Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN KESEHATAN R.

I
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO SURABAYA
Jl.ParangKusumo no.1 Surabaya
STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP )

Pemeriksaan Abdomen

1. TUJUAN
Melakukan pemeriksaan fisik abdomen

2. RUANGLINGKUP
Dilakukan pada semua klien yang memerlukan pemeriksaan abdomen

3. ACUAN
Buku panduan pemeriksaan fisik

4. DEFINISI
Pemeriksaan abdomen merupakan pemeriksaan pada rongga abdomen yaitu tempat bagi
organ-organ berbagai sistem diantaranya sistem pencernaan, sistem kemih dan reproduksi.

5. PROSEDUR
5.3 Tanggung Jawab dan Wewenang
5.3.1 Bagian akademik sebagai penanggungjawab pembelajaran
5.3.2 Koordinator mata ajar pengkajian fisik yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan ketercapaian prosedur tindakan
5.3.3 Pembimbing praktek pendidikan dan lahan yang bertanggungjawab dalam
membimbing dan menilai ketercapaian pelaksanaan prosedur tindakan setiap
peserta didik secara obyektif baik di laboratorium maupun di lahan praktek

5.4 Pelaksanaan
5.4.1 Persiapan
a. Siapkan peralatan : baju periksa, selimut, stetoskop, penggaris, meteran,
sarung tangan, masker, botol spesimen
b. Cuci tangan
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
d. Anjurkan klien untuk berkemih, apabila diperlukan tampung urinnya
e. Pastikan ruangan periksa cukup penerangan dan bebas dari gangguan
lingkungan

5.4.2 Inspeksi
a. Tempatkan klien pada posisi supine
b. Letakkan satu bantal di bawah kepala klien dan lutut
c. Tutupi dada klien dengan baju periksa, hanya buka daerah abdomen
d. Letakkan selimut pada daerah pubis sampai kaki

5.4.3 Visualisasi kuadran atau region abdomen


a. Visualisasi garis horizontal dan vertikal yang membagi abdomen ke dalam 4
dan 9 kuadran
b. Visualisasi organ atau struktur yang ada di bawahnya
5.4.4 Tentukan kontur dan bentuk kesimetrisan abdomen
a. Observasi bentuk abdomen antara tulang rusuk dengan simpisis pubis
(pemeriksa melakukan observasi abdomen pada posisi setinggi mata dengan
duduk atau berlutut)
b. Observasi abdomen dari samping klien, bandingkan sisi kiri dan kanan.
c. Periksa bila ada tonjolan atau massa (ketidaksimetrisan bentuk)
d. Periksa ada ada distensi kandung memih atau tidak

5.4.5 Observasi lokasi dari umbilikus: posisi di tengah abdomen, inverted atau
menonjol, periksa kebersihan dan tanda infeksi
5.4.6 Observasi kulit abdomen
a. Kulit abdomen harusnya konsisten dengan warna kulit dari keseluruhan
abdomen
b. Periksa adanya tanda parut, striae, pembesaran vena, kemerahan pada kulit,
adanya ostomy.
5.4.7 Observasi pergerakan dinding abdomen: berupa pulsasi atau gelombang
peristaltik pada orang dewasa yang kurus.

5.4.8 Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mendengarkan bising usus dan gunakan
bell untuk bunyi vaskuler
Ingatlah: lakukan auskultasi sebelum melakukan perkusi dan palpasi abdomen
karena teknik perkusi dan palpasi dapat merubah gerakan peristaltik.
a. Auskultasi bising usus
1) Gunakan diafragma stetoskop
2) Mulai auskultasi pada daerah kuadran kanan bawah (RLQ = Right Lower
Quadrant)
3) Perhatikan karakter dan frekuensi suara (bising usus)
4) Hitung bising usus minimal selama 60 detik

b. Auskultasi bunyi vaskular dan friction rub (gesekan antara 2 organ)


1) Gunakan bell stetoskop
2) Dengarkan daerah abdominal dan arteri renalis, iliaca, dan femoralis.
Letakkan bell stetoskop pada daerah di atas umbilikus
3) Untuk mendengarkan friction rub , auskultasi abdomen, dengarkan suara
yang kasar dan mengganggu. Dengarkan dengan teliti pada daerah
hepar dan limfa.

5.4.9 Perkusi
Suara abdomen yang terdengar pada perkusi adalah:
a. Timpany: suara yang keras (loud hollow) terdengar diatas lambung dan
intestinal
b. Dullness (redup) suara yang singkat, terdengar tinggi pada daerah hati, limfa
dan kandung kemih yang distensi
c. Hyperresonan: lebih keras dari timpany, biasanya terdengar pada intestinal
yang distensi atau berisi udara
d. Flat : suara yang halus, pendek. Terdengar bila tidak ada udara pada struktur
seperti otot, tulang atau massa tumor

Perkusi pada 4 kuadran untuk menentukan tingkat suara timpani dan dullness
a. Perkusi pada hepar
1) Perkusi abdomen untuk menentukan batas atas dan bawah atau tinggi
hepar
2) Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilikus bergerak keatas sepanjang
garis mid clavicula kanan
3) Suara yang pertama terdengar adalah timpany. Bila suara berubah
menjadi dullness, pemeriksa dapat mengidentifikasi batas bawah hepar
4) Beri tanda titik dengan pena.
5) Perkusi kearah bawah dari ICS 4 sepanjang garis midclavicula kanan.
Suara pertama yang terdengar seharusnya adalah resonan, karena
pemeriksa melakukan perkusi pada paru-paru
6) Lanjutkan perkusi ke bawah terdengar bunyi dullness. Ini adalah batas
atas hepar. Beri tanda titik
7) Batas atas hepar biasanya setingkat ICS 6. Jarak antara ke dua titik
kurang lebih 6-12 cm
8) Perkusi sepanjang garis midsternum dengan tehnik yang sama seperti
sebelumnya. Ukuran hepar pada garis midsternum kurang lebih 4-9 cm

b. Perkusi limpa
Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis midaksila kiri
(splenic dullness) biasanya terdengar dari ICS ke 6 sampai ke 10

c. Palpasi dan perkusi kandung kemih untk mengetahui lokasi dan isinya
1) Lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung kemih (± 5-7 cm)
2) Setelah mengetahui fundus, lakukan perkusi
3) Perkusi dilakukan di atas regio suprapubik, kandung kemih jika terisi
penuh oleh urin akan terdengar suara redup (dullness)

d. Perkusi ginjal
1) Atur posisi pasien menjadi posisi duduk membelakangi pemeriksa
2) Lakukan perkusi untuk mengkaji ginjal lebih lanjut dengan cara:
(a) Letakkan telapak tangan tidak dominan di atas sudut costovertebral
(b) Lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan
menggunakan kepalan tangan dominan
(c) Ulangi prosedur untuk bagian kanan

Perhatikan :
Jangan lakukan perkusi dan palpasi bila diketahui ada riwayat nyeri dan bila
diperkirakan ada tumor ginjal

5.4.10 Palpasi
Palpasi abdomen dilakukan untuk menentukan ukuran dan letak organ,
ketegangan otot, adanya massa, nyeri dan adanya cairan. Identifikasi daerah
yang nyeri sebelum memulai palpasi. Palpasi di daerah nyeri dilakukan terakhir.
a. Palpasi secara dangkal
1) Letakkan telapak tangan dan jari-jari pada abdomen
2) Tekan ke dalam abdomen secara dangkal dan menggunakan jari-jari
tengan
3) Pindahkan tangan ke seluruh 4 kuadran dengan cara mengangkat
tangan kemudian meletakkan pada daerah yang lain
b. Palpasi abdomen dengan menggunakan tekanan sedang
1) Lakukan seperti langkah no 1
2) Berikan penekanan abdomen kuran lebih 6 cm
3) Pastikan untuk melakukan palpasi pada ke 4 kuadran secara teratur
urutannya
4) Untuk klien yang gemuk/pembesaran abdomen gunakan teknik
bimanual : letakkan jari tangan yang tidak dominan di atas tangan yang
dominan
5) Identifikasi ukuran organ di bawahnya, apakah nyeri atau massa
c. Palpasi hepar
1) Pemeriksa berdiri di sisi kanan klien
2) Letakkan tangan kiri di bawah thorax posterior kanan pada tulang rusuk
ke 11 dan 12 (pinggang)
3) Instruksiklan klien untuk relaks di atas tangan kiri pemeriksa
4) Angkat daerah tulang rusuk tersebut dengan tangan kiri
5) Letakkan tangan kanan pada abdomen (RUQ) atau di bawah batas
hepar kemudian tekan ke dalam dan ke atas sepanjang batas lengkung
tulang rusuk
6) Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam. Pada saat inhalasi
perawat meraba tepi hepar

Secara normal hepar tidak teraba kecuali beberapa klien yang kurus.
Bila teraba maka tepi hepar harus halus, tegas dan tidak nyeri

d. Palpasi limfa
1) Pemeriksa berdiri di sisi kanan klien
2) Letakkan tangan kiri di bawah lengkung rusuk sebelah kiri dan lengkung
tersebut untuk memindahkan posisi limfa ke anterior
3) Tekan ujung jari0jari tangan kanan ke dalam batas tulang rusuk kiri ke
arah klien
4) Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut.

e. Palpasi ginjal
1) Posisikan klien supinasi
2) Palpasi dilakukan dari sebelah kanan
3) Letakkan tangan kiri di bawah abdomen di antara tulang iga dan
lengkung iliaka. Tangan kanan di bagian atas
4) Anjurkan klien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke bawah
sementara tangan kiri mendorong ke atas
5) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kiri

6. Pengendalian dan Pemantauan


6.3.1 Daftar hadir mahasiswa dan dosen yang telah ditandatangani
6.3.2 Dokumentasi laporan hasil pemeriksaan abdomen
6.3.3 Format penilaian tindakan yang telah ditandatangani dan diberi nama jelas
instruktur yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan
6.3.4 Pedoman penilaian prosedur

7. DOKUMENTASI
6.1 SOP Komunikasi terapeutik
6.2 SOP Cuci tangan

8. PENGESAHAN

Disusun oleh, Diperiksa oleh, Disetujui dan


disahkan oleh,

Tim Mata Ajaran : Unit Akademik : Ketua Pengelola :


Tanggal : Tanggal : Tanggal :
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai