Anda di halaman 1dari 29

Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan

Pengkajian Sistem Pernapasan

• Keluhan utama
• Riwayat kesehatan saat ini .
• Riwayat kesehatan dahulu
• Riwayat keluarga
• Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
• Pengkajian psikososiospiritual
A. PERSIAPAN ALAT
➢Baju periksa
➢Selimut
➢Stetoskop
➢Senter
➢Penggaris
➢Pena
➢Sarung tangan (tambahan)
➢Masker (tambahan)
B. PROSEDUR PELAKSANAAN
•Cuci tangan sebelum melakukan prosedur.
•Jelaskan prosedur pada pasien.
•Anjurkan pasien mengenakan baju sampai pinggang/
menggunakan baju periksa.
•Pastikan ruang periksa cukup terang dan hangat bebas dari
gangguan lingkungan.
C. HAL – HAL YANG DIPERHATIKAN
1. Jaga privasi pasien
2. Pemeriksaan harus direncanakan agar
menghemat waktu pasien
3. Pasien akan batuk atau bersin selama
pemeriksaan, maka gunakan universal
precautions
D. LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN
a. Pengkajian awal
Pengkajian awal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Lakukan pengkajian cepat mengenai pasien untuk menentukan
kemampuan pasien berpartisipasi dalam pemeriksaan.
2. Inspeksi kemampuan umum yang terlihat secara keseluruhan, serta
amati posisi tubuh pasien.
3. Beri perhatian khusus terhadap usaha bernapas, warna kulit wajah,
ekspresi, bibir, otot – otot yang digunakan dan penggerakan dada
pada bagian toraks (anterior, posterior, lateral).
b. Inspeksi toraks
1. Atur posisi pasien
➢ Pemeriksaan dimulai dengan memposisikan pasien pada
posisi duduk dengan pakaian dibuka sampai pinggang.
2. Hitung pernapasan satu menit penuh
➢Pada saat menghitung pernapasan lakukan observasi laju,
ritme dan kedalaman siklus pernapasan.
➢ Observasi pergerakan dada pada bagian tiga toraks
➢ Pastikan bahwa perasaan tenang, simetris dan tanpa
usaha.
➢ Sebelum melakukan pada langkah selanjutnya, minta
pasien untuk menarik napas dalam observasi otot – otot
yang digunakan
3. Inspeksi warna kulit.
➢Laporkan apakah warna kulit dada (anterior, posterior, dan lateral) konsisten dengan warna tubuh
bagian tubuh lainnya.
4. Inspeksi konfigursi dada.
➢Lakukan pengukuran diameter anterposterior dan transversal dada. Pada orang dewasa normal
akan didapatkan hasil 1:2 bagian.

5. Tentukan kesimetrisan dada dan inspeksi struktur skeletal.


➢Pemeriksa berdiri dibelakang klien dan gambarkan garis imajiner sepanjang batas superior
skapula dari akromiom kanan sampai akromiom kiri. Garis ini harus tegak lurus dengan garis
vertebra.
c. Palpasi torak posterior
1. Palpasi secara dangkal bagian posterior torak.
• Kaji besar otot pada daerah tepat dibawah kulit.
• Palpasi dada dengan cara teratur menggunakan telapak tangan.
Harus diingat untuk mengkaji juga daerah posterior skapula, sampai dengan tulang
iga (kosta) ke-12, dan dilanjutkan sejauh mungkin pada garis mid-aksila pada kedua
sisi.
Lanjutan..
2. Palpasi dan hitung jumlah tulang kosta dan sela interkostal
(intercostal space-ICS).
•Minta klien untuk fleksi leher, maka prosesus spinalis servikal
ke-7 akan terlihat.
•Bila pemeriksa memindahkan tangan sedikit ke kiri dan
kanan dan prosesus, pemeriksa akan merasakakan tulang
kosta pertama.
•Hitung tulang kosta serta ICS tetapi tangan pemeriksa tetap
dekat pada garis vertebra.
Lanjutan..

3.Palpasi tiap-tiap prosesus spinalis dengan gerakan ke arah bawah.


• Observasi bahwa jari tangan pemeriksa akan turun membentuk garis lurus.
Bila tidak lurus dapat menunjukkan adanya skolisis.
4.Palpasi torak posterior untuk mengukur ekspansi paru.
• Letak tangan setingkat dengan kosta ke-8 sampai ke-10. Letakkan kedua ibu
jari dekat dengan garis vertebra dan tekan kulit secara lembut di antar kedua
ibu jari. Pastikan telapak tangan bersentuhan dengan punggung klien.
• Mintalah klien untuk menarik nafas dalam. Pemeriksa seharusnya merasakan
tekanan yang sama di kedua tangan dan tangan pemeriksa bergerak
menjauhi garis vertebra.
Lanjutan..

5. Palpasi untuk menilai tactile fremitus.


Fremitus adalah vibrasi yang dirasakan di luar dinding dada saat klien bicara. Vibrasi
paling besar dirasakan di daerah saluran nafas yang berdiameter besar (trakea) dan
hampir tidak ada pada alveoli paru-paru.
• Gunakanlah daerah sendi metakarpofalangeal atau permukaan luar dari tangan
pada saat memeriksa.
• Mintalah klien untuk mengulangi kata “ninety-nine” atau ”tujuh puluh tujuh”.
d.Perkusi torak posterior
1. Visualisasikan penunjuk daerah torak.
• Sebelum melakukan perkusi, visualisasikan garis horizontal, garis vertikal,
tingkat diagfragma, dan fisura paru-paru untuk mengidentifikasi lobus
paru.
2.Atur posisi klien.
• Bantu klien membungkuk sedikit ke depan dan melebarkan bahu.
3.Perkusi daerah paru.
• Mulailah perkusi pada daerah apeks paru kiri dan bergerak ke apeks paru kanan.
• Gerakan ke dalam setiap ICS dengan cara sistematik. Perkusi sampai ke tulang
kosta yang paling bawah dan pastikan untuk melakukannya sampai ke garis
mid-aksila kiri dan kanan.
Perhatian: jangan melakukan perkusi di atas vertebra, skapula atau tulang kosta,
karena perkusi di atas tulang akan terdengar suara datar. Pada orang yang sehat,
perkusi pada daerah paru akan menghasilkan suara resonan.
4.Perkusi untuk menentukan pergerakan atau ekskursi diagfragma.
• Mulailah dengan melakukan perkusi pada ICS ke-7 ke arah bawah sepanjang
garis skapula sampai batas diagfragma. Terdengar suara resonan yang akan
berubah menjadi dullness.
• Beri tanda pada kulit.
• Mintalah klien untuk menarik nafas dalam dan menahannya.
• Perkusi kembali ke arah bawah dari kulit yang bertanda sampai terdengar
suara dullness.
• Beri tanda pada kulit yang kedua kalinya.
• Anjurkan klien untuk menarik nafas secara normal beberapa kali.
Lanjutan..

• Sekarang mintalah klien untuk bernafas normal dan keluarkanlah nafas sebanyak-
banyaknya kemudian minta klien untuk menahan nafas.
• Perkusi ke arah atas sampai pemeriksa mendengar suara resonan beri tanda dan
anjurkan klien untuk bernafas secara normal. Pemeriksa akan mendapatkan tiga
tanda pada kulit sepanjang garis skapula.
• Ulangi prosedur pada sisi lain.
Jarak antara tanda ke-2 dan ke-3 dapat berkisar antara 3-6 cm pada orang dewasa
sehat.
• Kembalikanklien pada posisi duduk yang nyaman.
e.Auskultasi torak posterior

1.Visualisasi landmark daerah torak.


• Sebelum auskultasi torak posterior dilakukan, visualisasikan landmark daerah tersebut seperti
sebelum perkusi.

2.Auskultasi trakea.
• Dengan menggunekan tekanan yang tegas, letakkan diagfragma stetoskop sejalan dengan
bernafasnya klien secara perlahan dengan mulut terbuka.
• Mulailah pada garis vertebra servikalis dan turun ke bawah sampai torakalis. Di sisni pemeriksa akan
melakukan auskultasi trakea dan suara yang terdengar adalah bronkial.

3. Auskultasi bronkus.
• Pindahkan stetoskop ke kiri dan kanan garis vertebra T-3 sampai T-5. Bronkus kiri dan kanan tepat berada
pada posisi ini, dan suara yang terdengar adalah bronkovesikular.

4. Auskultasi paru-paru.
• Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama seperti yang digunakan pada perkusi paru-paru.
• Mulai auskultasi pda bigian apeks paru kiri dan lanjutkan seperti pola perkusi. Pemeriksa akan mendengar
suara vesikular.
• Dengarkan pula suara-suara tambahan yang mendahului pada siklus inspirasi dan ekspirasi. Bila terdengar
adanya suara nafas tambahan, maka catat lokasi, kualitas, lama, dan waktu terjadinya selama siklus
pernafasan.
f. Palpasi torak anterior

1. Atur posisi klien, biasanya pada posisi supine untuk palpasi torak
anterior. Akan tetapi beberapa ahli menyukai posisi duduk.
2. Tentukan lokasi landmark daerah torak snterior.
• Tentukan lokasi suprasternal notch dengan jari tangan. Palpasi turun ke bawah dan identifikasi batas-batas
bawah manubrium pada Angel of Louis.
• Palpasi secara lateral dan temukan tulang kosta ke-2 pada ICS ke-2. Hitung tulang kosta yang dekat dengan
batas sternum.
• Palpasi jaringan otot dan jaringan tepat di bawah kulit.
3.Palpasi torak anterior untuk mengukur ekspansi pernafasan.
• Letakkan tangan pada dinding anterior dada tepat di bawah batas kosta
dengan ibu jari sedikit terpisah pada garis midsternum.
• Tekan kulit di antara ibu jari seperti saat melakukan palpasi dinding posterior.
• Mintalah klien untuk menarik nafas dalam. Observasi pergerakan ibu jari dan
tekanan yang dikeluarkan terhadap tangan pemeriksa. Jarak antara ibu jari
seharusnya melebar secara merata dan tekanannya juga sama.
4.Palpasi untuk mengetahui tactile fremitus pada dinding anterior dada.
g.Perkusi torak anterior
1. Visualisasikan landmark daerah torak anterior.
• Sebelum melakukan perkusi dinding dada anterior, visualisasikan garis vertikal
dan horizontal. Identifikasi lokasi diagfragma dan lobus paru.
2.Perkusi daerah paru dengan pola yang teratur.
• Mulailah perkusi pada daerah apeks dan lanjutkan sampai setinggi diagfragma,
kemudian perkusi ke garis mid-aksila pada masing-masing sisi. Hindari perkusi
di atas sternum, klavikula, tulang kosta, dan jantung.
• Pastian jari-jari tangan yang tidak dominan berada pada ICS sejajar dengan
tulang kosta.
• Jika pada klien wanita memiliki payudara yang besar, mintalah klien untuk
memindahkan payudaranya ke samping (mengatur posisi) selama prosedur ini.
Perkusi di atas jaringan payudara pada wanita akan menghasilkan suara dull.
h. Auskultasi torak anterior
1. Visualisasikan petunjuk torak anterior.
2.Auskultasi di atas trakea.
• Suara akan terdengar di bagian atas dari jugular (suprasternal) notch.
• Suara yang terdengar adalah bronkial.
3.Auskultasi di atas bronkus kiri dan kanan. Daerah ini terdapat pada batas
sternum sebelah kiri dan kanan ICS ke-2 dan ke-3. Suara yang terdengar adalah
bronkovesikuler.
4.Auskultasi paru-paru.
• Dengarkan suara vesikular, biasanya pada daerah parenkimparu-paru.
• Sekarang dengarkan bunyi nafas tambahan. Suara ini mendahului
inspirasidan ekspirasi dari siklus pernafasan.
• Bila pemeriksa mendengar suara nafas tambahan, maka catat lokasi,
kualitas, dan waktu terjadinya selama siklus pernafasan.

Anda mungkin juga menyukai