Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN
A. ABDOMEN
Abdomen (perut) merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat
beberapa organ tubuh yang penting, yaitu lambung, usus, hati, limpa, dan ginjal. Bentuk
abdomen yang normal adalah simetris, baik pada orang gemuk maupun kurus. Abdomen
menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan, misalnya kehamilan, tumor
dalam rongga abdomen, tumor ovarium, atau tumor kandung kemih. Abdomen dapat
membesar setempat, misalnya pembengkakan hati, ginjal, limpa, atau kandung empedu.
Permukaan abdomen normal tampak halus, lembut dengan kontur datar, melingkar, atau
cekung. Apabila ada pembesaran, kulit abdomen menjadi tegang, licin, dan tipis.
Untuk mempermudah pemeriksaan, secara anatomis abdomen dibagi menjadi
empat kuadran dan sembilan bagian. Pembagian abdomen ke dalam kuadran-kuadran
dilakukan dengan cara membuat garis vertikal bayangan/imajiner yang ditarik dari
prosesus xifoideus ke simfisis pubis dan membuat garis horisontal bayangan yang
melintang pada umbilikus. Dari dua garis bayangan tersebut , akan timbul empat daerah
abdomen, yaitu:
1. Pada kuadran kanan atas terdapat organ hati, empedu, duodenum, pankreas, ginjal
kanan, dan fleksura hepatika.
2. Pada kuadran kiri atas terdapat organ lambung, lien, pankreas, ginjal kiri dan fleksura
lienalis.
3. Pada kuadran kanan bawah terdapat organ caecum, apendix, ovarium dan tuba falopi
kanan.
4. Pada kuadran kiri bawah terdapat organ sigmoid, ovarium dan tuba falopi kiri.
Pembagian abdomen menjadi sembilan daerah dilakukan dengan cara membuat
dua garis vertikal bayangan yang lurus dari titik tengah ligamentum inguinale ke arah
superior dan dua garis horisontal bayangan, yaitu satu garis setinggi batas bawah tulang
rusuk dan satu garis yang lain setinggi krista iliaka.
Teknik yang digunakan dalam melakukan pengkajian abdomen adalah inspeksi,
auskultasi,

perkusi,

dan

palpasi.

Sebelum

melakukan

pengkajian,

perawat

mempersiapkan pasien sehingga hasil pengkajian yang diperoleh akan lebih akurat.
Perawat menganjurkan pasien membuka baju untuk memajankan daerah abdomen.
Pasien diminta berbaring di tempat dengan permukaan datar. Kepala pasien diatur sedikit
ke atas bantal. Pasien dianjurkan relaks dengan kedua tangan diletakkan disamping tubuh
serta dianjurkan bernapas secara bebas. Perawat dapat berdiri atau duduk di sebelah

kanan pasien. Sebelum mulai melakukan pengkajian, perawat perlu memastikan bahwa
ruangan, peralatan, dan pemeriksaan telah dipersiapkan serta pasien sudah diberi tahu.
1. INSPEKSI
Perawat dapat mengobservasi klien selama aktivitas layanan rutin. Perawat
mencatat postur klien dan mencari adanya bukti-bukti pembelatan abdomen,
berbaring dengan lutut ditarik, atau bergerak gelisah di tempat tidur. Klien yang bebas
dari nyeri abdomen tidak akan membungkuk atau membelat abdomen. Untuk
menginspeksi gerakan atau bayangan abnormal pada abdomen, perawat berdiri di sisi
kanan klien dan melakukan inspeksi dari atas abdomen. Dengan posisi duduk untuk
melihat tegak lurus pada abdomen.
Cara Kerja Inspeksi :
a. Atur posisi yang tepat
b. Lakukan pengamatan bentuk abdomen secara umum, kontur permukaan
abdomen, dan adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan.
c. Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi.
d. Amati pertumbhan rambut dan pigmentasi pada kulit secara lebih teliti.
KULIT
Perawat menginspeksi kulit abdomen untuk warna, adanya jaringan parut, pola
vena, lesi, dan striae ( tanda guratan-guratan ). Kulit tersebut memiliki warna yang
sama dengan bagian tubuh lainnya. Pola vena normalnya samar, kecuali pada klien
yang kurus. Striae terjadi akibat peregangan jaringan karena obesitas atau kehamilan.
Jaringan parut menunjukkan trauma atau pembedahan di masa lampau yang
menimbulkan perubahan permanen pada anatomi organ di bawahnya. Memar dapat
mengindikasikan cedera kecelakaan, penganiayaan fisik, atau jenis gangguan
pendarahan.
UMBILIKUS
Posisi, bentuk, warna, atau massa yang menonjol harus diperhatikan. Normalnya
umbilikus datar atau cekung hemisfer di tengah antara prosesus sifoideus dan simfisis
pubis. Warnanya sama dengan kulit sekitarnya.

KONTUR DAN SIMETRISITAS


Perawat menginspeksi kontur, kesimetrisan, dan gerakan permukaan abdomen,
memperhatikan adanya massa, penonjolan atau distensi. Abdomen datar membentuk

bidang horisontal dari prosesus sifoideus sampai simfisis pubis. Gas intestinal, tumor,
atau cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan distensi ( pembengkakan ).
Jika disensi bersifat menyeluruh, maka keseluruhan abdomen akan menonjol. Kulit
sering tampak tegang, seperti diregangkan diatas abdomen. Jika gas menyebabkan
distensi, panggul tidak menonjol. Klien diminta miring ke satu sisi,. Tonjolan akan
terbentuk pada sisi yang menggantung jika cairan meruapakan penyebab distensi.
Pada obesitas, abdomen besar, gulungan jaringan adiposa terdapat di sepanjang
panggul, dan klien tidak mengeluh sesak pada abdomen.
PEMBESARAN ORGAN ATAU MASSA
Sambil mengobservasi kontur abdomen, perawat meminta klien menari nafas
dalam dan menahannya. Kontur tersebut harus tetap halus dan simetris. Manuver ini
mendorong diafragma ke bawah dan mengurangi ukuran rongga abdomen. Organorgan yang membesar di rongga abdomen bagian atas (misalnya hati atau limpa) dapt
menurun ke bawah rongga iga sehingga menyebabkan tonjolan
GERAKAN ATAU PULSASI
Jika klien mengalami nyeri yang hebat, gerakan pernapasan tersebut akan hilang,
dan klien mengencangkan otot-otot abdomennya untuk mengatasi nyeri ini. Pada
inspeksi yang lebih cermat perawat dapat melihat gerakan peristaltik dan pulsasi
aortik dengan melihat ke arah abdomen dari samping untuk mendeteksi gerakan.
2. AUSKULTASI
Perawat melakukan auskultasi untuk mendengarkan dua suara abdomen, yaitu
bising usus (peristaltik) yang disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan
sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah.
Cara kerja auskultasi :
a. Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan bagian diafragma stetoskop bila
ruang pemeriksaan dingin.
b. Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Bising usus dapat meningkat
setelah makan.
c. Tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan. Bagian diafragma digunakan
untuk mendengarkan bising usus, sedangkan bagian bel (sungkup) untuk
mendengarkan suara pembuluh darah.
d. Letakkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area empat
kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltik aktif dan suara deguk yang
secara normal terdengar 5 sampai 20 detik dengan durasi kurang atau lebih
dari satu detik.

e. Letakkan bagian bel (sungkup) stetoskop diatas aorta, arteri renalis, dan arteri
iliaka. Dengarkan suara-suara arteri. Auskultasi aorta dilakukan dari arah
superior ke umbilikus. Auskultasi arteri renalis dilakukan dengan cara
meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen atau ke arah kanan kiri garis
abdomen bagian atas mendekati panggul. Auskultasi arteri iliaka dilakukan
dengan cara meletakkan stetoskop pada area bawah umbilikus di sebelah
kanan dan kiri garis tengah abdomen.
f. Letakkan bagian bel stetoskop di atas area preumbilikal 9sekeliling umbilikus)
untuk mendengarkan bising vena(jarang terdengar).
3. PERKUSI
Perkusi dilakukan untuk mendengarkan/mendeteksi adanya gas, cairan, atau massa
di dalam abdomen. Perkusi juga dilakukan untuk mengetahui posisi limpa dan hepar.
Bunyiperkusi pada abdomen yang normal adalah timpani, namun bunyi ini dapat
berubah pada keadaan-keadaan tertentu.
Cara perkusi abdomen :
a. Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam
b. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri tekan
c. Lakukan perkusi pada daerah timpani dan redup. Suara timpani mempunyai
nada lebih tinggi daripada resonan. Suara timpani dapat didengarkan pada
rongga atau organ yang berisi udara. Suara redup mempunyai ciri nada lebih
rendah atau lebih datar daripada resonan. Suara ini dapat didengarkan pada
massa yang padat, misalnya keadaan asites, keadaan distensi kandung kemih,
serta pembesaran atau tumor hepar dan limpa.

4. PALPASI
Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan
telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai
kuadran. Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperti hepar, ginjal,
limpa dengan metode bimanual/2 tangan. Palpasi merupakan metode yang dilakukan
paling akhir pada pengkajian abdomen. Sebelum melakukan palpasi, perawat dapat
menghangatkan tangannya terlebih dahulu. Palpasi abdomen pasien dengan tangan
yang dingin akan membuat pasien secara refleks mengencangkan otot-otot
abdomennya sehingga akan menyulitkan pengkajian. Untuk melakukan palpasi
ringan, perawat meletakkan telapak tangan pada abdomen pasien dengan jari-jari
paralel terhadap abdomen. Jari-jar digerakkan dengan agak melingkar dan ditekankan
ke bawah kira-kira sedalam 1 cm atau sedalam jaringan subkutan. Selama melakukan

palpasi ringan, perawat tetap memperhatikan ekspresi wajah pasien dan menganjurkan
pasien untuk memberi tahu area-area yang mengalami nyeri tekan.
Cara Palpasi Hepar :
a. Berdiri di samping kanan pasien
b. Letakkan tangan kiri anda pada dinding toraks posterior kira-kira pada tulang
rusuk ke-11 atau 12
c. Tekan tangan kiri anda ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada
d. Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan dengan
membentuk sudut kira-kira 45 dari otot rektus abdominis atau paralel
terhadap otot rektus abdominis dengan jari-jari ke arah tulang rusuk
e. Sementara pasien ekshalasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 cm ke arah
bawah pada batas bawah tulang rusuk
f. Sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak menentang tangan
anda yang secara noral terasa dengan kontur reguler.
g. Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan.
Cara Palpasi Limpa :
a. Anjurkan pasien untuk miring ke sisi kanan sehingga limpa lebih dekat dengan
dinding abdomen
b. Lakukan palpasi pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan pola
seperti pada palpasi hepar.
Cara Palpasi Ginjal :
a. Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri anda di bawah
panggul, dan elevasikan ginjal ke arah anterior.
b. Letakkan tangan kanan anda pada dinding abdomen anterior di garis
midklavikula pada tepi bawah batas kosta
c. Tekan tangan anda secara langsung ke atas sementara pasien menarik napas
panjang.
d. Bila ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk), ukuran, dan amati adanya nyeri
tekan
e. Untuk melakukan palpasi ginjal kiri, lakukan di sisi kiri tubuh pasien, dan
letakkan tangan kiri anda dibawah panggul dan kemudian lakukan seperti
tindakan pada palpasi ginjal kanan.
B. Rektum dan anus
Waktu terbaik untuk melakukan pemeriksaan rektal adalah setelah pemeriksaan
genital.Biasanya pemeriksaan ini tidak dilakukan pada anak-anak kecil atau
remaja.Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kanker kolorektal pada tahap awal.Pada pria
pemeriksaan rektal juga dapat mendeteksi tumor prostat.

Pemeriksaan rektal dapat terasa tidak nyaman dan memalukan, sehingga perawat
harus menggunakan pendekatan yang tenang, perlahan dan hati-hati.Penjelasan langkahlangkah prosedur membantu klien rileks dan mengurangi ketidaknyamanan selama
pemeriksaan digital.Pada wanita pemeriksaan dapat dilakukan setelah pemeriksaan
genetalia masih dalam posisi doso rekumben dan posisi miring kiri (Sim). Sedangkan
laki-laki paling baik diperiksa dengan memintanya membungkuk ke depan dengan
pinggul fleksi dan tubuh atas bersandar pada meja pemeriksaan. Klien yang tidak
berambulasi dapat diperiksa dengan posisi sim.Klien diselimuti pada bagian anal saja
yang terpajan.Perawat menggunakan sarung tangan sekali pakai pada pemeriksaan ini.
1. INSPEKSI
Perawat

memulainya

dengan

menginspeksi

area

perianal

dan

sakrokoksigeus.Kulit harus halus dan tidak ada kerutan.Perawat mencari adanya


benjolan, ruam, inflamasi, ekskoriasi, dan eskar.Infeksi jamur dapat menyebabkan
iritasi perianal.Dengan menggunakan tangan nondominan, perawat meretraksi bokong
secara perlahan untuk menginspeksi anus.Jaringan anal normalnya lembap dan tanpa
rambut dibandingkan dengan kulit perianal.Jaringan tersebut lebih kasar dan lebih
berpigmen gelap.Anus ditahan oleh sfingter otot eksternal secara volunter.Perawat
menginspeksi jaringan anal untuk adanya lesi, hemoroid eksternal (dilatasi vena yang
tampak seperti penonjolan kemerahan), fisura dan fistula, inflamasi, ruam, atau
perubahan warna.Kemudian, perawat meminta klien untuk mengejan seperti ketika
defekasi. Adanya hemoroid internal, fistula, fisura, atau polips akan muncul pada saat
ini. Umumnya lapisan anal dalam keadaan utuh.
2. PALPASI MANUAL
Beberapa institusi tidak mengizinkan perawat melakukan pemeriksaan dengan
tangan.Jika kebijakan mengizinkan, peserta didik perawat harus didampingi
pemeriksa yang berpengalaman saat melakukan pemeriksaan pertama.
Perawat

melumasi

jari

telunjuk

tangan

dominan

yang

bersarung

tangan.Jelaskan prosedur tersebut, dan kemudian klien diminta untuk mengejan secara
perlahan seperti ketika defekasi.Pada saat sfingter anal rileks, ujung jari perawat
dimasukkan secara hati-hati ke dalam kanal anal ke arah umbilikus.Normalnya klien
merasa seperti ketika feses sedang keluar.Perawat tidak boleh menggunakan inseri
digital, agar jaringan mukosa tidak cedera.
Kanal anal berada pada bagian distal saluran gastrointestinal.Kanal tersebut
meluas lurus kea rah umbilikus sebelum membelok masuk ke rektum yang berlapis

mukus.Anus mengandung banyak serat saraf sensorik.Sehingga penggunaan


manipulasi digital dapat sangat menyakitkan.Pada persambungan kana anal dan
rectum, balon rektum keluar dan berputar secara posterior ke dalam lubang koksik
dan sakrum.
Di awal perawat mencatat tonus sfingter anal pada saat otot menutup rapat jari
perawat.Setelah meminta klien mengencangkan sfingter disekitar jari, perawat
mencatat tonus singter.Sfingter tersebut harus mengencang secara merata tanpa
adanya rasa tidak nyaman.Sfingter yang lemah dapat mengindikasi masalah
neurologis.Nyeri rektal akut merupakan hal yang tidak normal.Iritasi, fisura,
hemoroid yang teronflamasi atau konstipasi keras dapat menjadi sumber
ketidaknyamanan.Di atas kanal perawat mempalpasi setiap sisi dinding rektal untuk
adanya nyeri tekan, ketidakteraturan, polip, massa, atau nodul. Didimg tersebut harus
terasa rata dan halus.Setelah jari masuk sepenuhnya klien diminta untuk mengejan
kembali.
Pada pria, perawat memutar tangannya sehinggar jari mempalpasi dinding
rektal anterior. Kelenjar prostat dapat dipalpasi secara anterior sebagai struktur
berbentuk bulat, berbentuk hati berdiameter kira-kira 2,5 sampai 4cm dengan benjolan
kurang dari 1cm ke dalam rektum. Alur medial kecil memisahkan kelenjar tersebut
menjadi dua lobus lateral. Perawat mempalpasi ukuran, bentuk, dan konsistensi
prostat.Kelenjar tersebut normalnya keras, tanpa bogginess, nyeri tekan, atau
nodul.Pengerasan atau nodul dapat mengindikasikan adanya lesi kanker. Pembesaran
prostat diklasifikasikan berdasarkan jumlah penonjolan ke dalam rectum tahap I
adalah penonjolan 1-2cm, tahap II, 2-3cm, tahap III 3-4cm, tahap IV lebih dari 4cm
(Seidel et al, 1995).
Pada wanita, palpasi serviks melalui dinding rektal anterior bisa saja
dilakukan. Sering tersamar serviks atau tampon yang dipasang dengan tumor rektal
Setelah palpasi selesai perawat menarik jarinya secara perlahan dan
mengobservasi adanya feses.Feses normalnya berwarna coklat.Adanya mukus, darah,
atau feses berwarna hitam, seperti ter harus diaporkan. Untuk wanita yang dicurigai
menderita

penyakit

menular

seksual,

kultur

rektal

harus

diambil

untuk

mengesampingkan infeksi silang dari rabas vagina. Perawat membersihkan area


perianal sebelum melanjutkan pemeriksaan selanjutnya.
C. GENETALIA

1. GENETALIA WANITA DAN SALURAN REPRODUKSI


Pemeriksaan genetalia wanita dilakukan dengan
menggunakan

pendekatan

yang

tenang

dan

baik jika perawat

rileks.Pemeriksaan

ginekologis

merupakan pengalaman yang paling sulit untuk orang dewasa.Latar belakang budaya
dapat menambah rasa malu.Kenyamanan diciptakan dengan posisi dan penyelimutan
yang tepat.Setiap pemeriksaan harus dijelaskan terlebih dahulu sehingga klien dapat
mengantisipasi tindakan perawat.Remaja dapat meminta kehadiran orangtua di kamar
pemeriksaan.
Klien dapat memerlukan pemeriksaan yang lengkap terhadap organ reproduksi
wanita, yang mencakup pengkajian genetalia eksternal dan pemeriksaan vagina.
Penting bagi perawat untuk memahami prosedur pemeriksaan tersebut karena dokter
akan membutuhkan bantuan perawat. Pemeriksaan harus menjadi bagian dari setiap
layanan kesehatan preventif karena kanker uterus memiliki angka insiden yang tinggi
dan kanker ovarium menyebabkan lebih banyak kematian daripada kanker sistem
reproduksi wanita lainnya (ACS, 1995)
Persiapan klien
Alat-alat khusus untuk pemeriksaan lengkap:
a. Meja pemeriksaan dengan sanggurdi
b. Spekulum vagina dengan ukuran yang tepat
c. Sumber cahaya yang dapat diukur
d. Baskom
e. Sarung tangan bersih sekali pakai
f. Slide mikroskopik dari kaca dan coverslip
g. Spatula plastik/cytobrush
h. Hairspray
Peralatan harus sudah siap sebelum pemeriksaan dimulai.Klien diminta untuk
berkemih sehingga urine tidak keluar secara tidak sengaja selama pemeriksaan dan
untuk melakukan tes skrining urine. Bantu klien untuk melakukan posisi litotomi, di
tempat tidur atau di meja periksa untuk pengkajian genetalia eksternal. Bantu klien
untuk naik ke sanggurdi ketika akan menjalani pemeriksaan speculum. Minta klien
menstabilkan setiap kaki pada sanggurdi dan kemudian minta ia menggeser
bokongnya ke bawah ke tepi meja periksa. Perawat menempatkan tangan di tepi meja
dan menginstruksikan klien untuk bergeser sampai menyentuh tangan tersebut.Lengan
klien harus berada di samping otot-otot abdomen.
Seorang wanita yang mengalami nyeri atau deformitas sendi mungkin tidak
biasa melakukan posisi litotomi.Pada situasi ini klien perlu meminta bantuan perawat
untuk meregangkan paha klien.Posisi miring juga dapat digunakan dengan klien
miring ke kiri dan paha serta lutut kanan ditarik ke arah dada.Selimut segiempat

diberikan pada klien.Ia memegang salah satu ujung untuk menutupi sternumnya, dua
sudut lainnya di setiap lutut, dan sudut keempat menutupi perineum.
GENETALIA EKSTERNAL
Area perineal harus disinari dengan baik.Perawat menggunakan sarung tangan
pada kedua tangan untuk mencegah kontak dengan organisme infeksius.Perineum
sangat sensitif dan lunak.Cara yang terbaik adalah menyentuh paha yang berdekatan
terlebih dahulu sebelum berlanjut ke perineum.
Untuk mengkaji maturitas seksual, kuantitas dan distribusi pertumbuhan
rambut harus diperhatikan.Rambut tidak boleh menyebar sampai ke abdomen.Rambut
harus bebas dari telur kutu dank utu.Kulit yang berada di bawahnya harus bebas dari
inflamasi, iritasi, dan lesi.
Perawat menginspeksi karakteristik permukaan labia mayora.Kulit perineum
halus, bersih, dan sedikit lebih gelap dari kulit yang lain.membran mukosa tampak
merah muda dan lembap.Labia tersebut biasanya simetris.Setelah melahirkan labia
mayora terpisah, menyebabkan labia minora lebih menonjol. Pada saat seorang wanita
mencapai menopause, labia mayora menipis dan sejalan dengan usia, menjadi atrofi.
Labia mayora normlanya tanpa inflamasi, edema, lesi atau laserasi.
Untuk menginspeksi struktur eksternal lainnya, perawat meletakkan ibu jari
dan jari telunjuk tangan nondominan di dalam labia minora dan meretraksi jaringan
tersebut ke luar.Perawat harus menahannya dengan baik untuk menghindari retraksi
berulang terhadap jaringan yang sensitif tersebut.Perawat menggunakan tangan lain
untuk mempalpasi labia minora di antara ibu jari dan jari kedua. Pada saat inspeksi
labi minora normalnya lebh tipis daripada labia mayora dan satu sisinya akan lebih
besar. Jarinan tersebut harus terasa lunak pada saat palpasi dan tanpa nyeri
tekan.Ukuran klitoris bervariasi.Normalnya sekitar berukuran panjang 2cm atau
berukuran lebar 0,5cm. Perawat mencari adanya atrofi, inflamasi, atau adesi. Jika
terinflamasi, klitoris akan tampak merah ceri terang. Pada wanita muda klitoris
merupakan tempat yang umum untuk lesi sifilis atau kanker, yang tampak seperti
ulkus terbuka kecil yang mengeluarkan materi serosa.Wanita lansia dapat mengalami
perubahan malignan yang menyebabkan lesi kering, bersisik, noduler.
Orifisium uretra diobservasi dengan cermat warna dan posisinya.Normalnya
orifisium uretra harus utuh tanpa inflamasi.Perawat mencatat adanya rabas, polip, atau
fistula. Pada saat menginspeksi orifisium vagina(introitus), perawat menginspeksi

inflamasi, edema, perubahan warna, rabas, dan lesi. Normlnya introitus adalah celah
vertikal tipis atau orifisium yang besar, bersifat lembap.Himen tepat berada di dalam
introitus.
Dengan labia masih teretraksi, perawat memeriksa kelenjar Skene dan
Bartholin. Dengan telapak tangan menghadap ke atas, perawat memasukkan jari
telunjuk dari tangan yang akan diperiksa ke dalam vagina sejauh sendi kedua. Beri
tekanan keatas, perawat memeras kelenjar Skene dengan menggerakkan jari ke
luar.Rabas dan nyeri tekan merupakan hal yang abnormal.Pemeriksaan dilakukan
pada kedua sisi uretra dan kemudian langsung pada uretra.Teknik ini dapat
menyebabkan keluarnya rabas.Jika demikian, perawat harus mencatat warna, bau, dan
kosistensi serta ambil kulturnya.
Jika inflamasi dan edema ditemukan di dekat ujung posterior dan introitus,
kelenjar Bartholin dapat terinfeksi, normalnya tidak dapat dipalpasi.Untuk melakukan
palpasi, perawat meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di antara labia mayora dan
introitus dan mempalpasi setiap sisi satu per satu.
Dengan jari telunjuk dan jari tengah yang bersarung tangan di dalam orifisium
vagina, perawat meminta klien untuk mendorong ke bawah seperti ketika ia berkemih.
Jika klien kekurangan penyokong otot yang adekuat, maka dinding vagina akan
menonjol, menghambat introitus. Bagian dinding vagina dan kandung kemih dapat
mengalami prolapse atau masuk ke dalam orifisium pada bagian anterior, hal ini
disebut sistokel. Penonjolan dinding posterior dapat menyebabkan prolapse rectum
(rektokel).Normalnya pada saat klien diminta berkontraksi, perawat mempalpasi
adanya ketegangan otot.Perawat juga mengonspeksi anus pada saat ini, mencari
adanya lesi dan hemoroid.
Klien yang beresiko mengalami penyakit menular seksual (PMS) harus
mempelajari cara melakukan pemeriksaan genital sendiri. Tujuannya untuk
mendeteksi adanya tanda atau gejala PMS, karena banyak orang yang tidak sadar
bahwa mereka menderita PMS.
PEMERIKSAAN SPEKULUM PADA GENETALIA INTERNAL
Pemeriksaan ini memerlukan keterampilan dan latihan.Sehingga peserta didik
pemula

cenderung

hanya

mengobservasi

prosedur

atau

membantu

memeriksa.Pemeriksaan tersebut melibatkan penggunaan spekulum plastik atau


logam.Terdiri dari dua bilah dan satu skrup ibu jari, spekulum tersebut dimasukkan ke

dalam vagina untuk mengkaji genitalia internal untuk adanya lesi kanker dan
abnormalitas lainnya. Selama pemeriksaan, Papanicolau (Pap) smear diambil untuk
menguji adanya kanker serviks.
Untuk membantu pemeriksa, perawat memastikan bahwa klien di posisi yang
nyaman di atas sanggurdi.Berbagai ukuran spekulum (kecil, sedang, besar) harus
tersedia.Sarung tangan, slide spesimen, dan spatula atau cytobrush. Lubrikan larut air
hanya boleh digunakan jika spesimen tidak akan diambil. Kebanyakan pemeriksa
membasahi spekulum dengan air hangat.
SERVIKS
Bagian pertama dari pemeriksaan melibatkan insersi speculum yang cermat
sampai pemeriksa dapat melihat serviks secara keseluruhan.Pemeriksa duduk di
bangku menghadap perineum klien.Lampu yang dapat diatur diletakkan di atas bahu
pemeriksa, diarahkan ke tempat pemeriksaan.Pemeriksa memegang spekulum dengan
tangan dominan dan menjelaskan prosedur tersebut kepada klien.Jika wanita tersebut
belum pernah diperiksa sebelumnya, masukkan dua jari ke dalam vagina untuk
mengeksplorasi abnormalitas.Kemudian dengan dua jari pemeriksa menekan badan
perineal tepat di dalam introitus.Setelah pemeriksaan untuk memastikan bahwa bilah
spekulum sudah tertutup, pemeriksa memasukkan speculum yang tertutup secara
miring (diputar 50 derajat berlawanan dengan arah jarum jam dari posisi vertikal)
melewati jari-jari tersebut. Speculum tersebut dimasukkan ke bawah pada sudut 45
derajat kea rah meja pemeriksaan untuk menghindari trauma pada uretra (manuver ini
berhubungan dengan lereng ke bawah abnormal dari kanal vagina).Kewaspadaan
dilakukan agar tidak menarik rambut pubis / menjepit labia.
Setelah bagian yang lebar dari bilah tersebut melewati introitus, speculum
dirotasi sehingga bilah tersebut berada pada posisi horizontal.Bilah tersebut dibuka
secara

perlahan

setelah

insersi

lengkap

dan

speculum

digerakkan

untuk

memvisualisasikan serviks.Setelah serviks terlihat sepenuhnya, bilah tersebut dikunci


pada posisi terbuka.Pemeriksa menginspeksi serviks untuk warna, tampilan tulang
atau lubang, posisi, ukuran, karakteristik permukaan, dan rabas.Serviks normal
berwarna merah muda mengkilat, halus dan bulat. Diameternya kira-kira 2,5-3cm
pada wanita muda dan lebih kecil lagi pada lansia. Serviks harus berada di garis
tengah dan tanpa lesi.

PAPANICOLAOU SMEAR
Permukaan serviks pada lubang kanal servikal dilapisi oleh lapisan-lapisan sel
skuamosa vagina.Sel tersebut bertemu dengan kelompok sel yang berbeda.Sel
kolumnar mengeluarkan mucus dan melapisi jalur yang mengarah ke dalam kavitas
sentral dari uterus.Sel skuamosa memiliki peran protektif terhadap serviks, dan sel
kolumnar memiliki peran reproduktif.Pap smear merupakan tes skrining tanpa nyeri
untuk kanker serviks.Spesiemn diambil dari endoserviks dan ektoserviks.Tes ini
sederhana dan tidak berefek samping.Tes ini harus dilakukan setiap tahun bersama
pemeriksaan pelvik pada wanita yang aktif secara seksual dan pada wanita yang telah
berusia 18 tahun.Setelah tiga atau lebih pemeriksaan tahunan berturut turut dengan
hasil normal, tes Pap dapat dilakukan lebih jarang.Wanita wanita yang beresiko tinggi
menderita kanker serviks dan yang sudah berusia diatas 40 tahun harus menjalani
pemeriksaan setiap tahun.
Pemeriksaan harus mengambil sampel terlebih dahulu dari bagian ;iar serviks
atau ektoserviks. Spatula plastic diputar 360 derajat dari permukaan serviks. Setelah
spatula ditarik, pemeriksa meratakan specimen tersebut secara tipis di atas slide kaca.
Perawat membantu menyemprot specimen dengan fiksatif sitologik dan memberi
label pada slide. Kemudian pemeriksa menggunakan cytobrush untuk mengambil sel
endoserviks.Cytobrush dimasukkan ke dalam os servikal dan dirotasi satu putaran
penuh. Specimen tersebut kemudian dioleskan secara merata pada slide dengan
memutar sikat tersebut dengan tekanan sedang. Sekali lagi specimen tersebut di
semprot dan diberi label.Di akhir prosedur, perawat memberi tahu klien bahwa bercak
darah merupkan hal yang normal selama beberapa jam. Terdapat juga alat paintbrush
(cervex-brush)yang dapat digunakan untuk mengambil kedua specimen pada saat
yang bersamaan. Alat tersebut menggunakan bulu-bulu plastic yang fleksibel, yang
sudah dilaporkan hanya sedikit menimbulkan bercak darah (Seidel et al, 1995).
VAGINA
Setelah spesimen diambil, pemeriksa melihat dinding vagina pada saat
speculum ditarik secara perlahan.Pada saat speculum dikeluarkan dari serviks, skrup
dilonggarkan, tetapi bilah dijaga agar tetap terbuka dengan ibu juri.Pada saat
penarikan tersebut, pemeriksa mencatat warna, karakteristik permukaan, dan
sekresi.Dinding vagina normalnya berwarna merah muda dan bebas dari rabas dan

lesi.Permukaan harus lembap dan halus.Sektresi normal bersifat encer, jernih atau
keruh, dan tidak berbau.Wanita yang menderita infeksi jamur, memiliki rabas yang
kental, putih, berbau aneh, dan seperti dadih.
Setelah speculum ditarik perawat membantu klien ke posisi duduk dan
membiarkan klien berpakaian dan melakukan hygiene.Pada lingkungan rumah sakit
klien mungkin memerlukan bantuan dalam hygiene perineal.Perawat memastikan
bahwa sarung tangan, speculum, dan peralatan sekali pakai lainnya telah dibuang
dengan tepat di wadahnya. Klien diberi tahu bahwa hasil Pap smear akan diperoleh
dalam 3-4 hari (periksa kebijakan institusi).
2.

GENETALIA PRIA
Pemeriksaan genitalia pria mencakup pengkajian genitalia eksternal dan cincin
serta kanal inguinal. Karena tingginya insiden penyakit menular seksual pada remaja
dan dewasa muda, pengkajian genitalia harus menjadi bagian yang rutin dari
pemeriksaan pemeliharaan kesehatan untuk kelompok usia ini. Pemeriksaan dimulai
dengan klien berbaring telentang, dengan dada, abdomen, dan tungkai bawah
diselimuti.Digunakan teknik inspeksi dan palpasi.Perawat menggunakan sarung
tangan sekali pakai untuk mencegah infeksi silang dari rabas uretra.
Perawat harus belajar rileks dan membantu klien rileks selama pemeriksaan untuk
menghindari rasa malu atau cemas pada klien.Seringkali remaja atau pria merasa takut
mengalami ereksi pada saat pemeriksaan.Anak lelaki dan remaja merasa khawatir
tentang kenormalan genital mereka (Seide et al, 1995).Perawat harus membatasi
diskusi tentang aktivitas seksual klien selama pemeriksaan karena klien dapat
menganggap hal tersebut sebagai tindakan yang menghakimi.Klien harus
diperlakukan secara sopan.Genitalia dimanipulasi secara hati-hati agar tidak
menyebabkan ereksi atau ketidaknyamanan.
MATURITAS SEKSUAL
Perawat memulainya dengan mengkaji kematangan seksual klien, mencatat
ukuran dan bentuk penis dan testis, warna dan tekstur kulit skrotum, dan karakter
serta distribusi rambut pubis. Tanda-tanda awal dari pubertas, peningkatan
pertumbuhan genital dan rambut pubis bervariasi tetapi umumnya tidak dimulai
sebelum usia 9,5 tahun. selama tahap praremaja tidak ada rambut pubis kecuali
rambut halus yang ditemukan di abdomen. Pada usia remaja, rambut pubis meluas

dari dasar penis di atas sampai ke simfisis pubis dan menjadi kasar dan keriting. Testis
dan penis berkembang dengan semakin gelapnya kulit skrotum dan teksturnya
menjadi lebih tipis dan keriput.Penis memanjang secara perlahan, akhirnya mencapai
bagian dasar skrotum.Perawat menginspeksi kulit yang menutupi genitalia untuk
adanya kutu, ruam, ekskoriasi, atau lesi.
PENIS
Perawat menginspeksi struktur penis, termasuk batang, korona, prepusium,
glans, dan meatus uretra.Vena dorsalis harus terlihat pada saat inspeksi.Pada pria yang
tidak disirkumsisi, prepusium harus diretraks untuk melihat glans dan meatus
uretral.Prepusium harus mudah diretraksi.Sejumlah kecil cairan kental, putih di antara
glans dan prepusium merupakan hal yang normal. Jika terdapat bukti-bukti rabas
abnormal, biasanya diambil kultur. Meatus uretra seperti celah dan harus terdapat di
permukaan ventral hanya beberapa millimeter dari ujung glans.Pada beberapa kondisi
kongenital meatus terletak di sepanjang batang penis.Kompresi ringan glans dengan
ibu jari dan jari telunjuk membuka meatus uretra memungkinkan dilakukannya
inspeksi untuk adanya rabas.Meatus juga diinspeksi untuk adanya lesi, edema, dan
inflamasi.
Glans diperiksa dengan cermat di sekeliling lingkarannya untuk adanya
lesi.Area di antara prepusium dan glans merupakan tempat umum terjadinya penyakit
kelamin.Lesi dipalpasi secara perlahan untuk adanya nyeri tekan, ukuran, konsistensi,
dan bentuk.
Perawat harus menginspeksi keseluruhan batang penis, termasuk permukaan
di bawahnya, mencari adanya lesi, eskar, dan edema.Batang dipalpasi di antara ibu
jari dan dua jari pertama untuk mendeteksi adanya area-area pengerasan atau nyeri
tekan lokal.Jika inspeksi dan palpasi sudah selesai, prepusium ditarik ke bawah
kembali ke tempat asalnya.Penting bagi klien pria untuk belajar melakukan
pemeriksaan genital sendiri untuk mendeteksi tanda atau gejala penyakit menular
seksual.
SKROTUM
Perawat harus waspada pada saat menginspeksi dan mempalpasi skrotum
karena struktur yang berada di dalam sakus skrotum sangat sensitive.Skrotum
merupakan struktur seperti kantung yang dibagi secara internal menjadi
dua.Normalnya testis kiri lebih rendah dari testis kanan.Perawat menginspeksi ukuran

skrotum, bentuk dan kesimetrisannya sambil mengobservasi adanya lesi dan


edema.Skrotum biasanya berpigmen lebih gelap daripada kulit tubuh dan
permukaanya

kasar.Diangkat

secara

perlahan

untuk

melihat

permukaan

posterior.Kantung skrotum biasanya mudah diangkat.Ukuran skrotum normalnya


bertubuh berdasarkan variasi suhu otot dartos, berkonstraksi pada suhu dingin dan
rileks pada suhu hangat.
Kanker testis merupakan tumor padat yang banyak terjadi pada pria yang
berusia antara 18-34 tahun.Deteksi dini merupakan hal yang sangat penting, dan oleh
karena itu klien harus belajar melakukan pemeriksaan testis sendiri.Testis normalnya
ovoid dan kira-kira berukuran 2-4cm. Testis dan epididimis dipalpasi secara perlahan
dengan ibu jari dan dua jari pertama.Keduanya harus sensitif terhadap kompresi
ringan tetapi tidak nyeri tekan, dan terasa lembut dan kenyal serta bebas dari nodul.
Gejala paling umum dari kanker testis adalah pembesaran satu testis yang tidak nyeri
dan adanya benjolan keras, kecil yang dapat dipalpasi, seukuran kacang polong, di
bagian depan atau samping testis.Ukuran, bentuk, dan konsistensi organ harus
dicatat.Pada lansia, ukuran testis menurun dan kurang keras pada saat palpasi.Klien
harus ditanyakan tentang adanya nyeri tekan yang tidak wajar.Perawat melanjutkan
mempalpasi vas deferens secara terpisah karena membentuk korda spermatik ke arah
cincin inguinal, catat adanya nodul/pembengkakan.
CINCIN DAN KANAL INGUINALIS
Cincin inguinal eksternal adalah lubang pada korda spermatik untuk masuk ke
dalam kanal inguinal.Kanal tersebut membentuk jalan ke dinding abdomen, daerah
potensial untuk pembentkan hernia.Gulungan usus dapat memasuki skrotum.Klien
berdiri selama bagian pemeriksaan ini.
Kedua area inguinal tersebut diinspeksi untuk adanya tanda-tanda nyata
penonjolan.Selama inspeksi klien diminta untuk mengejan. Maneuver ini membantu
agar hernia lebih mudah dilihat. Perawat menyelesaikan pemeriksaan dengan
mempalpasi nodus limfe inguinalis.Nodus yang kecil, tidak nyeri tekan, dan bergerak
secara horizontal merupakan nodus yang normal.Normalnya nodus tersebut tidak
dapat dipalpasi.Adanya abnormalitas dapat mengindikasikan infeksi local atau
sistemik atau penyakit metastatik.
D. EKSTREMITAS

1. Bentuk Ektremitas

a. Ektremitas Atas :
Evaluasi Range or Motion (ROM) Bergerak bebas tanpa nyeri /
spasme otot / sendi bengkak / kontraktur. Bergerak terbatas bias karena
nyeri, spasme otot
1) Rentang gerak penuh dengan melawan gaya gravitasi
2) Kekuatan otot secara bilateral simetris terhadap tahanan tanaga
3)
4)
5)
6)

dorongan
Tidak ada gerakan tubuh
Tidak ada kontraksi otot
Tidak dapat melawan gaya gravitasi
Refleks otot bisep. Gerakan respon singkat (tidak berlebihan /
sangat lambat )
a) Refleks berupa fleksi
b) Tidak ada respon reflex
c) Gerakan hypoaktif( minim activity) atau hiperaktif ( sangat

cepat)
d) Palpasi brachialis dan radial pulpasi irama teratur
7) Kekuatan denyut sama setiap denyutan
8) Denyutan terasa penuh dan mudah di palpasi
9) Frekuensi dalam batas normal (dewasa 100x/menit)
10)
Irama regular
11)
Kekuatan setiap denyutan tidak sama
12)
Denyutan lemah
13)
Frekuensi melebihi atau kurang dari batas normal
b.

Ektremitas Bawah :
Evaluasi Range or Motion (ROM) Bergerak bebas tanpa
nyeri/spasme otot/ sendi bengkak/ kontraktur. Bergerak terbatas bias
karena nyeri, spasme otot
1) Kekuatan otot terhadap kontraksi otot
2) Rentang gerak penuh dengan melawan gaya gravitasi
3) Kekuatan otot secara bilateral simetris terhadap tahanan tanaga
dorongan
4) Tidak ada gerakan tubuh
5) Tidak ada kontraksi otot
6) Tidak dapat melawan gaya gravitasi

Test refleks patella dan plantar gerakan respon singkat (tidak


berlebihan / sangat lambat)
1)
2)
3)
4)
5)

Refleks berupa ekstensi dari tungkai bawah (refleks patella)


Refleks berupa penekukan ibu jari kaki ke bawah (refleks plantar)
Tidak ada respon refleks
Gerakan hypoaktif( minim activity) atau hiperaktif ( sangat cepat)
Dada (depan dan belakang)

2. Kemampuan Gerak Ektremitas


a. Kekuatan ( Strenght ) adalah kemampuan otot untuk menahan
beban dalam waktu yang relatif singkat sampai pada kemampuan
untuk menerima beban maksimal.
b. Kecepatan ( Rapidty ) adalah kemampuan untuk melakukan
gerakan dalam satu satuan waktu dan jarak yang ditempuh.
Kecepatan dapat dihitung dari hasil bagi antara jarak yang
ditempuh dengan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak
tersebut. Kecepatan meliputi :
1). Kecepatan reaksi ( rapidty reaction ) adalah kecepatan indera
tubuh untuk menerima rangsang dan melakukan response.
2) Kecepatan waktu ( rapidty time ) adalah kecepatan yang diukur
dari mulai awal gerakan pertama terjadi sampai dengan gerakan
yang dilakukan paling akhir.
c. Power adalah kemampuan otot untuk melakukan gerakan
gerakan dengan cepat dan menggunakan beban yang maksimal.
d. Keseimbangan ( balance ) adalah kemampuan tubuh untuk
melawan gravitasi dengan cara melihat tumpuannya. Karena
semakin kecil tumpuannya maka keseimbangannya semakin baik.
e. Kelentukan ( Pliability ) adalah kemampuan otot untuk melakukan
keluasan gerak otot persendian.
f. Kelincahan ( agility ) adalah kemampuan tubuh untuk bergerak
dengan cara mengubah arah dengan cepat, tepat, dan seimbang.
g. Daya tahan ( kardiovaskuler respirasi ) adalah kemampuan otot
untuk menahan beban dalam jangka waktu yang relative lama.

h. Koordinasi ( coordination ) adalah kerja sama antara bagian tubuh


yang satu dengan bagian tubuh yang lainnya. Misalnya koordinasi
antara mata dan tangan atau koordinasi antara mata dan kaki.
Sehingga dalam pergerakannya akan seimbang.
i. Ketepatan ( accuracy ) adalah kemampuan tubuh atau indera untuk
melakukan aktivitas fisik untuk mencapai target atau tujuan tertent
j. Kekebalan ( invulnerability ) adalah kemampuan otot untuk
melakukan adaptasi terhadap rangsangan yang dilakukan.
3. Perfusi Perifer
Keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami
suatu penurunan dalam nutrisi dan pernapasan pada tingkat seluler perifer
suatu penurunan dalam suplai darah kapiler.
a. Batasan Karakteristik :
1) Denyut nadi lemah/tidak terasa
2) Perubahan fungsi motorik
3) Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, bulu,
kelembaban, kuku, perasaan, suhu).
4) Tekanan darah berubah dalam ektremitas
5) Pincang/ timpang
6) Warna yang tidak kembali semula pada kaki saat menurunkannya
7) Terlambatnya penyembuhan luka perifer
8) Denyut nadi diminished
9) Udem
10) Nyeri ekstremitas
11) Kesemutan
12) Warna kulit pucat pada elevasi

b. Faktor yang Berhubungan:


1) Kurangnya pengetahuan tentang faktor-faktor yang memberatkan
seperti : merokok, gaya hidup yang monoton/santai, trauma (luka
berat), kegemukan, pemasukan garam, kurang bergerak.

2).Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit seperti : diabetes,


kadar lemak yang tinggi dalam darah.
3).Diabetes mellitus
4).Tekanan darah tinggi
5).Gaya hidup santai/ monoton
6).Merokok
4. Pemeriksaan Tulang
Kurvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian
dada, dan konkaf sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang
belakang yang sering terjadi yang perlu diperhatikan meliputi :
a.Skoliosis (deviasi kulvatura lateral tulang belakang)
b.Kifosis (kenaikan kulvatura tulang belakang bagian dada)
c.Lordosis (membebek, kulvatura tulang belakang bagian pinggang
Pada saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk
menampakkan seluruh punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksa
memeriksa kulvatura tulang belakang dan simetri batang tubuh dari
pandangan anterior posterior dan lateral. Berdiri dibelakang pasien,
pemeriksa dapat memperhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista
iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris, simetris bahu dan pinggul,
begitu pula kelurusan tulang belakang, diperiksa dengan pasien berdiri
tegak dan membungkuk ke depan. Skoliosis ditandai dengan kulvatura
lateral abnormal tulang belakang, bahu yang tidak sama
a. Tujuan :
1). Memperoleh data dasar tentang , tulang
2).Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan
pada bagian bagian tertentu
b. Persiapan alat :
1).Meteran
c. Prosedur pelaksanaan :
1). Amati kenormalan susunan tulang dan adanya deformitas

2). Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan


3). Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan
5. Pemeriksaan Sendi
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan,
deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan. Luas gerakan yang terbatas
bias disebabkan karena deformiatas skeletal, patologis sendi, atau
kontraktur otot dan tendon disekitarnya. Pada lansia, keterbatasan
gerakan yang berhubungan denga patologi sendi degenerative dapat
menurunkan kemampuan meraka melakukan aktivitas hidup sehari hari.
Jika gerkan sendi mengalami gangguan atau sendi terasa nyeri, maka
harus diperiksa adanya kelabihan cairan dalam kapsulnya (efusi),
pembengkakan, dan peningkatan suhu yang mencerminkan adanya
inflamsi aktif Deformitas sendi bisa disebabkan kontraktur (pemendekan
struktur sekitar sendi) dislokasi (lepasnya permukaan sendi), subluksasi
(lepasnya sebagian permukaan sendi), atau disrupsi struktur sekitar sendi.
Palpasi sendi sementara sendi digerakkan secara pasif akan memberiikan
informasi mengenai integritas sendi. Normalnya, sendi bergerak secara
halus. Suara gemletuk dapat menunjukkan adanya ligament yang
tergelincir di antara tonjolan tulang. Permukaan yang kurang rata, seprti
pada keadaan arthritis, mengakibatkan adanya krepitus karena permukaan
yang tidak rata tersebut yang saling bergeseran satu sama lain.
Jaringan sekitar sendi diperiksa adanya benjolan. Rheumatoid arthritis,
gout, dan osteoarthritis menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan
dibawah kulit pada rheumatoid arthritis lunak dan terdapat di dalam dan
sepanjang tendon yang memberikan fungsi ekstensi pada sendi biasanya,
keterlibatan sendi mempunya pola yang simetris. Benjolan pada GOUT
keras dan terletak dalam dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri.
Kadang mengalami rupture, mengeluarkan Kristal asam urat putih
kepermukaan kulit. Benjolan osteoatritis keras.

a. Tujuan :
1). Memperoleh data dasar tentang persendian
2). Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan
pada bagian bagian tertentu
b. Prosedur pelaksaan :
1). Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan
persendian
2).Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan,
gerakan, bengkak, nodul, dan lain-lain
3). Kaji tentang gerak persendian
4). Catat hasil pemeriksaan
6. Gangguan Persendian
Manusia- Apabila kita mengalami gangguan persendian, gerakan
tulang menjadi tidak leluasa atau maksimal. Selain itu, gangguan ini juga
menimbulkan rasa nyeri. Macam dan Jenis Gangguan yang dimaksud
meliputi : (Baca : Kelainan pada Tulang)
a. Ankilosis
Ankilosis adalah persendian yang tidak dapat digerakkan karena
seolah-olah kedua tulang menyatu.
b. Dislokasi
Dislokasi adalah sendi bergeser dari kedudukan semula.
c. Terkilir atau keseleo
Terkilir atau keseleo adalah tertariknya ligamen akibat gerak yang
mendadak.
d. Artritis
e. Artritis adalah peradangan pada satu atau beberapa sendi dan
kadang-kadang posisi tulang mengalami perubahan.Artritis
dibedakan sebagai berikut.
1) Gout artritis
Gout artritis adalah gangguan persendian akibat kegagalan
metabolisme asam urat. Asam urat yang tinggi dalam darah
diangkut dan ditimbun dalam sendi yang kecil, biasanya pada

jari-jari tangan. Akibatnya ujung-ujung ruas jari tangan


membesar.
2) Osteoartritis
Osteoartritis adalah suatu penyakit kemunduran, sendi tulang
rawan menipis dan mengalami degenerasi. Biasa terjadi karena
usia tua.
3) Reumathoid
Reumathoid adalah suatu penyakit kronis yang terjadi pada
jaringan penghubung sendi. Sendi membengkak dan terjadi
kekejangan pada otot penggeraknya.

Anda mungkin juga menyukai