melalui kanula dengan
kecepatan aliran sampai 6 liter/menit.

Tujuan :
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan
oksigen minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.

Persiapan Alat :
Stetoskop
Penggaris kecil
Pensil gambar
Bantal kecil
Tahap Pra Interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan Alat-alat
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
1. Dekatkan alat ke samping klien
2. Jelaskan tindakan dan tujuan
3. Cuci tangan
4. Lakukan pemeriksaan :
a) Inspeksi
(1) Atur posisi klien
Letakkan klien pada posisi supine
Letakkan satu bantal di bawah kepala dan lutut klien
Tutupi dada klien dengan baju periksa, hanya buka daerah
abdomen.
Letakkan selimut pada daerah pubis dan tutupi daerah kaki.
(2) Visualisasi kuadran atau region abdomen
Visualisasi garis horizontal dan vertikal yang membagi
abdomen kedalam 4 kuadran dan 9 region.
Visualisasi organ atau struktur yang ada di bawahnya.
(3) Tentukan kontur atau kesimetrisan abdomen
Observasi bentuk abdomen antara batas tulang rusuk dengan
simpisis pubis. Pemeriksa melakukan observasi abdomen pada
posisi setinggi mata (pemeriksa duduk dan berlutut).
Observasi kesimetrisan abdomen : pertama observasi pada
posisi berdiri di samping klien, kemudian berdiri di depan kaki
tempat tidur/meja periksa dan bandingkan sisi kiri dan kanan
abdomen. Periksa bila ada tonjolan atau massa
(ketidaksimetrisan bentuk) dan apakah ada distentsi kandung
kemih atau tidak. Distensi kandung kemih dapat dilihat dari
bagian suprapubis.
(4) Observasi lokasi dari umbilicus : apakah berada di tengah-tengah
abdomen, inverted atau menonjol; perhatikan kebersihan dan tanda-
tanda implikasi.
(5) Observasi kulit abdomen :
Periksa adanya skar (luka jaringan parut), striae, pembesaran
vena, lecet atau kemerahan pada kulit, dan adanya ostomi.
Obserbasi lokasi dan karakteristiknya.
(6) Observasi pergerakan dinding abdomen
Pergerakan abdomen dapat berupa pulsasi atau gelombang
peristaltik.
b) Auskultasi
(1) Auskultasi bising usus
Gunakan diafragma stetoskop
Mulai auskultasi pada daerah RLQ
Perhatikan karakter dan frekuensi bising usus
Hitung bising usus minimal selama 60 detik.
(2) Auskultasi bunyi vaskular dan friction rub
Gunakan bell stetoskop
Dengarkan pada daerah abdominal dan arteri renalis, iliaka, dan
femoralis. Letakkan bell stetoskop pada daerah sejajar dengan
garis midklavikula di samping aorta di atas umbilicus.
Pada umunya tidak ada bunyi yang terdengar, teteapi pada
dewasa muda mungkin bisa terdengar bunyi dan hal ini
dianggap normal. Pada dewasa kurus, pulsasi arteri renalis
dapat terdengar.
Untuk mendengarkan friction rub auskultasi abdomen,
dengarkan suara yang kasar dan mengganggu. Dan dengarkan
dengan teliti pada daerah hepar dan limpa.
Friction rub disebabkan oleh 2 organ yang
bersentuhan/bergesekan atau satu organ yang bergesekan
dengan peritoneum. Friction rub di dalam abdomen biasanya
menujukkan adanya tumor, infeksi atau peritonitis yang
memerlukan evaluasi medis lebih lanjut.
c) Perkusi
Suara abdomen yang terdengar pada perkusi yaitu timpany, dullness
(redup), dan hiperresonance.
(1) Perkusi pada hepar
Perkusi pada abdomen untuk menentukan batas atas dan bawah
atau tinggi hepar.
Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilikus bergerak ke atasa
sepanjang garis midklavikula kanan.
Suara yang pertama terdengar adalah timpani. Bila suara
berubah menjadi dullness, pemeriksa dapat mengidentifikasi
batas bawah hepar.
Beri tanda titik dengan pena. Hal ini biasanya pada batas tulang
rusuk.
Perkusi ke arah bawah dari ICS ke-4 sepanjang garis
midklavikula kanan. Suara pertama yang terdengar seharusnya
adalah resonance, karena pemeriksa melakukan perkusi pada
paru-paru.
Lanjutkan perkusi ke bawah sampai terdengar bunyi dullness.
Ini adalah batas atas hepar. Beri tanda titik !
Batas atas biasanya setingkat dengan ICS ke-6. Jarak antara
kedua titik kurang lebih 6-12 cm.
Perkusi sepanjang garis midsternum dengan teknik yang sam
seperti sebelumnya. Ukuran hepar pada garis midsternum
kurang lebih 4-9 cm.
(2) Perkusi Limfa : Untuk menetukan ukuran dan lokasi limfa.
Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis
midaksila kiri (splenic dullness) biasnyan terdengar dari
ICS ke-6 sampai dengan ke-10.
(3) Palpasi dan perkusi kandung kemih untuk mengetahui lokasi dan
isinya.
Lakuakn palpasi untuk mengetahui fundus kandung kemih
(kurang lebih 5-7 cm)
Setelah mengetahui fundus, lalu lakukan perkusi.
Perkusi dilakukan di atas region suprapubik, kandung
kemih jika terisi penuh oleh urin akan terdengar suara redup
(dullness).
(4) Perkusi ginjal
Atur posisi klien menjadi posisi duduk membelakangi
pemeriksa.
Observasi sudut kostovertebral, perhatikan warna dan
kesimetrisan.
Palpasi area sudut kostovertebral kiri dan amati reaksi klien
dan tanyakan apa yang dirasakan.
Lakukan hal yang sama pada bagian kanan.
Perhatian: jangan lakukan perkusi dan palpasi apabila
diketahui ada riwayat nyeri, jangan lakukan perkusi dan
palpasi apabila diperkirakan klien menderita tumor ginjal.
Palpasi akan meningkatkan tekanan intraabdominal yang
dapat memudahkan penyebaran.
Lakukan perkusi untuk mengakaji ginjal lebih lanjut
dengan cara : 1) letakkan telapak tangan tidak dominan di
atas sudut kostovertebral, 2) Lakukan perkusi atau
tumbukkan di atas telapak tangan dengan menggunakan
kepalan tangan dominan, 3) ulangi prosedur untuk bagian
kanan.
d) Palpasi
Palpasi abdomen dilakukan untuk menentukan ukuran dan letak organ,
ketegangan, otot, adanya massa, nyeri, dan adanya cairan.
Identifikasi daerah yang nyeri sebelum memulai palpasi dan palpasi
pada daerah yang nyeri dilakukan terakhir. Pemeriksa menggunakan
baik itu palpasi dangkal maupun palpasi dalam. Tangan pemeriksa
harus hangat. Klien harus serileks mungkin.
(1) Palpasi abdomen dangkal
Letakkan telapak tangan dan jari pada abdomen.
Tekan abdomen dangkal dan pada jari.
Pindahkan tangan ke seluruh 4 kuadran dengan cara
mengangkat tangan kemudian meletakkannya pada
daerahyang lain. Jangan menggeser atau menarik tangan
pada permukaan kulit.
(2) Palpasi abdomen dengan tekanan sedang
Lakukan seperti langkah no. 1 (palpasi dangkal)
Berikan penekanan abdomen kurang lebih (5 cm)
Pastikan untuk melakukan palpasi pada ke-4 kuadran secara
teratur urutannya.
Untuk klien yang gemuk/klien dengan pembesaran
abdomen, gunakan teknik bimanual : letakkan jari tangan
yang tidak dominan diatas tangan yang dominan.
Identifikasi ukuran organ di bawahnya, apakah ada nyeri
atau massa.
(3) Palpasi hepar
Pemriksa berdiri di sisi kanan klien
Letakkan tangan kiri di bawah toraks posterior kanan pada
tulang rusuk ke-11 dan ke-12 (pinggang).
Instruksikan klien untuk relaks di atas tangan kiri
pemeriksa.
Angkat daerah tulang rusuk dengan tangan kiri.
Letakkan tangan kanan pada abdomen (RUQ) atau di
bawah batas bawah hepar kemudian tekan ke dalam dank e
atas sepanjang batas lengkung tulang rusuk.
Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam. Pada saat
inhalasai perawat meraba tepi hepar.
Secara normal hepar tidak teraba kecuali pada beberapa
klien yang kurus. Bila teraba normal tepi hepar halus,
tegas dan tidak nyeri.
(4) Palpasi limfa
Pemeriksa berdiri di sisi kanan klien
Letakkan kanan kiri di bawah lengkung rusuk sebelah kiri
dan lengkung tersebut untuk memindahkan posisi limfa ke
anterior.
Tekan ujung jari-jari tangan kanan ke dalam batas tulang
rusuk kiri ke arah klien.
Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam melalui
mulut. Karena diafragma akan turun dan limfa bergerak kea
rah ujung-ujung jari tangan kanan pemeriksa. Akan tetapi
biasanya limfa tidak teraba kecuali ada pembesaran yang
jelas.
(5) Palpasi ginjal
Posisi supinasi, palpasi dilakukan di sebelah kanan
Letakkan tangan kiri di bawah abdomen di antara tulang iga
dan lengkung iliaka. Tangan kanan di bagian atas.
Anjurkan klien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke
bawah sementara tangan kiri mendorong ke atas.
Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan.
e) Rapikan alat-alat
f) Cuci tangan
Tahap terminasi
1. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :

0 = Tidak dikerjakan

1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna

2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek
()

Anda mungkin juga menyukai