Anda di halaman 1dari 26

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


Standar Kompetensi : mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
fisik abdomen dan struktur yang ada didalamnya secara lengkap
dan benar.
Kompentensi Dasar :
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka
pemeriksaan fisik abdomen
2. Mahasiswa mampu melakukan urutan-urutan pemeriksaan
pada abdomen secara baik dan benar
3. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi pada seluruh bagian
abdomen secara baik dan benar
4. Mahasiswa dapat melakukan auskultasi pada seluruh area
abdomen secara baik dan benar
5. Mahasiswa dapat melakukan perkusi pada seluruh area
abdomen secara baik dan benar
6. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan
batas hepar
7. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan
adanya asites
8. Mahasiswa dapat melakukan untuk menentukan adanya nyeri
lepas tekan
9. Mahasiswa dapat melakukan palpasi ringan pada abdomen
secara baik dan benar
10. Mahasiswa dapat melakukan palpasi dalam pada abdomen
secara baik dan benar
11. Mahasiswa dapat melakukan palpasi terhadap hepar secara
baik dan benar
12. Mahasiswa dapat melakukan palpasi terhadap lien secara
baik dan benar
13. Mahasiswa dapat melakukan palpasi ginjal secara baik dan
benar
14. Mahasiswa mampu menutup dan mencatat hasil pemeriksaan

Pendahuluan
Untuk tujuan deskriptif rongga abdomen biasanya dibagi
menjadi empat kuadaran. Dua garis khayal bersilangan di pusar
yang membagi abdomen menjadi kuadran kanan atas dan kanan
bawah, dan kuadran kiri atas dan kiri bawah. Satu garis ditarik
dari sternum ke tulang pubis melalui pusar. Dengan demikian
terbentuklah empat kuadran dan organ perut di dalam tiap
kuadran seperti diperlihatkan pada gambar 1.
Tetapi kadang-kadang, digunakan sistem pembagian
yang lain membagi abdomen menjadi 9 bagian. Tiga sebutan
yang biasa digunakan pada sistem ini adalah epigastrik,
umbilicus dan hipogastrik atau suprapubik.

Gambar 1. Pembagian Kuadran Abdomen

Pemeriksa harus menguasai struktur abdomen yang terletak


pada tiap daerah seperti yang tertera pada tabel 1.
Tabel 1. Struktur di Dalam Abdomen
KANAN

KIRI
ATAS
Lobus kiri hepar
Limpa
Lambung
Korpus pankreas
Adrenal kiri
Ginjal kiri : kutub atas
Fleksura lienika
Sebagian kolon transversum
Sebagian kolon desendens

Hepar
Kandung empedu
Pilorus
Duodenum
Kaput Pankreas
Adrenal kanan
Ginjal kanan : kutub atas
Fleksura hepatika
Sebagian kolon ascendens
Sebagian kolon transversum
BAWAH
Ginjal kanan : kutub bawah
Ginjal kiri : kutub bawah
Sekum
Kolon sigmoid
Apendiks
Sebagian kolon desendens
Sebagian kolon ascendens
Ovarium kiri
Ovarium kanan
Tuba fallopii kiri
Tuba falopi kanan
Ureter kiri
Ureter kanan
Korda spermatika kiri
Korda spermatika kanan
Uterus (jika membesar)
Uterus (jika membesar)
Kandung kemih (jika
Kandung kemih (jika
membesar)
membesar)

Pada waktu memeriksa abdomen, dapat teraba beberapa


organ yang normal. Kolon sigmoid dapat teraba sebagai suatu
saluran sempit yang agak keras pada kuadran kiri bawah,
sedangkan caecum dan sebagian dari colon ascenden
membentuk suatu tube yang lebih lunak dan lebih besar di
kuadran kanan bawah. Bagian dan kolon transversum dan kolon
descenden dapat pula diraba.
Walaupun tepi bawah hepar normal terletak lebih rendah
daripada batas bawah kosta kanan, karena konsistensinya yang
lunak kadang-kadang normal sulit untuk diraba.
Bagian bawah dari ginjal kanan, kadang-kadang dapat
juga diraba pada kuadran kanan atas, tetapi pada daerah yang
lebih dalam terutama pada wanita yang kurus, dengan dinding
abdomen yang betul-betul relaks.
Pulsasi dari aorta abdominalis dapat terlihat dan
biasanya teraba dibagian atas abdomen, sedangkan pulsasi
arteria iliaka kadang-kadang teraba di kuadran bawah.
Kandung kemih yang penuh dan teregang dan uterus dalam
kehamilan dapat teraba di atas symphisis pubis. Pada orang kurus
dengan dinding abdomen yang relaks, beberapa sentimeter di bawah
umbilikus, kadang-kadang teraba promontorium sacralis atau tepi
depan vertebra sacralis pertama. Pada pemeriksa yang belum familiar
dengan suatu tonjolan yang keras seperti ini, kadang-kadang
menyalahartikannya sebagai suatu tumor. Processus xyphoideus juga
suatu tonjolan yang kadang-kadang dirasakan dan disalah-artikan
sebagai tumor oleh pasien.
Kavum abdomen meluas mulai dari daerah di bawah
diaphragma yang terlindung oleh kosta. Di daerah yang terlindung ini,
terletak sebagian besar dari hepar, ventrikulus, dan seluruh bagian
dari lien normal. Organ-organ pada daerah terlindung tersebut tidak
dapat diraba (dipalpasi), tetapi dengan perkusi dapat diperkirakan
adanya organ-organ tersebut. Sebagian besar dari kandung empedu
normal terletak disebelah dalam dari hepar, sehingga hampir tidak
dapat dibedakan. Duodenum dan pankreas terletak dibagian dalam
kuadran atas abdomen, sehingga dalam keadaan normal tidak teraba
(gambar 2).
Ginjal adalah organ yang terletak di daerah posterior,
terlindung oleh tulang rusuk, sudut costovertebral (sudut yang
dibentuk oleh batas bawah kosta ke-12 dengan processus

transversus vertebra lumbalis) merupakan


menentukan ada tidaknya nyeri ginjal.

daerah

untuk

Gambar 10. Beberapa Organ Dalam Cavum Abdomen


CARA PEMERIKSAAN
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah:
1. Penerangan ruangan yang memadai
2. Penderita dalam keadaan relaks
3. Daerah abdomen mulai dari atas processus xyphoideus
sampai symphisis pubis harus terbuka
Untuk memudahkan relaksasi :
1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.
2. Penderita berbaring tertelentang dengan bantal di bawah
kepalanya dan di bawah lututnya.
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan
menyilang pada dada. Tangan yang diletakkan di atas kepala
akan membuat dinding abdomen teregang dan mengeras,
sehingga menyulitkan palpasi.
4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang
hangat, dan kuku yang dipotong pendek. Menggosokkan
kedua tangan akan membantu menghangatkan tangan anda.

5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa


sakit dan memeriksa daerah tersebut terakhir.
6. Lakukanlah pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan
gerakan yang cepat dan tiba-tiba.
7. Apabila perlu, ajaklah penderita berbicara.
8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian, mulailah
pemeriksaan dengan menggenggam kedua tangannya di bawah
tangan anda kemudian secara pelan-pelan bergeser untuk
melakukan palpasi.
9. Monitorlah
pemeriksaan
anda
dengan
memperhatikan
muka/ekspresi penderita.
Biasakanlah untuk mengetahui keadaan di tiap bagian yang
anda periksa. Pemeriksaan dilakukan dari sebelah kanan penderita,
dengan urutan :
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi
INSPEKSI
Mulailah menginspeksi dinding abdomen dari posisi anda
berdiri di sebelah kanan penderita. Apabila anda akan memeriksa
gerakan peristaltik, sebaiknya dilakukan dengan duduk, atau agak
membungkuk, sehingga anda dapat melihat dinding abdomen secara
tangensial.
Perhatikanlah :
1. Bentuk dan keadaan secara umum
2. Perhatikan gerakan kulit sehubungan dengan pernapasan
3. Perhatikan kulit : apakah ada sikatriks, striae atau vena yang
melebar. Secara normal, mungkin melihat vena-vena kecil. Striae
yang berwarna ungu terdapat pada sindroma Cushing dan vena
yang melebar dapat terlihat pada sirosis hepatis atau bendungan
vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi
kulit lainnya.
4. Umbilikus : perhatikan bentuk dan lokasinya, dan apakah ada
tanda-tanda inflamasi atau hernia

5. Perhatikan bentuk permukaan (contour) abdomen termasuk


daerah inguinal dan femoral : datar, bulat, protuberant, atau
scaphoid. Bentuk yang cembung mungkin disebabkan oleh asites,
penonjolan suprapubik karena kehamilan atau kandung kencing
yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena
pembesaran organ setempat atau massa.
6. Simetrisitas dinding abdomen.
7. Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernafas,
perhatikan apakah nampak adanya hepar atau lien yang menonjol
di bawah arcus costa.
8. Massa atau tumor
9. Peristaltik
Apakah anda mencurigai adanya obstruksi usus, amatilah
peristaltik selama beberapa menit. Pada orang yang kurus,
kadang-kadang peristaltik normal dapat terlihat.
10. Pulsasi
Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah
epigastrium.
AUSKULTASI
Pemeriksaan
auskultasi
abdomen
berguna
untuk
memperkirakan gerakan usus, dan kemungkinan adanya gangguan
vaskuler. Anda harus banyak berlatih hingga betul-betul mengenali
keadaan normal dan variasi normal. Auskultasi abdomen dilakukan
sebelum perkusi dan palpasi, karena kedua pemeriksaan tersebut
dapat mempengaruhi frekuensi suara usus. Letakkan diafragma dari
stetoskop anda dengan lembut pada abdomen seperti pada gambar
3. Lakukan auskultasi secara sistematis. Perhatikan, apakah
terdengar bising pembuluh darah? Kenalilah suara usus normal
dengan segala variasinya.
Dengarkanlah suara usus, dan perhatikan frekuensi dan
karakternya, suara yang normal terdiri dari click dan gurgles, dengan
frekuensi kira-kira 5 sampai 35 per menit. Kadang-kadang anda dapat
mendengar borborigmi, yaitu gurgles yang panjang. Karena suara
usus akan disebarkan ke seluruh abdomen, maka mendengarkannya
pada suatu tempat saja, misalnya kuadran kanan bawah, biasanya
sudah memadai tetapi sebaiknya dilakukan pada seluruh kuadran.
Suara usus ini dapat berubah pada diare, sumbatan usus, ileum
paralitikus dan peritonitis.

Gambar 3. Cara Meletakkan Stetoskop Pada Auskultasi Abdomen


Untuk mendengarkan suara dengan nada yang lebih tinggi
pergunakan bagian bel dari stetoskop, misalnya untuk mendengar
bunyi metallic sound yang timbul akibat hiperperistaltik usus karena
adanya obstruksi usus akut.
Auskultasi juga berguna untuk menentukan adanya bising. Tiap
kuadran harus diperiksa untuk mengetahui adanya bising ini.
Pada penderita dengan hipertensi, periksalah daerah
epigastrium dan daerah kuadran kanan dan kiri atas, apakah ada
bising. Bising pada sistole dan diastole pada penderita hipertensi
menunjukkan adanya stenoso arteria renalis. Sedangkan bising
sistole saja pada epigastrium dapat terdapat pada orang normal.
Apabila dicurigai adanya insufisiensi arteri pada tungkai,
periksalah adanya bising sistolik dan diastolik pada arteria illaca dan
femoralis (Gambar 4)

Gambar 4. Daerah Pada Abdomen Untuk Mendengar Adanya


Bising
PERKUSI
Perkusi
berguna
untuk
orientasi
abdomen,
untuk
memperkirakan ukuran hepar, dan kadang-kadang lien, menemukan
asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik, dan untuk
mengetahui adanya udara pada lambung dan usus.
A. Orientasi Umum
Lakukanlah
perkusi
pada
keempat
kuadran
untuk
memperkirakan distribusi suara timpani dan redup. Biasanya suara
timpanilah yang dominan karena adanya gas pada saluran
gastrointestinal, tetapi cairan dan faeces menghasilkan suara redup.
Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah dimana suara timpani
berubah menjadi redup. Periksalah daerah suprapubik untuk
mengetahui adanya kandung kencing yang teregang atau uterus yang
membesar.
Perkusilah dada bagian bawah antara paru dan arkus costa,
anda akan mendengar suara redup hepar di sebelah kanan, dan
suara timpani di sebelah kiri karena gelembung udara pada lambung
dan flesura splenikus colon.
Suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin
menunjukkan adanya asites.

B. Perkusi Hepar
Perkusi pada hepar dilakukan untuk menentukan batas-batas
hepar. Lakukanlah perkusi pada garis midklavikula kanan, mulai dari
bawah umbilikus (di daerah timpani) ke atas, sampai terdengar suara
redup yang merupakan batas bawah hepar. Kemudian, lakukanlah
perkusi dari daerah paru ke bawah untuk menentukan batas atas
hepar, bunyi resonan dada menjadi redup ketika mencapai hepar
(gambar 5). Sekarang ukurlah berapa sentimeter tinggi daerah redup
hepar tersebut. Batas atas dan bawah hati kurang lebih 10 cm.
Ukuran ini pada orang yang tinggi, lebih besar daripada orang yang
pendek, dan biasanva pria lebih besar dari wanita. Pada penderita
penyakit obstruksi paru kronik (COPD) batas bawah hepar dapat lebih
ke bawah, tetapi jarak/daerah redup hepar tidak berubah.
Apabila hepar tampaknya membesar, perkusilah daerah lain
untuk mengetahui garis batas bawah hepar.

Gambar 5. Teknik Perkusi Hepar


C. Perkusi Lien
Lien yang normal terletak pada lengkung diafragma, disebelah
posterior garis midaxiler. Suatu daerah, kecil suara redup dapat
ditemukan diantara suara sonora paru dan suara timpani, tetapi
mencari suara redup lien ini tidak banyak gunanya. Perkusi lien hanya
berguna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila
membesar, lien akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke
medial, mengganti suara timpani dari lambung dan kolon, menjadi

suara redup. Apabila anda mencurigai splenomegali, cobalah


pemeriksaan-pemeriksaan berikut :
1. Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris
anerior kiri. Daerah ini biasanya timpani. Kemudian mintalah
penderita untuk menarik nafas panjang, dan lakukan perkusi lagi.
Apabila lien tidak membesar, suara perkusi tetap timpani. Apabila
suara menjadi redup pada inspirasi, berarti ada pembesarun lien.
Walaupun demikian, kadang-kadang terdapat juga suara redup
pada lien normal (falsely positive splenic percussion sign).
2. Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah Apabila ditemukan
daerah redup yang luas, berarti terdapat pembesaran lien.
Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya pembesaran lien,
dapat terganggu oleh isi lambung dan kolon tetapi pemeriksann ini
dapat menunjukkan adanya pembesaran lien sebelum lien teraba
pada palpasi.
C. Pemeriksaan Asites
Perkusi dapat dilakukan untuk mengetahui adanya asites
pada penderita yang dicurigai. Perkusi dilakukan secara khusus untuk
mengetahui adanya suara redup yang berpindah (shifting dullness).
Sementara pasien berbaring telentang, pemeriksa menentukan batas
timpani dan redup. Batas timpani ada di atas batas redup. Ini
disebabkan oleh gas di dalam usus yang terapung di atas puncak
asites. Pasien kemudian diminta untuk berbaring pada sisi tubuhnya,
dan pemeriksa kemudian menetukan kembali batas-batas bunyi
perkusi. Jika ada asites, redup akan berpindah ke posisi yang lebih
rendah; daerah di sekitar umbilikus yang mula-mula timpani sekarang
akan menjadi redup (gambar 6).

Gambar 6. Teknik Untuk Memeriksa Redup Yang Berpindah


(Warna Hitam Menunjukkan Daerah Timpani)
Teknik lain yang dapat digunakan untuk memeriksa asites
adalah mendeteksi adanya gelombang cairan (fluid wave). Tangan
pasien diletakkan di bagian tengah abdomen. Penekanan dinding
abdomen akan menghentikan transmisi impuls oleh jaringan adiposa
subkutan. Pemeriksa kemudian mengetuk salah satu sisi pinggang
sementara tangan yang satu mempalpasi sisi pinggang lainnya
(gambar 7). Bila terasa adanya gelombang cairan mengarah kepada
adanya asites. Teknik ini merupakan tes diagnostik fisik yang paling
spesifik untuk asites.

Gambar 7. Teknik Memeriksa Gelombang Cairan Pada Asites


PALPASI
Palpasi pada abdomen biasanya dibagi menjadi :
a. Palpasi ringan
b. Palpasi dalam
c. Palpasi hati
d. Palpasi limpa
e. Palpasi ginjal
a. Palpasi ringan
Palpasi ringan (superticial) berguna untuk mengetahui
adanya ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ
dan massa superfisial. Dengan posisi tangan dan lengan bawah
horisontal, dengan menggunakan telapak ujung jari-jari secara
bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan
ringan. Jangan lupa menghangatkan tangan. Hindarkan suatu
gerakan yang mengentak. Lakukan palpasi superfisial secara
menyeluruh dengan sistematis diseluruh permukaan abdomen.
Tentukan tonus otot dan adanya pembengkakan atau tonjolan
permukaan abdomen. Periksalah apakah terdapat nyeri tekan dan
nyeri lepas tekan

Carilah adanya masa satu organ, daerah nyeri tekan atau daerah
yang tegangan ototnya lebih tinggi (spasme). Apabila terdapat
tegangan, carilah apakah ini disadari atau tidak, dengan mencoba
cara merelakskan penderita, dan melakukan palpasi pada waktu
ekspirasi (gambar 8).

Gambar 8. Teknik Palpasi Ringan


Pada pasien yang mudah geli, mungkin berguna jika
tangannya diletakkan di atas tangan pemeriksa, seperti pada gambar
9.

Gambar 9. Teknik Palpasi Pada Pasien Yang Mudah Geli


b. Palpasi dalam
Palpasi dalam biasanya diperlukan untuk menentukan ukuran
organ dan memeriksa masa di abdomen. Dengan menggunakan
permukaan pallar dari ujung jari, lakukan palpasi dalam untuk
mengetahui adanya masa, tentukanlah lokasinya, ukurannya,
bentuknya, konsistensinya, mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada
tekanan.
Apabila palpasi dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas
atau otot yang tegang), gunakan dua tangan, satu di atas yang lain
(Gambar 10).

Gambar 10. Teknik Palpasi Dalam


Selama palpasi dalam, pasien harus disuruh untuk bernafas
perlahan-lahan melalui mulutnya dan meletakkan kedua lengannya
pada sisi tubuhnya. Meminta pasien untuk membuka mulutnya
selama bernapas agaknya membantu relaksasi otot secara umum.
Untuk merelaksasikan otot perut dapat juga dilakukan dengan
menyuruh pasien memfleksikan kedua lututnya.
Mengetahui adanya iritasi peritoneal
Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, lebih-lebih blia
disertai spasme otot, menunjukkan adanya inflamasi dari peritoneum
periatale. Temukanlah daerah ini setepatnya.
Sebelum melakukan palpasi, mintalah penderita untuk batuk,
dan temukanlah letak rasa sakitnya. Kemudian, lakukan palpasi
secara lembut dengan satu jari untuk menentukan daerah nyeri. Atau,
lakukanlah pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri lepas. Tekan
jari anda pelan-pelan dengan kuat, kemudian tiba-tiba lepaskan
tekanan anda. Apabila pada pelepasan tekanan juga timbul rasa sakit
(tidak hanya pada penekanan), dikatakan bahwa nyeri lepas tekan
positif. Oleh karena nyeri generalisata akan timbul pada pasien
dengan peritonitis, maka pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada
akhir pemeriksaan abdomen.

c. Palpasi Hepar
Palpasi pada hepar dilakukan dengan meletakkan tangan kiri
di belakang penderita, menyangga costa ke-11 dan ke-12 dengan
posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks. Dengan
mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari
depan.
Tempatkan tangan kanan anda pada abdomen penderita
pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral otot rektus dengan ujung
jari ditempatkan di bawah batas bawah daerah redup hepar. Dengan
posisi jari tangan menunjuk ke atas, obliq, tekanlah dengan lembut ke
arah dalam dan ke atas.
Mintalah penderita untuk bernafas dalam-dalam bersamaan
dengan tangan kanan menekan dalam dan tangan kiri menarik ke
atas (gambar 11). Cobalah merasakan sentuhan hepar pada jari anda
pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan menyentuh jari anda.
Apabila anda merasakannya, kendorkanlah tekanan jari anda,
sehingga hepar dapat meluncur di bawah jari anda, dan anda dapat
meraba permukaan anterior hepar penderita. Apabila anda dapat
merasakannya, batas hepar normal adalah lunak, tegas dan tidak
berbenjol-benjol.

Gambar 11. Teknik Palpasi Hepar


Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan
hepar tergantung pada tebal tipisnya otot rektum. Apabila anda susah

merabanya, pindahlah palpasi pada daerah yang lebih dekat ke arcus


costa.
Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan teknik mengait.
Pemeriksa berdiri didekat kepala di sebelah kanan penderita.
Letakkanlah kedua tangan kanan anda bersebelahan di bawah margo
kosta kanan dan batas bawah redup hepar. Mintalah penderita untuk
menarik nafas dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga pada
inspirasi dalam hepar akan berada pada posisi teraba (gambar 12).

Gambar 12. Teknik Mengait Hepar


Pemeriksaan Nyeri Tekan Hepar
Nyeri tekan hepar diperiksa dengan meletakkan telapak
tangan kiri di atas kuadran kanan atas dan dengan lembut
mengetuknya dengan permukaan ulnar kepalan tinju tangan kanan
(gambar 13).

Gambar 13. Teknik Untuk Mengetahui Nyeri Tekan Hati


d. Palpasi Lien
Palpasi lien lebih sulit ketimbang palpasi hepar dan biasanya
tidak teraba pada keadaan normal. Pasien berbaring telentang,
dengan pemeriksa pada sisi kanan pasien. Pemeriksa meletakkan
tangan kirinya di atas dada pasien dan mengangkat iga kiri pasien.
Tangan kanan diletakkan mendatar di bawah margo kosta kiri dan
menekan ke dalam dan ke atas ke arah garis aksila anterior. Tangan
kiri mendorong ke anterior untuk memindahkan lien ke anterior
(gambar 14). Pasien disuruh untuk menarik nafas dalam-dalam ketika
pemeriksa menekan ke dalam dengan tangan kanannya.

Gambar 14. Teknik Palpasi Lien


Teknik pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk
mempalpasi lien dengan cara membaringkan pasien pada sisi kanan
tubuhnya. Posisi ini akan menyebabkan lien tertarik ke arah anterior
bawah oleh pengaruh gaya gravitasi. Pemeriksa meletakkan tangan
kirinya pada margo kosta kiri, sementara tangan kanan melakukan
palpasi pada kuadran kiri atas (gambar 15).

Gambar 15. Teknik Lain Untuk Palpasi lien

Karena lien membesar secara diagonal di dalam abdomen


dari kuadran kiri atas ke arah umbilikus, sehingga palpasi selalu
dilakukan dari arah umbilikus yang secara berangsur-angsur bergerak
ke arah kuadran kiri atas.
e. Palpasi Ginjal
Palpasi ginjal kanan dilakukan dengan palpasi dalam di
bawah margo kosta kanan. Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien dan
meletakkan tangan kirinya di belakang pinggul kanan pasien, di
antara margo kosta dan krista iliaka. Tangan kanan diletakkan tepat
dibawah margo kosta dengan ujung jari mengarah ke kiri (Gambar
16). Pada saat melakukan palpasi pasien disuruh menarik nafas
dalam.
Palpasi yang sangat dalam dapat meraba kutub bawah ginjal
kanan ketika ia turun selama inspirasi dalam. Kutub bawah tersebut
akan teraba sebagai massa lembut bulat.
Palpasi ginjal kiri dilakukan dengan posisi pemeriksa di
sebelah kiri dengan prosedur yang sama pada palpasi ginjal kanan.
Karena ginjal kiri terletak lebih superior dari ginjal kanan, sehingga
kutub bawah ginjal kiri normal jarang dapat dipalpasi.
Kedua ginjal normal sering tidak dapat dipalpasi pada orang
dewasa.

Gambar 16. Teknik Palpasi Ginjal

PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN


1. Bacalah petunjuk sebelum datang ke tempat latihan, dan mengerti
cara-cara pemeriksaan, dan anatomi abdomen (apabila perlu,
bukalah kembali atlas anatomi anda).
2. Penderita diminta menanggalkan pakaian bagian bawah.
3. Penderita dalam keadaan berbaring, kepala berbantal tipis.
4. Penderita diminta untuk relaks, lengan bebas diletakkan
disepanjang sisi tubuh. Kalau perlu penderita diminta untuk
menekuk lutut. Bernafas biasa, untuk menghilangkan ketegangan
ajaklah penderita untuk bercakap-cakap.
5. Ambil waktu yang cukup dalam pemeriksaan abdomen ini, sebab
interpretasi apa yang didapat amatlah penting.
6. Dokter berdiri atau duduk disebelah kanan penderita.
7. Penderita diberitahu apa yang sedang dilakukan.
8. Penderita diminta memberikan reaksi apabila ada rasa atau
sensasi lain pada saat pemeriksaan.
9. Pemeriksaan rektum merupakan kelengkapan pemeriksaan
abdomen.
10. Catat apa yang didapatkan pada pemeriksaan.

CHECK LIST PEMERIKSAAN ABDOMEN


Nilai
No

Aspek Yang Dinilai


0
A. Persiapan Umum

Meminta izin, menjelaskan maksud


dan tujuan pemeriksaan.
Mempersipakan penderita untuk
berbaring terlentang dan meminta
penderita untuk membuka baju
seperlunya
agar
daerah
pemeriksaaan terbuka
Berusaha
membuat
penderita
rileks dengan mengajak berbicara
atau
menekuk
lutut
saat
pemeriksaan
B. Inspeksi

Melakukan
inspeksi abdomen
secara
menyeluruh
sebelum
perkusi dan palpasi
Melakukan
inspeksi
terhadap
peristaltik dengan membungkuk
atau duduk
C. Auskultasi

6
7
8

Melakukan auskutasi sebelum


perkusi dan palpasi
Melakukan
auskultasi
pada
tempat-tempat yang benar
Melakukan
auskultasi
untuk
mendengar nada yang lebih tinggi
pada hiperperistaltik
D. Perkusi

Melakukan
perkusi
sebagai
orientasi pada ke empat kuadran

Nilai
No

Aspek Yang Dinilai


0
abdomen

10

11
12
13

14

15

Melakukan
perkusi
untuk
menentukan batas bawah hepar
pada garis midklavikula
Melakukan
perkusi
untuk
menentukan batas atas hepar
pada garis midklavikula
Mengukur daerah redup hepar
pada garis midklavikula
Melakukan perkusi lien di spatium
interkosta di bawah garis axilaris
anterior kiri
Meminta penderita menarik nafas,
kemudian mengulangi perkusi
yang sama
Melakukan
perkusi
untuk
menentukan adanya asites dengan
teknik shifting dullness atau fluid
wave
E. Palpasi

16

Melakukan palpasi ringan secara


menyeluruh

17

Melakukan palpasi hepar

18

Melakukan uji nyeri tekan hepar

18

Melakukan palpasi lien

19

Melakukan palpasi ginjal

20

Melakukan pemeriksaan untuk


nyeri tekan dan nyeri lepas tekan

21

Meminta respon pasien

Nilai
No

Aspek Yang Dinilai


0

22

Menutup dan mencatat hasil


pemeriksaan

Keterangan :
0 :
Tidak dilakukan
1 :
Dilakukan
2 :
Dilakukan dengan benar

DAFTAR PUSTAKA
Douglas, G,. Nicol, F,. and Robertson, C. 2006. Macleods
Clinical Examination. Eleventh Edition. Limited. UK. Harcourt
Publishers Limited.
Ford, J.M,. Hennessey, I,. and Japp, A. 2005. Introduction to
Clinical Examination.Eight Edition. Elsevier Limited. UK.
Harcourt Publishers Limited.
Goldberg and Thompson, J. 2005. Exam of The Abdomen In A
Practical Guide to Clinical Medicine. UCSD School of Medicine
and VA Medical Center. University of California. San Diego.
http:///medicine.ucsd.edu/clinicalmed/abdomen.htm. didownload
30 Agustus 2007.
Swartz, M.H. 1995. Textbook of
Philadelphia. WB Saunders Company.

Physical

Diagnosis.

Anda mungkin juga menyukai