Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh para ahli
pendidikan kesehatan dalam berbagai pengertian, tergantung pada sudut
pandang massing-masing. Menurut Wood (1926), dalam definisi yang
dikemukakannya (Hanlon, hlm. 578) yang dikutip Tafal, (1984)
mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan
pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang
berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat, dan ras.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan
individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan
kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu prosedur yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yag berubah secara dinamis, yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun
praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat.
Pendidikan Kesehatan dalam keperawatan saat ini sangatlah
penting untuk dipelajari bagi setiap perawat, mengingat bahwa saat ini
dorongan zaman terus menuntut agar perawat dapat memberikan
pelayanan yang terbaik bagi setiap klien. Banyak masyarakat yang masih
mengharapkan peningkatan pelayanan kesehatan dari cara kerja perawat
dalam melaksanakan pelayanan, dan tidak sedikit pula masyarakat yang
masih mengeluhkan akan kinerja perawat dalam melaksanakan pelayanan
keperawatan kepada klien. Pendidikan kesehatan juga bertujuan agar
perawat dapat secara mandiri melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien tanpa selalu bergantung pada orang lain. Berdasarkan permasalahan
di atas, penting kiranya penulis yang berkutat di dalam pemberi asuhan
keperawatan bagi klien, mengkaji dan mencarikan solusi terbaik untuk
semua pihak. Maka dari itu, penulis mencari informasi dan menyusun
makalah mengenai pendidikan kesehatan dalam keperawatan yang

1
mudah-mudahan bisa menjadi solusi. Hal ini pun merupakan salah satu
upaya pemenuhan tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II .

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan kesehatan ?
2. Bagaimana konsep belajar dan mengajar?
3. Bagaimana pengkajian dan penatalaksanaan keperawatan tentang
penyuluhan pasien dan keluarga dalam keperawatan kritis?
4. Bagaimana penulisan rencana penyuluhan pasien?
5. Bagaiman diagnosa keperawatan dalam penyuluhan kritis?
6. Bagaimana kriteria hasil / tujuan pasien dalam penyuluhan kritis?
7. Bagaimana intervensi keperawatan dalam penyuluhan kritis?
8. Bagaimana peran keluarga dalam kesehatan?
9. Bagaimana dukungan keluarga pada pasien yang dirawat di unit
perawatan intensive?
10. Bagaimana konsep unit perawatan intensive?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan kesehatan
2. Untuk mengetahui konsep belajar dan mengajar
3. Untuk mengetahui pengkajian dan penatalaksanaan keperawatan
tentang penyuluhan pasien dan keluarga dalam keperawatan kritis
4. Untuk mengetahui penulisan rencana penyuluhan pasien
5. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dalam penyuluhan kritis
6. Untuk mengetahui kriteria hasil / tujuan pasien dalam penyuluhan
kritis
7. Untuk mengetahui intervensi keperawatan dalam penyuluhan kritis?
8. Untuk mengetahui peran keluarga dalam kesehatan
9. Untuk mengetahui dukungan keluarga pada pasien yang dirawat di
unit perawatan intensive
10. Untuk mengetahui konsep unit perawatan intensive
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian pendidikan kesehatan
2. Dapat mengetahui konsep belajar dan mengajar
3. Dapat mengetahui pengkajian dan penatalaksanaan keperawatan
tentang penyuluhan pasien dan keluarga dalam keperawatan kritis
4. Dapat mengetahui penulisan rencana penyuluhan pasien
5. Dapat mengetahui diagnosa keperawatan dalam penyuluhan kritis
6. Dapat mengetahui kriteria hasil / tujuan pasien dalam penyuluhan
kritis
7. Dapat mengetahui intervensi keperawatan dalam penyuluhan kritis?
8. Dapat mengetahui peran keluarga dalam kesehatan
9. Dapat mengetahui dukungan keluarga pada pasien yang dirawat di
unit perawatan intensive

2
10. Dapat mengetahui konsep unit perawatan intensive

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo tahun 2003, pendidikan kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan. Sedangkan dalam keperawatan,
pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan
yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran, yang di dalamnya perawat berperan sebagai perawat
pendidik.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial. (Notoatmodjo,
2003)
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo tahun 2003, ruang lingkup pendidikan
kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain; dimensi
aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan
kesehata, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
a. Aspek Kesehatan
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu
mencakup empat aspek pokok yaitu:
2) Promosi (Promotif)
3) Pencegahan(Preventif)
4) Penyembuhan(Kuratif)
5) Pemulihan(Rehabilitatif)

b. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan


Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
1) Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di
sekolah dengan sasaran murid

4
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran
nuruh atau karyawan yang bersangkutan
4) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang
mencakup terminal bus, stasiun, bandar udara, tempat-tempat
olahraga, dan sebagainya
5) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti: Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik Rumah Bersalin,
dan sebagainya
c. Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari leavel and clark,
sebagai berikut:
1) Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup,
dan perbaikan sanitasi lingkungan
2) Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera
4) Pembatasan cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit
seringkali mengakibatkan masyakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak
sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan
menjadi cacat
5) Rehabilitasi (pemulihan)

B. Belajar dan Mengajar


Pengenalan terhadap respon pasien pada penyakit membantu
perawat memperkirakan kapan penyuluhan akan di serap dengan baik dan
paling bermanfaat bagi pasien. Model adaptasi terhadap penyakit dapat
diterapkan. Belajar adalah lebih tampak sebagai tahap tahap, karena
emosi pasien yang tampak merupakan respon kondisi fisiknya. Hal ini
berarti bahwa pasien merasa sakit seperti yang secara nyata ia rasakan.
Pemberian informasi selama masa sakit membantu pasien bergerak
ketahap selanjutnya dari proses penyembuhan. Bila ada sedikit perbedaan

5
antara kondisi fisik pasien dengan apa yang dinyatakan, maka motivasi
untuk belajar terganggu dan penyuluhan akan kurang effektif.

C. Pengkajian dan Penatalaksanaan Keperawatan


Untuk meningkatkan keefektifan penyuluhan perlu dilakukan hal
sebagai berikut (Hudak dan Gallo, 2010) :
1.Motivasi
Motivasi untuk belajar harus dikaji dalam dua area. Motivasi
intrisik meliputi perilaku peserta didik, nilai, kepribadian, dan pola
hidup. Metode penyuluhan dan apa yang dipikirkan harus dipastikan
sebagai aspek hidup pasien.
Motivassi ekstrinsik meliputi suasana peserta didik, lingkungan
fisik, waktu belajar, penguatan yang mungkin, hubungan interpersonal
dengan pendidik, dan keterampilan instruktur. Perawat lebih jauh harus
mengawasi sumber motivasi ekstrinsik. Apakah respon pasien yang
terbaik bila sendiri atau dengan orang lain? Apakah pasien menyukai
kebersamaan dengan perawat? Apakah ia sering minta ijin ke kamar
mandi? Apakah sentuhan, senyuman, dan penguatan meningkatkan
proses pendidikan? Sudahkah perawat meningkatkan keterampilan
mendidik dan metode untuk tipe penyuluhan peserta didik? Upaya trial
and error penyuluhan pada tiap pasien dapat diberikan dengan perawat
lain untuk meningkatkan keterampilan motivasi ekstrinsik.

2. Kesenjangan pengetahuan
Pengkajian terhadap kesenjangan pengetahuan meliputi pengenalan
terhadap kebutuhan apa yang dipikirkan dan mempelajari efek
perubahan perilaku. Kesenjangan pengetahuan dapat juga dikaji dengan
menggunakan apakah dibandingkan dengan apa yang dapat terjadi.
Sejujurnya, penilaian yang akurat menimbulkan realistis, tujuan yang
dapat dicapai daripada yang tidak realistis, bila tetap dipaksakan akan
mengakibatkan pengalaman kegagalan pada pasien. Pada rencana tahap
ini, penting untuk pasien dan keluarganya mengenali keuntungan dalam
mempelajari pengetahuan baru. Bila tahap ini tercapai, pasien harus
menyadari bahwa mereka mempunyai dasar yang lebih baik untuk
memilih apakah mereka akan mempelajari dan beruba. Hak pasien untuk

6
membuat pilihan ini harus dinyatakan dan diterima oleh perawat. Akan
tetapi, perawat mempunyai tanggung jawab untuk membuat pasien
memilih berdasarkan pengetahuannya.

3. Kesiapan belajar
Tahap kesiapan belajar terdiri dari:
Tingkat adaptasi pasien terhadap penyakit
Tingkat ansietas pasien
Tingkat perkembangan pasien
Kesempatan untuk mempraktikan pengetahuan dan keterampilan
baru
Lingkungan belajar yang secara interpersonal aman dan
memungkinkan trial and error tanpa saling menuduh

Pada saat pasien memerankan peran sakit, mereka menjadi lebih


menerima untuk belajar tentang penyakitnya. Karena makin
meningkatnya ansietas, pendidikan selalu lebih efektif selama periode
penerimaan emosional daripada selama waktu pasien mulai keluar dari
peran sakitnya. Kapanpun pasien bergerak baik maju atau mundur- dalam
rentang sehat sakit, akan selalu terjadi respon ansietas , kuatir atau
depresi yang akan mempengaruhi konsentrasi belajar. Selain itu,
penerimaan, pemindahan, penerimaan ulang di unit perawatan kritis dan
proses pemulangan dari rumah sakit adalah waktu yang buruk untuk
proses belajar mengajar. Selama periode ansietas merupakan waktu yang
dapat digunakan perawat untuk memperjelas persepsi pasien terhadap
apa yang terjadi sehingga kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
kekhawatiran dapat diperbaiki.

Penyuluhan informal dan ketentuan informasi yang menciptakan


keseimbangan adalah susunan terbaik dalam prosedur keperawatan yang
terjadi pada pasien selama berada di unit perawatan kritis. Untuk belajar
yag efekif, maka tingkat ansietas yang tinggi yang umum terjadi pada
pasien di unit perawatan kritis harus diturunkan sampai tidak ada atau
pada ansietas sedang dan ditunjukkan oleh pasien dengan adanya
kewaspadaan tanpa rasa takut, ada motivasi belajar, serta perhatian.
Kenyataan selanjutnya, adanya penyerapan dan perubahan perilaku yang

7
diakibatkan oleh pemberian informasi, dan yang paling mungkin pasien
berespon terhadap peningkatan tingkat ansietas. Meskipun demikian, ada
kebutuhan untuk penyuluhan selama waktu ansietas menurun atau
menjadi sedang.

Tingkat ansietas, fungsi fisiologi, dan prioritas pasien sendiri harus


dikaji selama evaluasi kesiapan belajar. Kuatir, nyeri, dan beberapa
pengobatan juga mempengaruhi kemampuan pasien untuk belajar.

Tahap perkembangan pasien harus juga dipertimbangkan dalam


perencanaan. Sebagai contoh, remaja tidak akan mau menerima isu
filosofi yang berhubungan dengan perawatan mereka dan pilihan hidup
pada remaja yang lebih tua dan orang dewasa. Tingkat berpikir abstrak
mereka tidak mirip sama sekali dengan remaja yang lebih tua dan orang
dewasa

Karena ansietas berhubungan dengan penyakit, pasien mungkin


mengalami kesulitan mengingat secara detil. Yang terpeting bahwa
mereka perlu diberi bahan-bahan bacaan sehingga mereka dapat
mengingat kebutuhan mereka untuk belajar. Pamflet, buklet, dan daftar
bacaan dan petunjuk dapat digunakan pada tiap orang. Cara pendidikan
ini dapat secara pribadi dibuat dengan tambahan catatan dan penjelasan
saat di tempat tidur. Catatan ini juga harus menjawab pernyataan dan
masalah pasien.

Hal yang penting juga adalah kesempatan penyuluh untuk mencoba


keterampilan dan perilaku baru. Kesuksesan penerapan yang terdahulu
dari pengetahuan baru adalah sebagai penguatan yang tak dapat
digantikan oleh apapun. Seringkali, antisipasi pemulangan dari rumah
sakit dan kembali ke rumah dapat menjadi motivator besar dan
meningkatkan kesiapan untuk belajar dan melakukan keterampilan baru.

Karena kecenderungan terhadap proses pemulangan dini,


khususnya pendidikan di rumah selalu perlu untuk memenuhi instruksi
yang telah di mulai di rumah sakit. Di rumah, dilingkungan pasien sendiri

8
dan dengan kegiatan rutinnya sendiri, perawat kesehatan di rumah dapat
mengevaluasi pasien dan keluarga dalam hal pengetahuan dan
kemampuan mereka melakukannya. Pecatatan yang tepat tentang
pendidikan yang diberikan perawat dan respons pasien harus dilanjutkan
kepada pihak yang tepat. Area/ bidang yang tak terlaksana harus
diindentifikasi sehingga perawat lain tidak mengira bahwa pendidikan
sudah dilaksanakan semua.

Pendidikan informal dan program rehabilitasi yang meliputi


struktur dan perpanjangan waktu harus terjadi setelah krisis, saat pasien
telah mencapai periode penentuan yang stabil. Seringkali, tahap kesiapan
ini tidak terjadi sampai pasien pulang. Untuk memberikan tipe
penyuluhan inti ini, petugas dasar rumah sakit dapat mengatur program
agar pasien dapat merawat setelah pulang. Selanjutnya kelas komuniti
dapat diadakan, dan pendidikan dapat dilakukan di rumah. Evaluasi
pendidikan perlu, untuk mengetahui sampai dimana mereka belajar.

Secara kontinu tanpa menimbulkan rasa malupasien atau frustasi


pada perawat. Meskipun adanya media baru, tak ada yang dapat
menggantikan sikap perawat yang hangat,mendorong,hubungan
mendukung antara pasien dan keterampilan serta pengetahuan perawat.
Meskipun mediamekanikserinh digunakan ,pentinguntuk member waktu
bagi pertanyaan dukungan dan dorongan.

4. Penyusunan Tujuan Bersama


Selama fase penyusunan tujuan bersama,pasien dan perawat
membuat kontrak tentang apa yang harus dipelajari dan bagaimana
mereka akan tahu bahwa materi khusus telah dipelajari. Pengertian
dikembangkan tentang apa yang akan dilakukan perawat untuk
membantu pasien mempelajari dan apa yang harus pasien perbuat untuk
memenuhi tujuan yang dibuat. Tujuan nyata atau sasaran dibuat untuk
memberikan arah tentang isi yang harus dipelajari dan mengubah
perilaku untuk pendidikan dan peserta didik.
Kata-kata yang diartikan atau perilaku khusus lebih digunakan dan
kurang menunjukan ambisi daripada kata-kata yang membuat

9
pernyataan yang tak jelas tentang apa yang harud diselesaikan oleh
pasien. Sebagai contoh pasien akan menyusun 10 makanan umum yang
mengandung garam tinggi adalah lebih baik daripada pasien akan
membuat pengertian tentang makanan tinggi garam yang harus
dihindari Lebih jauh,pernyataan tujuan dalam bentuk positif dapat
dilakukan lebih mungkin untuk mencapai sukses daripada pernyataan
negative seperti makanan yang harus dihindari pengulangan
demonstrasi tentang bagaimana merawat alat dan bagaimana melakukan
olahraga juga merupakan tujuan khusus yang memungkinkan
kesuksesan. Sebagai contoh setelah satu minggu melakukan ,pasien
akan mampu melakukan ambisi 3 kali dari tempat tidur dalam 2 jam
adalah orintasi tujuan yang lebih berguna . Hal ini memberitahu perawat
dan pasien seberapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk
belajar,tingkah laku nyata yang diinginkan,dan berapa kali hal tersebut
harus diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.
Tujuan dapat dan harus dibicarakan kembali sesuai perubahan
situadi atau keadaan,tetapi yang lebih penting tujuan harus dibuat
sehingga keberhasilan dapat dicapai. Selain itu, tujuan harus ditulis
sesuai peningkatan kerumitan dan untuk periode waktu singkat, setelah
satu tujuan dicapai,hal tersebut dapat ditingkatkan atau diubah. Bila hal
tersebut tidak dapat dicapai, harus diubah sehingga pasien yang
membuat upaya tersebuttidak gagal dan menyerah,tetapi lebih
menguatkan untuk melanjutkan dengan perasaan sukses
5. Perbuhan Psikomotor(kepatuhan)
Pencapaian perubahan psikomotor atau pemenuhan pasien adalah
satu dari kebanyakan aspek kesulitan dalam proses belajar mengajar
pasien. Pada pasien dengan penyakit serius l, pemenuhan khusus
membutuhkan perubahan pola hidup jangka panjang yang sulit. Sebagai
contoh l,perawat yang mencoba menurunkan 3 kg berat badan pada
masa liburan akan merasa frustasi,tetapi situasi ini tidak dapat
dibandingkan dengan pasien yang mengalami pengobatan penyakit berat
dan harus menghilangkan berat badan serta mempertahankan pada 25kg.
energy fisik dan emosi pasien mungkin sekali dipengaruhi oleh penyakit

10
dan perawatan dirumah sakit. Kini, tenaga kesehatan sedang
membutuhkan perubahan pola hidup yang tampak bagi mereka untuk
menciptakan kesehatan pasien. Pasien, setelah menurun emosi dan
fisiknya karena penyakit, lebih mungkin mengalami kebutuhan
perubahan sesuai penurunan yang dialami.
Berhenti merokok. Tidak menggunakan garam dalam makanan, dan
menurunkan berat badan adalah tujuan yang sulit,meskipun untuk
kebanyakan tenaga kesehatan yang berpengetahuan dan termotivasi.
Menemukan cara untuk membantu pasien menyelesailan perubahan pola
hidup merupakan masalah keperawatan yang membutuhkan perhatian
intensif dan penelitian terus menerus. Rencana pendidikan yang tepat,
dorongan,dukungan dan penguatan,meskipun ada regresi harus dimulai.
Keterlibatan pasien dan keluarga dalam menyusun tujuan bersama dan
menghubungkan mereka dengan system pendukungkomunitas
memungkinkan peningkatan dan kontinuitas perubahan pola hidup.
Kadang-kadang ,perubahan kemampuan terjadi dan dapat
digunakan untuk mendorong perubahan perilaku. Sebagai contoh, pasien
yang menurunkan berat badan 25kg mungkin lebih menguatkan dirinya
dengan meningkatkan gambaran diri dari pada perubahan kesehatannya.
Perubahan gambaran diri semacam ini motivasi pasien untuk
menghilangkan berat badannya. Perawat dapat mengobservasi
perubahan perilaku dan menggunakannya untuk meningkatkan
penguatan dan menibgkatkan motivasi.
6. Umpan Balik
Umpan balik berguna untuk evaluasi peningkatan dan perubahan
tujuan. Hal ini harus digambarkan daripada penilainan dan lebih khusus
daru pada umum. Jadi anda telah menurunkan berat badan 1 kg !
adalah lebih konstuktif dari pada anda melakukannya dengan baik!
umpan balk yang tepat waktu lebih mendorong dari pada umpan balik
yang terlambat dan lebih berguna dalam membantu pasien melawan
godaan untuk melaluinya.
Umpan balik negatif meningkatkan pilihan dari pada rasa bersalah.
Observasi, anda merook lebih banyak dari pada kemarin. Memberikan
pasien dukungan lebih untuk mengubah atau mengontrol prilaku dari

11
pada pernyataan anda mengabaikan kesehatan anda pernyataan
perusakan diri yang membuat pasien merasa bersalah.
Umpan balik positis menguatkan kesuksesan dan mengembangkan
kesuksesan dan mengembangkan motivasi. Sesuai kelanjutan rencana
penyuluhan. Kesenjangan pengetahuan yang tak ditemukan diketahui
dan rencana baru dapat dibuat berhunbungan dengan gangguan yang
dialami.
7. Partisipasi Keluarga
Meskipun kebanyakan diskusi terdahulu memfokuskan pada
pasien, tiap langkah belajar ini dan konsepnya juga harus dilaksanakan
oleh keluarga dan lainnya yang terlibat dengan pasien dalam aktifitas
sehari-hari. Seringkali hal ini perlu dan dapat dievaluasi untuk
kesamaan pengetahuan dan keterampilan semua orang dengan pasien.
Khususnya bila pasien terlibat dalam perubahan dan pola hidupnya.
Contoh keterlibatan tersebut adalah pelaksanaan prosedur (in-jeksi,
irigasi, membalut), berbelanja atau memasak diet khususss, memberikan
dukungan, dan kadang-kadang partisipasi dengan pasien dalam aktivitas
tertentu. (menemani pasien melakukan program jalan-jalan.

D. Penulisan Rencana Penyuluhan Pasien


Ada tiga domain untuk mempertimbangkan rencana penyuluhan
pasien.
Dokumen kognitif
Domain efektif
Domain psikomotor

E. Diagnosa keperawatan
Akan membantu perawat bila perawat mengidentifikaasi domain yang
tepat sesuai dengan intervensi penyuluhan. Sebagai contoh, adanya defisit
kognitif saat pasien memberikan penjelasan yang tidak tepat tentang
penyebab utama penyakit. Adanya defisit psikomotor saat pasien
mengkontaminasi alat steril. Defisit pengetahuan dan tujuan pasien harus
ditulis dalam rencana sehubungan dengan pentingnya hal tersebut, tetapi
hal tersebut harus diintervensi dan penerimaan pasien untuk belajar secara
emosional. Pencatatan yang tepat diperlukan untuk mengetahui hal yang
telah dipelajari dan apa yang masih harus difikirkan dan dievaluasai.

12
F. Kriteria Hasil / Tujuan Pasien
Pengertian tipe defisit pengetahuan membantu perawat dalam
mengidentifikasi isi yang tepat untuk mengajar dan menentukan kriteris
hasil untuk mengevaluasi pengajaran efektif (contoh pasien depat
menyatakan cara kerja digoksin, atau pasien damat mendemonstrasikan
gambaran pemberian injeksi insulin tampa terkontaminasi). Tujuan efektif
domain sesuai dengan kejelasan nilai pasien, prilaku, dan perasaan tentang
apa yang terjadi pada pola hidupnya.perawat tak dapat mengharapkan
pasien berubah perasaanya Namun, dengan membantu pasien untuk
mengerti dan jelas tentang perasaan yang berhubungan dengan penyakit
dan ketidak mampuannya, perawat akan lebih baik mempelajari kesiapan
belajar pasien. Pasien mugkin lebih menerima perasaan negatif bila
mereka memahami isi proses adaptasi

G. Intervensi Keperawatan
Pada tahap rencana ini perawat harus mengidentifikasi pokok
pikiran, metode, dan media pengajaran, serta kebutuhan khusus pasien
yang dapat meningkat karena belajar (privasi, penguatan, alat bantu
dengan). Di ruang perawatan kritis, pasien mungkin sangat menderita atau
tak mampu untuk memahami isi belajar. Pada kasus ini, bagian dari
rencana belajar harus ditulis dan ditunjukkan untuk anggota keluarga yang
bertanggung jawab atau teman. Selain itu, juga dilakukan pada perasaan
dan prilaku khusus, karena hal tersebut mempengaruhi kesiapan untuk
belajar.

Rencana penyuluhan pasien

Tn. Chang diterima di ruang darurat dengan infark miokard berat.


Dalam beberapa jam setelah diterima, tindakan bedah bypass telah selesai.
Tn Chang 50 tahun, berat badan 25 kg. dan jarang olahraga. Sebagai
seorang insinyur, ia tinggal menetap dengan istrinya. Ia menikmati
makanan dengan kadar garam tinggi, setidaknya 3 kali seminggu. Kini
pemulihan dari pembedahan, ia menunjukan perhatian untuk menurunkan
berat badan dan mengubah kesehatan umumnya.

13
Diagnosa Kriteria hasil/tujuan pasien Intervensi keperawatan
keperawatan
Kurang pengetahuan Pasien mampu 1. Waktu pengajaran dengan
yang berhubungan menyatakan isi penghentian yang minimal unuk
dengan strategi yang diberikan kebutuhan perawatan
penurunan berat 2. Melibatkan istri dalam penjelasan isi
badan, pemilihan 3. Berikan materi tertulis untuk
makanan, masukan menguatkan penjelasan verbal
4. Ubah program penurunan berat
kalori, olahraga.
badan untuk memenuhi kebutuhan
pasien
5. Rujuk pasien ke pelayanan
rehabilitasi jantung yang meliputi
latihan dan nutrisi
6. Libatkan ahli diet dalam
perencanaan makanan
7. Penyuluhan berkelanjutan setelah
pindah dari ICU
8. Gunakan seleksi menu rumah sakit
untuk memvalidasi pengertian
pasien terhadap pilihan makanan
9. Bila mungkin, berikan buku daftar
makanan yang menyediakan
makanan rendah kalori,lemak dan
kolesterol.
10. Secara bertahap tingkatkan olahraga
(ambulasi) sambil mengkaji
toleransi fisiologi (denyut janyung,
irama, angina)
Perilaku mencari Pasien akan berpartisipasi 1. Susun rencana dan tujuan dengan
kesehatan yang dalam menyusun tujuan pasien tentang metode penurunan
berhubungan dengan penurunan berat badan. berat badan
kebutuhan 2. Beri kesempatan kepada pasien
menurunkan berat untuk mengidentifikasi olahraga
badan sedang kesukaannya.
3. Beri kesempatan pada pasien untuk
mengidentifikasi cara menurunkan
berat badan.
4. Berikan catatan nilai kalori
5. Rujuk pasien untuk masuk
kelompok penrunan berat badan,
berikan informasi tentang biaya dan
tempatnya
Risiko tinggi Pasien dapat mulai 1. Sudahkah pasien

14
ansietas: yang mendemonstrasikan mendiskudikan perasaan
berhubungan dengan mekanisme koping efektif tentang perubahan diet
kegagalan perubahan 2. Diskusikan dengan pasien
pola hidup, akibat tentang perasaan terhadap
diet pada penyakit program penurunan berat
jantung badan
3. Gerakan sumber-sumber
pasien (keluarga atau
lainnya)untuk mendukung
4. Bantu pasien membuat
grafik yang menunjukan
penurunan berat badan
5. Jawab semua pertanyaan dan
berespons secara bermakna
dan penting ( contoh itu ide
yang baik)

H. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Banyak ahli yang mendefenisiskan tentang keluarga berdasarkan
perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi
yang digunakan dan orang yang mendefenisiskan. Menurut Friedman
(1998),
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterkaitan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga.
Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis
bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau anak adopsi, dan
tingggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami- istri dan anaknya,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian tersebut
mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan
dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah)

15
dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional (Suprajitno,
2004).
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu
dewasa dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan.
Bagi lainnya, istilah ini memiliki arti yang berlawanan.
Keluarga bukan sekedar gabungan dari beberapa individu (Astedt
Kurki, et al.,2001). Keluarga memiliki keragaman seperti anggota
individunya dan seorang pasien memiliki nilai-nilai tersendiri mengenai
keluarganya (Potter & Perry, 2009).
Kamus Inggris Oxford mendefinisikan keluarga sebagai
sekelompok orang yang terdiri atas orang tua dan anak-anaknya baik yang
tinggal bersama atau tidak, dalam arti yang lebih luas, kesatuan yang
terbentuk oleh mereka yang mempunyai hubungan dekat melalui darah
dan keturunan. Morton, dkk (2011) mendefenisikan keluarga sebagai
setiap orang yang dekat dan melakukan rutinitas harian bersama dengan
pasien perawatan kritis. Siapapun yang merupakan bagian penting dari
gaya hidup normal pasien dianggap sebagai anggota keluarga. Istilah
keluarga menggambarkan orang-orang yang homeostasis social dan
kesejahteraannya dipengaruhi oleh masuknya pasien ke arena sakit kritis
atau cedera (Morton, dkk, 2011).
2. Peran Keluarga
Peran Keluarga Peran adalah sesuatu yang di harapkan secara
normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang
diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Dalam UU Kesehatan nomor 23
tahun 1992 pasal 5 menyebutkan "Setiap orang berkewajiban untuk ikut
serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, dan lingkungan". Dari pasal di atas jelas bahwa keluarga
berkewajiban meningkatkan dan memelihara kesehatan dalam upaya
meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal. Setiap anggota

16
keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain ayah, dimana ayah
sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung / penganyom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
Kemudian ada ibu yang berperan sebagai pengurus rumah tangga,
pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu. Lalu ada anak yang berperan sebagai pelaku
psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual
(Setiadi, 2008).
3. Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga Fungsi keluarga merupakan hasil atau
konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan
oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi menurut Friedman (1998) dalam
Setiawati & Dermawan (2005), yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga.
Merupakan respon keluarga terhadap kondisi dan situasi yang
dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan
melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.

b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan
sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini
anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada
anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga
produktif terhadap social dan bagaimana keluarga memperkenalkan
anak dengan dunia luar dengan belajar disiplin, mengenal budaya
dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga
mampu berperan dalam masyarakat.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi
keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh
anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan

17
perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara
dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap
anggota keluarga
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber
dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi
kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi biologi
Fungsi biologi bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk
kelanjutan generasi berikutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan
kasih saying dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan identitas keluarga.

g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka
memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk prilaku anak,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak
sesuai dengan tingkatan perkembangannya (Achjar, 2010).
4. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkungan sosialnya (Friedman, 1998). Dukungan
sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang
akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan
mencintainya (Cohen & Syme, 1996 dalam Setiadi, 2008). Anggota
keluarga sangat membutuhkan dukungan dari keluarganya karena hal
ini akan membuat individu tersebut merasa dihargai dan anggota
keluarga siap memberikan dukungan untuk menyediakan bantuan dan
tujuan hidup yang ingin dicapai individu (Friedman, 1988). Menurut

18
Cohen dan Mc Kay, (1984) dalam Niven, (2000) bahwa komponen-
komponen dukungan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Dukungan Emosional
Dukungan emosional memberikan pasien perasaan nyaman,
merasa dicintai meskipun saat mengalami suatu masalah, bantuan
dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga
individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan
emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan
memberikan semangat kepada pasien yang dirawat di rumah atau
rumah sakit jiwa. Jenis dukungan bersifat emosional atau menjaga
keadaan emosi atau ekspresi. Yang termasuk dukungan emosional
ini adalah ekspresi dari empati, kepedulian, dan perhatian kepada
individu. Memberikan individu perasaan yang nyaman, jaminan
rasa memiliki, dan merasa dicintai saat mengalami masalah,
bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, cinta, dan
emosi. Jika stres mengurangi perasaan seseorang akan hal yang
dimiliki dan dicintai maka dukungan dapat menggantikannya
sehingga akan dapat menguatkan kembali perasaan dicintai
tersebut. Apabila dibiarkan terus menerus dan tidak terkontrol
maka akan berakibat hilangnya harga diri.
b. Dukungan Informasi
Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung
jawab bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi dari
masalah yang dihadapi pasien di rumah atau rumah sakit jiwa,
memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang
apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan
informasi dengan menyarankan tempat, dokter, dan terapi yang
baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk
melawan stressor. Pada dukungan informasi keluarga sebagai
penghimpun informasi dan pemberi informasi.
c. Dukungan Nyata
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah
seperti pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana
untuk biaya pengobatan, dan material berupa bantuan nyata

19
(Instrumental Support/ Material Support), suatu kondisi dimana
benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah kritis,
termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang
membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan informasi dan
fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu
menyelesaikan masalah. Pada dukungan nyata, keluarga sebagai
sumber untuk mencapai tujuan praktis. Meskipun sebenarnya,
setiap orang dengan sumber-sumber yang tercukupi dapat memberi
dukungan dalam bentuk uang atau perhatian yang bertujuan untuk
proses pengobatan. Akan tetapi, dukungan nyata akan lebih efektif
bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pemberian dukungan
nyata yang berakibat pada perasaan ketidakadekuatan dan perasaan
berhutang, malah akan menambah stress individu.
d. Dukungan Pengharapan
Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa
dorongan dan motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien.
Dukungan ini merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi
penilaian yang positif terhadap individu. Pasien mempunyai
seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi
melalui ekspresi penghargaan positif keluarga kepada pasien,
penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan pasien.
Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan strategi
koping pasien dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan
pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek positif. Dalam
dukungan pengharapan, kelompok dukungan dapat mempengaruhi
persepsi pasien akan ancaman. Dukungan keluarga dapat
membantu pasien mengatasi masalah dan mendefinisikan kembali
situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan keluarga bertindak
sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik dan mampu
membangun harga diri pasien.

I. Dukungan Keluarga Pada Pasien yang Dirawat Di Unit Perawatan


Intensive (Intensive Care Unit)

20
Keluarga pasien yang sakit kritis adalah pengaruh utama di
Lingkungan Unit Perawatan Intensive. Kebutuhan pasien dan keluarga
tetap stabil selama beberapa dekade sejak ditemukannya Unit Perawatan
Intensive (Intensive Care Unit), dengan kedekatan keluarga terhadap
pasien sangatlah dihargai. Kebijakan kunjungan yang konsisten yang
memperbolehkan perawatan kunjungan berdasarkan kebutuhan pasien dan
keluarga memberikan kesempatan yang lebih baik bagi kepuasan pasien,
keluarga dan perawat. Kehadiran keluarga mengurangi kerapuhan pasien
dan meningkatkan rasa aman dan kenyamanan. Menurut Kirchhoff,
memperluas fleksibilitas kunjungan keluarga ini sampai akhir hayat adalah
penting karena hal ini mungkin merupakan kunjungan terakhir (Morton
dkk, 2011). Keberhasilan pelayanan keperawatan bagi pasien tidak dapat
dilepaskan dari peran keluarga. Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya
menentukan kebijakan dan keputusan dalam penggunaan layanan
keperawatan membuat hubungan dengan keluarga menjadi penting.
Namun dalam pelaksanaannya hubungan ini sering mengalami hambatan,
antara lain kesempatan kontak relatif terbatas (Mundakir, 2006).
Memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi adalah hal
yang bermakna dan penting dalam memenuhi kebutuhan psikososial
pasien. Bahkan pada pasien tuli, tidak mampu berbicara, atau tidak mampu
memahami bahasa, atau tidak mungkin berkomunikasi verbal karena
intubasi atau sakit fisik lainnya juga memerlukan dukungan keluarga untuk
memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi yang
mungkin dilakukan dengan menggunakan sentuhan (Hudak & Gallo,
1997).

J. Konsep Unit Perawatan Intensive (Intensive Care Unit)


1. Defenisi Unit Perawatan Intensive Unit

Perawatan Intensive adalah ruang rawat di rumah sakit yang


dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati
pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai
intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya
sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian.

21
Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena
memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring
serta dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau
akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab,2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan ICU di Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit
yang mandiri (instalasi di bawah direktur pelayanan), dengan staf yang
khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa dengan prognosis dunia.

2. Pembagian Unit Perawatan Intensif berdasarkan kelengkapan


Berdasarkan kelengkapan, maka Unit Perawatan Intensif dibagi atas 3
tingkatan, yaitu:
a. Unit Perawatan Intensif tingkat I yakni Unit Perawatan Intensif
yang terdapat di rumah sakit kecil yang dilengkapi dengan
perawat, ruangan observasi, monitor, resusitasi dan ventilator
jangka pendek yang tidak Universitas Sumatera Utara 17 lebih
dari 24 jam. Unit Perawatan Intensif ini sangat bergantung kepada
Unit Perawatan Intensif yang lebih besar
b. Unit Perawatan Intensif tingkat II yang terdapat pada rumah sakit
umum yang lebih besar dimana dapat dilakukan ventilator yang
lebih lama yang dilengkapi dengan dokter tetap, alat diagnose
yang lebih lengkap, laboratorium patologi dan fisioterapi.
c. Unit Perawatan Intensif tingkat III yang merupakan Unit
Perawatan Intensif yang terdapat di rumah sakit rujukan dimana
terdapat alat yang lebih lengkap antara lain hemofiltrasi, monitor
invansif termasuk kateterisasi dan monitor intracranial. Unit
Perawatan Intensif ini dilengkapi oleh dokter spesialis dan perawat
yang lebih terlatih dan konsultan dengan berbagai latar belakang
keahlian.

22
3. Ruang Lingkup Pelayanan Unit Perawatan Intensif Berdasarkan
keputusan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah sakit, ruang lingkup yang
diberikan dalam Unit Perawatan Intensif adalah:
a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut
yang mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam
beberapa menit sampai beberapa hari.
b. Memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh
sekaligus melakukan pelaksanaan spesifik problema dasar
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan pelaksanaan terhadap
komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenic
d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya
sangat tergantung pada alat/mesin dan orang lain.
4. Perawat Unit Perawatan Intensif Seorang perawat yang bertugas di Unit
Perawatan Intensif melaksanakan 3 tugas utama yakni life support,
memonitor keadaan pasien dan perubahan keadaan akibat pengobatan
dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh karena itu
diperlukan perawat yang professional, terlatih dalam tim kerja.
diperlukan satu perawat untuk setiap pasien dengan pipa endotrakeal
baik dengan menggunakan ventilator maupun yang tidak. Perbandingan
antara pasien dan perawat ini dinyatakan dalam ekuivalen jumlah
perawat yang bertugas penuh (Number of full time equivalent). Di
Australia diklasifikasikan 4 kriteria:
a. Perawat Unit Perawatan Intensif yang telah mendapatkan latihan
lebih dari 12 bulan
b. Perawat yang telahmendapatkan latihan sampai 12 bulan
c. Perawat dengan mendapat sertifikat pengobatan kritis (critical care
certificate)
d. Perawat sebagai pelatih (trainer)

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan
individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan
kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu prosedur yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yag berubah secara dinamis, yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun
praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

B. Saran
Diharapkan memberikan masukan baru dan pengetahuan baru
kepada keluarga pasien tentang gambaran tentang ICU dan tugas
perawatan serta tenaga medis yang ada di sebuah Rumah Sakit.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hudak, M.C., Gallo B.M., 2010. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi 6
Volume 1. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.


Jakarta.

Universitass Sumatra Utara. 2011. [internet] tersedia dalam


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39863/4/Chapter%20II.pdf
Diakses pada tangga 20 November 2016 pukul 24.00 WITA.

25

Anda mungkin juga menyukai