Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

Pemeriksaan fisik bagian abdomen adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk


mengetahui ada atau tidaknya kelainan organ / sistem dalam bagian perut. Pemeriksaan
abdomen dapat bersifat kompleks karena organ-organ yang terletak di dalam rongga
abdomen. Riwayat keperawatan yang lengkap dapat membantu perawat
menginterpretasikan tanda fisik. Pemeriksaan mencakup pengkajian struktur traktus
gastro intestinal (GI) bawah selain hati, lambung, uterus, ovarium, ginjal, dan kandung
kemih. Nyeri abdomen merupakan gejala yang paling umum yang di laporkan klien
ketika mencari layanan medis. Pengkajian yang akurat membutuhkan data riwayat klien
dengan pengkajian yang cermat terhadap lokasi gejala fisik. Garis batas membantu
perawat memetakan region abdomen. Prosessus sifoideus (ujung sternum) menandai tepi
atas region abdomen, dan simfisis pubis menggambarkan tepi bawah.

Dengan membagi abdomen menjadi 4 kuadran imaginer perawat dapat merujuk


hasil pengkajian dan mencatatnya. Sebagai contoh, perawat dapat menentukan bahwa
klien mengalami nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (LLQ) dengan bising usus normal.
Sebelah posterior ginjal, terdapat di vertebra T12-L3, dilindungi iga bawah dan otot
punggung. Sudut kostovetebral yang di bentuk oleh iga terakhir dan kolumna vertebra
adalah garis batas yang di gunakan selama palpasi ginjal. Untuk pemeriksaan abdomen
klien harus rileks. Otot abdomen yang mengencang menyembunyikan keakuratan palpasi
dan auskultasi. Perawat meminta klien untuk berkemih sebelum pemeriksaan dimulai.
Ruangan harus hangat, dada atas dan tungkai klien di beri selimut. Klien berbaring
terlentang atau dengan posisi dorso rekumben dengan lengan dikedua sisi dan lutut
sedikit di tekuk. Bantal kecil di tempatkan di belakang lutut. Jika klien meletakkan
lengan di bawah kepala, otot abdomen dapat mengencang.

Pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan tenang dan perlahan, memastikan


bahwa terdapat pencahayaan yang adekuat. Abdomen di panjangkan tepat dari atas
prosessus sipoideus ke bawah ke simfisis pubis. Tangan dan stetoskop yang hangat akan
meningkatkan relaksasi. Mempertahankan percakapan kecuali selama auskultasi
membantu mendistraksi klien. Klien di minta melapor bila terjadi nyeri dan menunjuk

1
area yang nyeri. Area yang nyeri harus dikaji paling akhir. Urutan pemeriksaan abdomen
sedikit berbeda dengan pengkajian sebelumnya. Perawat memulainya dengan infeksi dan
diikuti dengan auskultasi. Pengkajian dengan auskultasi sebelum palapasi dan perkusi
merupakan hal yang penting dilakukan Karena palpasi dan perkusi dapat mengubah
frekuensi dan karakter bising usus. Perawat juga memerlukan pita ukur dan pena.

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan 4 (empat) tehnik/cara yaitu

1. INSPEKSI (Ovi)

Dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan dinding perut saat respirasi, mengkaji


tanda luka, umbilical, kulit dinding perut atau untuk menilai ukuran dan bentuk perut.
Abdomen dibagi dalam 4 kuadran yaitu:

1. kuadran I => kanan atas

2. kuadran II => kanan bawah

3. kuadran III => kiri atas

4. kuadran IV => kiri bawah

2
Dengan sembilan bagian yaitu :

1. Epigastrik

2. Umbilical

3. Hipogastrik

4. Hipokondrial kanan

5. Hipokondrial kiri

6. Lumbal kanan

7. Lumbal kiri

8. Inguinal kanan

9. Inguinal kiri

Apabila bentuk perut simetris, maka dapat megindikasikan adanya hipokalemi,


hipotiroid, penimbunan lemak, peforasi, asites, dan illeus obstruktif. Buncit asimetris
merupakan kemungkinan terjadinya poliomyelitis, pembesaran organ intra abdominal,
dan illeus. Kemudian, dapat juga di amati adanya gerakan dinding perut, ditemukan pada
usia 6-7 tahun. Gerakan berkurang pada alvendisitis, peritonitis, dan illeus.

2. PALPASI (Adhe)
Dengan palpasi, umumnya peserta didik keperawatan menggunakannya untuk
mendeteksi area-area nyeri tekan pada abdomen dan mencatat kualitas distensi abdomen
atau massa. Palpasi digunakan dengan cara monomanual (satu tangan) atau bimanual
(dua tangan) seperti pada palpasi lapangan atau dinding abdomen dengan adanya nyeri
tekan, tegangan dinding perut, palapasi pada hati (normal umur 5-6 tahun teraba 1/3
dengan tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata, dan tidak ada nyeri tekan). Pada
palpasi hati, palpasi yang digunakan adalah palpasi ringan dan dalam. Setelah
menggosokkan kedua tangan, perawat menggunakan palpasi ringan pada setiap kuadran.
Area yang menimbulkan nyeri di palpasi paling akhir. Perawat meletakkan telapak tangan

3
dengan jari di ekstensi dan menekan ringan pada abdomen. Perawat menjaga agar telapak
tangan dan lengan atas tetap horizontal. Bantalan ujung jari menekan kira-kira 1,3 cm
dengan gerakan menukik yang lembut.

Perawat menghindari tusukan cepat dan menggunakan gerakan terkoordinasi yang


halus. Dengan meletakkan tangan klien di atas abdomen dan tangan perawat di atas
tangan klien akan sangat membantu jika klien tersebut mudah merasa geli. Hal ini di
lakukan sampai perawat dapat memindahkan tangan klien secara bertahap. Palpasi
sistematik dari setiap kuadran mengkaji adanya resistensi muskuler, distensi, nyeri tekan,
dan organ atau massa super fisial. Sambil mempalpasi, perawat mengobservasi wajah
klien untuk adanya tanda ketidaknyamanan. Abdomen normalnya halus dengan
kelunakan yang konsisten dan tidak ada nyeri tekan tanpa massa. Lansia sering kali
kekurangan tonus abdomen. Jika perawat mempalpasi area sensitive, dapat terjadi
ketegangan otot. Jika ketegangan otot tersebut tetap ada setelah klien di bantu untuk
rileks, maka hal tersebut dapat di sebabkan oleh peritonitis, kolesistitis akut atau
apendisitis. Kandung kemih yang terdistensi mudah di deteksi dengan palpasi ringan.
Normalnya kandung kemih berada di bawah umbilicus dan di atas simfisis pubis. Perawat
secara rutin memeriksa adanya distensi kandung kemih jika klien tidak dapat berkemih
(misalnya karena anesthesia atau sedasi), mengalami inkontinensia, atau jika kateter
menetap tidak mengalir dengan baik.

Berdasarkan pengalaman perawat dapat melakukan palpasi dalam untuk


menggambarkan organ-organ abdominal dan untuk mendeteksi adanya massa yang
kurang jelas. Di perlukan kuku jari yang pendek. Penting bagi klien untuk rileks pada saat
tangan perawat menekan kira-kira 2,5-7,5 cm ke dalam abdomen. Palpasi dalam tidak
pernah di gunakan di atas insisi bedah atau organ yang sangat lunak. Palpasi juga tidak di
gunakan pada massa yang abnormal. Tekanan dalam dapat mengakibatkan nyeri tekan
pada klien sehat jika di berikan di atas sekum, kolon sigmoid, aorta, dan garis tengah di
dekat prosesus simfoideus (Seidel et al, 1995). Setiap kuadran di periksa secara
sistematik. Massa yang terpalpasi dikaji ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, nyeri tekan,
pulsasi, dan mobilitasnya. Jika terdapat nyeri tekan, pemeriksa mermeriksa adanya nyeri
lepas. Dengan tes ini perawat menekan tangan secara perlahan dan mendalam ke dalam

4
area yang sakit dan kemudian melepaskannya dengan cepat. Jika nyeri muncul pada saat
tangan di lepaskan, maka hasil tersebut adalah positif. Nyeri lepas terjadi pada klien
dengan iritasi peritoneum seperti apendisitis, pancreatitis, atau cedera peritoneum yang
menyebabkan empedu, darah atau enzim memasuki rongga peritoneum. Palpasi limfa
(normal masih teraba 1-2 cm di bawah arkus kosta) dan palpasi ginjal (normal tidak
teraba, kecualai pada neunatus) dengan cara meletrakkan tangan kiri pemeriksa di bagian
posterior tubuh dan jari telunjuk menekan atau massa ke atas, sementara tangan kanan
melakukan palpasi.

HATI

Hati terdapat dikuadran kanan atas di bawah rongga iga. Perawat menggunakan
palpasi dalam untuk mencari tepi bawah hati. Teknik ini mendeteksi pembesaran hati.
Untuk mempalpasi hati, perawat meletakkan tangan kiri di bawah toraks posterior kanan
pasien pada iga ke 11 dan ke 12 dan kemudian memeberi tekanan ke atas. Manuiver ini
mempermudah perabaan hati di bagian anterior. Dengan jari-jari tangan kanan mengarah
ke tepi kostal kanan, perawat meletakkan tangan di atas kuadran kanan atas tepat di
bawah tepi bawah hati. Pada saat perawat menekan ke atas dan ke bawah secara perlahan,
klien menarik nafas dalam melalui abdomen. Pada saat klien berinhalasi, perawat
mencoba mempalpasi tepi hati pada saat hati menurun. Hati normal tidak dapat di
palpasi. Tetapi hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki tepi yang tegas, teratur,
dan tajam. Jika hati dapat di palpasi, perawat melacak tepiannya secara medial dan lateral
dengan mengulang manuver tersebut.

PULSASI AORTIK

Untuk mengkaji pulsasi aortic, perawat mempalpasinya dengan ibu jari dan jari
telunjuk secara mendalam ke dalam abdomen atas, tepat di sebelah kiri baris tengah.
Pulpasi normalnya ditransmisikan ke atas. Jika terdapat pembesaran aorta karena
aneurisma (dilatasi setempat dinding pembuluh darah), pulsasi melebar ke arah lateral.
Pada klien obesitas di perlukan palpasi dengan kedua tangan, satu tangan di setiap sisi
aorta.

5
3. PERKUSI
Perkusi, dilakukan melalui epigastrum secara simestris menuju bagian bawah
abdomen. Dengan penilaian normal (bunyi timpani) pada seluruh lapangan abdomen,
sedangkan bunyi abnormal mengidikasikan kemungkinan terjadinya obstruksi saluran
gastro intestinal, ilius, dan lain-lain, dan adanya asites dapat diketahui melalui reduk yang
berpindah perkusi dari umbilicus ke sisi perut (sahifting dullness).
Perkusi abdomen dilakukan untuk mengetahui letak organ-organ yang berada di
bawahnya, tulang dan massa dan membantu mengungkapkan adanya udara di dalam
lambung dan usus. Peserta didik pemula menggunakan keterampilan ini dengan cara yang

terbatas. Diperlukan latihan untuk memastikan keakuratan. ANITA

ORGAN & MASSA (WINA)

Perawat memperkusi secara sistematik setiap kuadran untuk mengkaji area-area


timpani dan pekak. Area-area yang berpotensi menimbulkan nyeri selalu di perkusi
paling akhir. Timpani biasanya mendominasi karena adanya udara di dalam lambung dan
usus. Perkusi pekak terdengar sebagai bunyi bernada sedang sampai tinggi yang
terdengar di atas massa padat seperti hati, timpa, pankreas, ginjal, dan kandung kemih
yang terdistensi. Selain itu, bunyi, pekak juga dapat mengindikasikan adanya tumor. Jika
terdengar adanya pekak, akan sangat bermanfaat menggunakan palpasi untuk
menyelesaikan pengkajian yang lebih lengkap.

UKURAN HATI (DAYU)

Perkusi memungkinkan perawat mengidentifikasi batas batasan hati guna


mendeteksi adanya pembesaran organ. Perawat memulainya pada bagian Krista iliaka
kanan dan perkusi atas sepanjang garis midklavikular kanan. Catat adanya perubahan dari
timpatik ke pekak yang terdapat di tepi bawah hati, yang biasanya berada di tepi kostal
kanan. Perlusan melewati tepi kosta kanan harus segera dilaporkan. Perawat dapat

6
menandai tepi bawah pada abdomen klien dengan pensil. Tepi atas ditemukan dengan
memperkusi ke bawah dari klavikula sepanjang rongga interkostal digaris midklavikula.
Pada saat ini catet adanya perubahan resonan ke pekak. Tepi atas hati biasanya ditemukan
pada rongga iga ke lima, ke enam, atau ke tujuh. Jarak antara tepi atas dan tepi bawah
harus 6 -12 cm di garis midklavikular kanan. Penyakit seperti sirosis, kanker, dan
hepatitis menyebabkan pembesaran hati.

NYERI TEKAN PADA GINJAL (KK PETER)

Dengan posisi klien duduk atau berdiri tegak, perawat menggunakan perkusi
langsung atau tidak langsung untuk mengkaji adanya inflamasi ginjal. Dengan
permukaan ulnar kepalan yang tertutup sebagian, perawat memperkusi bagian posterior
sudut kostovertebral di garis kavula. Jika ginjal meradang, klien akan merasakan nyeri
tekan selama perkusi.

4. AUSKULTASI (ECY & VENDI)


Perawat mengauskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus dari
motilitas usus dan untuk mendeteksi bunyi vaskuler. Klien diminta untuk tidak berbiara.
Jika klien memakai selang nasogastrik atau selang intestinal yang dihubungkan ke
penghisap intermiten, maka selang tersebut harus dimatikan sementara. Bunyi alat
penghisap (suction) dapat mengaburkan bising usus.

Di lakukan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan adanya suara


peristaltic usus normal, terhadap setiap 10-30 detik. Peristaltic usus meningkat (nyaring)
pada obstruksi straktus gastroin destinal dan menurun pada peritolitis atau illeus. Selain
itu, suara bising (bruit) juga memungkinkan dapat terdengar diseluruh permukaan perut
pada koarktaksio aorta abdominalis, dan apabila suara ini dapat di dengar pada daerah
ginjal bagian posterior, kemungkinan dapat terjadi adanya konstriksi salah satu ateri
renalis.

7
MOTILITAS USUS
Peristalsis, atau motilitas usus, merupakan fungsi normal usus halus dan usus
besar. Bising usus merupakan bunyi lintasan udara dan cairan yang diciptakan oleh
peristalsis tersebut. Diagfragma stetoskop yang dihangatkan diletakkan sedikit di atas
setiap kuadran. Normalnya udara dan cairan yang mengalir melewati usus menimbulkan
bunyi berdeguk atau bunyi klik yang terjadi tidak teratur 5-35 kali per menit. Bunyi
tersebut dapat berlangsung selama ½ detik sampai beberapa detik. Normalnya diperlukan
5-20 detik untuk mendegarkan bising usus. Tetapi, diperlukan waktu 5 menit
mendengarkan secara kontinu sebelum memutuskan bahwa tidak ada bising usus.
Auskultasi keempat kuadran untuk memastikan bahwa tidak ada bunyi yang terlewat.
Saat terbaik untuk mengauskultasi adalah diantara waktu makan. Pada saat perawat
mengauskultasi tepat setelah makan atau lama setelah klien makan. Bising usus cendrung
meningkat. Bunyi biasanya digambarkan sebagai normal, dapat terdengar, tidak ada,
himperaktif atau hipoaktif. Tidak adanya bunyi mengindikasikan berhentinya motilitas
gastrowintestinal yang terjadi akibat obstruksi usus tahap akhir, ileus paralitik, atau
peritonitis. Bunyi hiperaktif adalah bunyi “growling” yang disebut borborygmi, yang
mengindikasikan peningkatan motilitas gastrointestinal. Implamasi usus, kecemasan,
diare, pendarahan, igesti laksatif berlebihan, dan reaksi usus terhadap makanan tertentu
menyebabkan peningkatan motilitas usus.

BUNYI VASKULES
Bruid mengindikasikan penyempitan pembuluh darah dan gangguan aliran
darah. Adanya bruid pada area abdomen dapat mengungkapkan adanya aneurisma atau
stenosis pembuluh darah. Perawat menggunakan bel stetoskop untuk mengauskultasi
regio epigastrik dan keempat kuadran. Normalnya tidak ada bunyi vaskules yang
terdengar di aorta (garis tengah abdomen), atau arteri pemoral (kuadran bawah). Bruid
arteri renalis dapat terdengar dengan meletakkan stetoskop di atas setiap kuadran atas
secara anterior atau diatas sudut kostovertebra secara posterior (yang dapat dilakukan
pada klien duduk). Bruid harus segera dilaporkan ke dokter.

8
KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN

1. Mata Ajaran :
2. Keterampilan : Pemeriksaan fisik abdomen
3. Pengertian : Pemeriksaan fisik pada sistem abdomen
4. Tujuan : - memperoleh data tentang kondisi fisik abdomen
- mengetahui keadaan abnormalitas pada abdomen

5. Penilaian

No Komponen Penilaian / Keterampilan Kemampuan ke - KET

I II III IV

I PENGETAHUAN (20 %)

a. Penguasaan prosedur
b. Ketepatan data
c. Rasional tindakan

SIKAP (10 %)

a. Disiplin
II b. Kerjasama
c. Tanggungjawab
d. Komunikasi
e. Penampilan Fisik
f. Kreatifitas
III PELAKSANAAN/KETERAMPILAN

A.Persiapan

1. Persiapan Pasien

 Memperkenalkan diri (Kontrak)


 Meminta pengunjung meninggalkan ruangan
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
(kosongkan bladder)

9
 Pasien disiapkan dengan posisi: duduk (ginjal),
supinasi dengan kaki sedikit diangkat.
2. Persiapan Lingkungan

 Menutup pintu atau memasang sampiran


 Ruangan hangat dan nyaman, pencahayaan adekuat
3. Persiapan Alat : baju periksa, selimut, stetoskop,
penggaris, meteran, sarung tangan, lampu periksa

B . Cara kerja

1. Dekatkan alat ke samping klien


2. Jelaskan tindakan dan tujuan
3. Cuci tangan
4. Lakukan pemeriksaan:

Inspeksi

a. Atur posisi klien


 Tempatkan klien pada posisi supine
 Letakkan satu bantal di bawah kepala klien dan lutut
 Tutupi dada klien dengan baju periksa, hanya buka
daerah abdomen. Letakkan selimut pada daerah pubis
dan tutupi daerah kaki.
b. Visualisasi kuadran atau region abdomen
 Visualisasi garis horizontal dan
vertical yang membagi abdomen kedalam 4 kuadran dan
9 region
 Visualisasi organ/struktur yang ada dibawahnya
c. Tentukan kontur/bentuk kesimetrisan abdomen
 Observasi bentuk abdomen antara batas tulang rusuk
dengan simpisis pubis.Pemeriksa melakukan observasi
abdomen pada posisi setinggi mata (posisi pemeriksa
duduk dan berlutut)
 Observasi kesimetrisan abdomen : pertama observasi
pada posisi berdiri disamping klien, kemudian berdiri di
depan kaki tempat tidur/meja periksa dan bandingkan
sisi kiri dan kanan abdomen. Periksa bila ada tonjolan
atau massa (ketidak simetrisan bentuk) dan apakah ada
distensi kandung kemih atau tidak. Distensi kandung
kemih dapat dilihat dari bagian suprapubis.
d. Observasi lokasi dari umbilicus : apakah berada ditengah-
tengah abdomen, inverted atau menonjol; perhatikan
kebersihan dan tanda-tanda implikasi.
e. Observasi kulit abdomen
 Periksa adanya skar (luka jaringan parut), striae,
pembesaran vena, lecet atau kemerahan pada kulit atau
adanya ostomi. Observasi lokasi dan karakteristiknya
f. Observasi pergerakan dinding abdomen
 Pergerakan abdomen dapat

10
berupa pulsasi atau gelombang peristaltic.
2. Auskultasi
a. Auskultasi bising usus
 Gunakan diafragma stetoskop
 Mulai auskultasi pada daerah RLQ
 Perhatikan karakter dan frekuansi bising usus
 Hitung bising usus minimal selama 60 detik
b. Auskultasi bunyi vascular dan friction rub
 Gunakan bell stetoskop
 Dengarkan pada daerah abdominal dan arteri renalis,
iliaca dan femoralis. Letakkan bell stetoskop pada
daerah sejajar dengan garis midklavikula di camping
aorta di atas umbilikus.
Pada umumnya tidak ada bunyi yang terdengar, tetapi
pada dewasa muda mungkin terdengar bunyi dan hal
ini dianggap normal. Pada dewasa kurus, pulsasi
arteri renalis dapat terdengar.

 Untuk mendengarkan friction rub auskultasi abdomen,


dengarkan suara yang kasar dan mengganggu. Dan
dengarkan dengan teliti pada daerah hepar dan limfa.
Friction rub disebabkan oleh 2 organ yang
bersentuhan/bergesekan atau satu organ yang
bergesekan dengan peritoneum. Friction rub di dalam
abdomen biasanya menunjukkan adanya tumor, infeksi
atau peritonitis yang memerlukan evaluasi medis lebih
lanjut.

3. Perkusi
Suara abdomen yang terdengar pada perkusi yaitu Timpany,
Dullness (redup), Hiperresonance

Perkusi pada 4 kuadran abdomen untuk menentukan tingkat


suara tympani dan dullness.

a. Perkusi pada hepar


 Perkusi pada abdomen untuk menentukan batas atas
dan bawah atau tinggi hepar
 Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilikus bergerak
ke atas sepanjang garis midklavikula kanan
 Suara yg pertama terdengar adalah tympani . Bila
suara berubah menjadi dullness, pemeriksa dapat
mengidentifikasikan batas bawah hepar.
 Beri tanda titik dengan pena. Hal ini biasanya pada
batas tulang rusuk.
 Perkusi ke arah bawah dari ICS ke 4 sepanjang garis
midklavikula kanan. Suara pertama yang terdengar
seharusnya adalah resonance, karena pemeriksa
melakukan perkusi pada paru-paru.

11
 Lanjutkan perkusi ke bawah sampai
terdengar bunyi dulness. Ini adalah batas atas hepar.
Beri tanda titik.
 Batas atas biasanya setingkat dengan ICS ke-6. Jarak
antara kedua titik kurang lebih 6-12 cm.
 Perkusi sepanjang garis ”midsternum” dengan tehnik
yang sama seperti sebelumnya. Ukuran hepar pada
garis midsternum kurang lebih 4-9 cm.
b. Perkusi Limfa : untuk menentukan ukuran dan lokasi limfa
 Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai
garis midaksila kiri (splenic dulness) biasanya
terdengar dari ICS ke-6 sampai dengan ke-10
c. Palpasi dan perkusi kandung kemih untuk mengetahui
lokasi dan isinya
 Lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung
kemih (± 5-7 cm)
 Setelah mengetahui fundus, lalu lakukan perkusi
 Perkusi dilakukan diatas regio suprapubik, kandung
kemih jika terisi penuh oleh urin akan terdengar suara
redup (dulness)
d. Perkusi ginjal
 Atur posisi pasien menjadi posisi duduk
membelakangi pemeriksa
 Observasi sudut kostovertebral , perhatikan warna dan
kesimetrisan
 Palpasi area sudut kostovertebral kiri dan amati reaksi
klien dan tanyakan apa yg dirasakannya
 Lakukan hal yang sama pada bagian kanan
Perhatian : jangan lakukan perkusi dan palpasi apabila
diketahui ada riwayat nyeri, Jangan lakukan perkusi dan
palpasi apabila diperkirakan klien menderita tumor
ginjal.Palpasi akan meningkatkan tekanan intraabdominal
yang dapat memudahkan penyebaran.

 Lakukan perkusi untuk mengkaji ginjal lebih lanjut


dengan cara : 1) Letakkan telapak tangan tidak
dominan di atas sudut kostovertebral, 2) Lakukan
perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan
menggunakan kepalan tangan dominan, 3) Ulangi
prosedur untuk bagian kanan.

4. Palpasi
Palpasi abdomen dilakukan untuk menentukan ukuran dan
letak organ, ketegangan, otot, adanya massa, nyeri dan adanya
cairan.

Identifikasi daerah yang nyeri sebelum memulai palpasi dan


palpasi pada daerah yang nyeri dilakukan terakhir. Pemeriksa
menggunakan baik itu palpasi dangkal maupun palpasi dalam.

12
Tangan pemeriksa harus hangat. Klien harus serileks mungkin

a. Palpasi abdomen dangkal


 Letakkan telapak tangan dan jari pada abdomen
 Tekan abdomen dangkal dan menggunakan jari
 Pindahkan tangan keseluruh 4 kuadran dengan cara
mengangkat tangan kemudian meletakkannya pada
daerah yang lain. Jangan menggeser atau menarik
tangan pada permukaan kulit
b. Palpasi abdomen dengan tekanan yang sedang
 Lakukan seperti langkah no.1 (palpasi dangkal)
 Berikan penekanan abdomen kurang lebih (5 cm)
 Pastikan untuk melakukan palpasi pada ke-4 kuadran
secara teratur urutannya.
 Untuk klien yang gemuk/klien dengan pembesaran
abdomen, gunakan tehnik bimanual : letakkan jari
tangan yang tidak dominan di atas tangan yang
dominan
 Identifikasi ukuran organ di bawahnya, apakah ada
nyeri atau massa.
c. Palpasi hepar
 Pemeriksa berdiri di sisi kanan klien
 Letakkan tangan kiri di bawah thorax posterior kanan
pada tulang rusuk ke 11 dan 12 (pinggang)
 Instruksikan klien untuk relaks diatas tangan kiri
pemeriksa
 Angkat daerah tulang rusuk dengan tangan kiri
 Letakkan tangan kanan pada abdomen (RUQ) atau di
bawah batas bawah hepar kemudian tekan ke dalam
dan keatas sepanjang batas lengkung tulang rusuk
 Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam. Pada
saat inhalasi perawat meraba tepi hepar
Secara normal hepar tidak teraba kecuali pada
beberapa klien yg kurus. Bila teraba normal tepi
hepar halus, tegas dan tidak nyeri

d. Palpasi limfa
 Pemeriksa berdiri di sisi kanan klien
 Letakkan tangan kiri di bawah lengkung rusuk sebelah
kiri dan lengkung tersebut untuk memindahkan posisi
limfa ke anterior
 Tekan ujung jari-jari tangan kanan ke dalam batas
tulang rusuk kiri ke arah klien
 Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam melalui
mulut. Karena diafragma akan turun dan limfa
bergerak ke arah ujung-ujung jari tangan kanan
pemeriksa. Akan tetapi biasanya limfa tidak teraba
kecuali ada pembesaran yg jelas
e. Palpasi ginjal
 Posisi supinasi, palpasi dilakukan disebelah kanan

13
 Letakkan tangan kiri di bawah abdomen diantara
tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan kanan dibagian
atas
 Anjurkan klien nafas dalam dan tangan kanan
menekan ke bawah sementara tangan kiri mendorong
keatas
 Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan.
5. Rapikan alat- alat
6. Cuci tangan

C. Evaluasi

1. Evaluasi perasaan klien


2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasi prosedur dan hasil observasi

TOTAL NILAI

Mataram,......................

PENILAI

1. ................................... ( tgl )

2. ....................................( tgl )

3. ....................................( tgl )

4. ....................................( tgl )

14
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai