Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KONSEP

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG PARU

A. PEMERIKSAAN THORAK
Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi
dari dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan Inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi.
Untuk memeriksa daerah thorax, diperlukan ingatan kembali tentang garis-
garis imaginer.

 Linea mid-sternalis di buat melalui bagian tengah sternum.


 Linea sternalis
 Linea medio-clavicularis adalah garis yang dibuat melalui bagian tengah
klavikula dan sejajar dengan garis mid-sternal.
 Linea axillaris anterior, adalah garis vertical yamg dibuat sepanjang
lipatan aksilaris anterior dan sejajar dengan garis mid-strenal. Media

1
dibuat melalui tap puncak aksila sejajar dengan garis mid-sternal, dan
posterior sejajar dengan garis mid –sternal dan berjalan vertical sepanjang
lipatan aksilaris posterior.
 Linea scapularis sejajar dengan garis mid-sternal dan berjalan melalui
sudut bawah scapula.
 Linea vertebralisAngulus ludovisi, Angulus costae dan Arcus costae.

a. Tujuan
a) Mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi, keadaan kulit, dinding dada,
b) Mengetahui frekuensi, sifat, irama, pernapasan
c) Mengetahui adanya nyeri tekan, massa, peradangan, taktil fremitus
d) Mengetahui keadaan paru rongga pleura
e) Mengetahui batas paru-paru dengan orang lain disekitarnya
f) Mengetahui adanya obstruksi

b. Indikasi
a) Pasien baru
b) pasien dengan gangguan pernafasan
c) Pasien Yang Dalam Keadaan Tirah Baring Lama
d) Pasien Yang Memerlukan Pemeriksaan Lanjutan.

c. kontra indikasi

Pada pasien yang luka bakar berat

d. Persiapan alat
a) Stetoskop
b) Pantom elektrik
c) Penggaris sentimeter
d) Pensil penanda

2
e. Persiapan pasien
a) melakukan komunikasi perawat(pemeriksa) dengan pasien (anamnesis)
b) Atur posisi klien duduk dan berdiri
c) meminta/membantu pasien menaggalkan pakainya
d) Beri penjelasan pada klien apa yang akan dilakukan oleh pemeriksa dan
anjurkan klien untuk tetap santai dan rileks

e) pelaksanaan
1. INSPEKSI
1) Diamati bentuk thorax
apakah normal(Tampak simetris, diameter antereroposterior (AP)
lebih kecil dari diameter transversal,tulang belakang lurus) ataukah
ada kelainan bentuk seperti;
 Kifosis, Iordosis, scoliosis gibbus (kiposis yang ekstrim).
 Bentuk dada burung (pigeon chest)-sternum menonjol
 Bentuk dada tukang sepatu/cekung (funnel chest)
 Barrel chest (besar-mengembung muka-belakang)

2) Diamati pernapasan pasien seperti:


 Frekuensi, normalnya 16-24x/menit dan juga ada
perbandingan frekuensi napas, dengan HR yang kira-kira 1
: 4. Napas lebih dari 24x/menit disebut Tachypnea. Bila
kurang dari 16 disebut Bradipnea.
 Pola/irama pernapasan. Rasio inspirasi/ eksperasi
normalnya 1:2 . Abnormal jika
o Hiperpnea : Peningkatan kedalaman
pernapasan.Pernapasan dengan otot-otot aksesorius.
o Apnea : tidak ada pernapasan total.
o Biot : irama takteratur dengan periode
apnea.Cheyne-Stokes : napas dalam dan dangkal

3
bersiklus, diikuti dengan periode apnea.Kussmaul :
Pernapasan cepat dalam dan teratur.
o Paradok : Bagian dinding dada bergerak selama
inhalasi dan keluar selama ekshalasi.
o Stidor : Bunyi yang terdengar jelas keras, tedak
nyaring selama inhalasi dan ekshalasiAmati ada
tidaknya Dyspnea (setiap ketidaknyamanan
bernapas dalam bentuk apapun);

Ada 2 hal lain yang dihubungkan dengan fungsi pernapasan adalah;

 Pengamatan Cyanosis disekitar bibir, mulut dan dasar kuku


 Clubbing of the fingers (seperti ujung pemukul genderang).

2. PALPASI
Tujuan palpasi dada
 Untuk mengetahui area nyeri tekan misalnya fraktur iga
 Abdornalitas yang terlihat misalnya massa, saluran sinus
 Ekspansi dada misal gangguan, kedua sisi pada PPOM dan
penyakit parurestriktif

NOTE : Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula


harus dalam keadaan terbuka untuk memperluas lapang pemeriksaan.
*minta pasien untuk meletakkan kedua tangannya pada bahu

 Kesimetrisan ekspansi dada


 membandingkan gerakan dada posterior kanan - kiri
 posisi kedua tangan pada pemeriksaan dada posterior :

4
 merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien
mengucapkan"tujuh - tujuh"

3. PERKUSI
Tujuan dari perkusi adalah berusaha menangkap getaran suara yang
dihasilkan dari phalange (tulang jari). ada beberapa jenis suara yang
mungkin dihasilkan dari perkusi

5
NOTE : Jurnal Kedokteran di Indonesia menggunakan
istilah dull sebagai "pekak", karena itu pekak hati bukan di
terjemahkan menjadi liver flatness melainkan liver dullness.

Prosedur perkusi
1) Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan
diperiksa *untuk menghasilkan bunyi perkusi yang lebih
keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih baik daripada
melakukan pengetukan lebih keras

2) pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan


siku (lakukan pengetukan dengan cepat dan seperti refleks)

3) pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar),


kemudian pindahkan jari dengan cepat agar getaran tidak
teredam.

6
Pemeriksaan :
 membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara
berurutan

 menentukan batas bawah paru

7
NOTE (secara normal : orang Indonesia batas bawah pulmo dextra
posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal IX atau
thoracal X, batas bawah pulmo sinistra posterior terletak sejajar dengan
processus spinosus thoracal VIII atau IX)

33=7+12+5

 membandingkan bunyi perkusi paru kanan - kiri anterior secara


berurutan

8
 menentukan batas paru - hepar
perkusi dilakukan di sepanjang garis midklavikula dextra. Batas
paru hepar ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari sonor ke
pekak

 menentukan batas paru – lambung


perkusi dilakukan di sepanjang garis axilla anterior sinistra. Batas
paru - lambung ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari

9
sonor ke timpani. (secara normal : batas paru - lambung orang
Indonesia berada di Intercostae VII atau intercostae VIII)
 batas peranjakan paru
perkusi dilakukan di batas paru - hepar. setelah pasien diminta
untuk menahan nafas, batas paru- hepar yang semula berbunyi
perkusi "pekak" akan berganti menjadi "sonor". Perkusi
dilanjutkan sampai ditemukan batas paru - hepar yang baru,
kemudian tentukan seberapa besar batas peranjakan paru. (secara
normal : batas peranjakan paru adalah 2 cm atau sebesar 2 jari
orang dewasa)

Pada praktek laboratorium dan bangsal, diminta berlatih baik


sampai trampil dengan cara yang benar. Penilaian suara yang
ditimbulkan oleh perkusi:

1) Sonor/resonan (dug,dug,dug) adalah suara perkusi jaringan paru


yang normal.
2) Redup (deng,deng,deng) adalah suara perkusi jaringan yang lebih
padat/konsolidasi paru-paru seperti pneumonia.
3) Pekak( bleg,bleg,bleg ) adalah suara perkusi jaringan yang padat
seperti adanya cairan di rongga pleura
4) Hipersonor/tympany adalah suara perkusi pada daerah yang lebih
berongga kosong seperti : daerah Caverne-caverne paru,
penderita asthma kronik terutama dengan bentuk dada barrel-
chest akan terdengar seperti ketukan benda-benda kosong,
bergema. Perkusi dilakukan dengan cara membandingkan kiri-
kanan pada setiap daerah permukaan thorax.

Catatan: Dengan perkusi juga bisa diperiksa tentang turunnya


diafragma, sejak akhir ekspirasi sampai inspirasi maksimal yang
normalnya berkisar 3-5cm. Rentang turunnya diafragma diperiksa di :

10
 Thorax bagian belakang
 Atas di batas paru-hepar/ICS-4 kanan

Bila paru-paru collaps, maka diafragma sisi yang bersangkutan tidak turun
pada inspirasi maksima

4. AUSKULTASI
Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax
dengan menggunakn stetoskop, caranya : pasien diminta bernafas
cukup dalam dengan mulut terbuka dan letakan stetoskop secara
sistematik dari atas kebawah dengan membandingkan kiri-kanan.
Tujuan auskultasi paru
Mengkaji gerakan udara melewati pohon trakheobronkial dan
mendeteksi mukus atau jalan nafas yang terobstruksi.
 membandingkan bunyi nafas dasar paru anterior dan bronkial pada
pasien

Ada 3 suara yang di dengar pada pemeriksaan auskultasi :


1) Suara nafas :

Deskripsi Lokasi Asal


VESIKULER Paling baik didengar Diciptakan oleh udara yang
Bunyi Vesikuler halus diperifer paru (kecuali bergerak melewati jalan nafas
,lembut dan bernada diatas skapula) yang lebih kecil
rendah. fase inspirsi 3 kali
lebih lama dari fase
ekspirasi

11
BRONKOVESIKULER Paling baik didengar secara Diciptakan oleh udara yang
Bunyi Bronkovesikuler posterior antara scapula dan bergerak melewati trakea yang
bernada sedang dan bunyi anterior diatas bronkeolus dekat dengan dinding dada
tiupan dengan intensitas disamping sternum pada
sedang. Fase inspirasi sama rongga intercostals pertama
dengan fase ekspirasi. dan kedua
BRONKIAL Paling baik terdengar diatas Diciptakan oleh udara yang
Bunyi Bronkial terdengar trakea bergearak melewati trakea
keras dan bernada tinggi yang dekat dengan dinding
dengan kwalitas bergema. dada
Ekspirasi lebih lama
daripada Inspirasi

2) Suara ucapan (= vocal resonans)


Pasien diminta mengucapkan “tujuh puluh tujuh…” berulang-
ulang setiap sesudah inspirasi secara berbisik dengan intonasi
yang sama kuat. Pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop
secara sistematik di semua lapangan paru serta
membandingkannya kiri dan kanan.
 Suara normal, perlu mengenal atau membiasakan
mendengar pada orang sehat. Intensitas dan kualitas di
kiri sama dengan kanan
 Brochoponi, suara terdengar jelas ucapannya dan lebih
keras dibandingkan daerah sisi lain. Umumnya, ini
akibat dari adanya proses pemadatan/konsolidasi paru.
 Pectoriloquy, suara terdengar “jauh” dan tidak jelas (=
ngereyem). Bisa terdapat pada effusion atau atelaktasis.
 Egophony, sura bergema seperti seorang yang
hidungnya tersumbat(= bindeng) dan terasa dekat.
Suara semacam ini bisa didapat pada pemadatan paru
yang disertai caverne/berongga-rongga besar.

12
3) Suara tambahan
Pada pernfasan normal tidak didapati suara tambahan. Suara
tambahan menun jukan ada kelainan. Macam-macam suara
tambahan :

Bunyi Daerah yang Penyebab Karakter


diauskultasi
Krekels Paling umum Reinflasi Krekels halus adalah bunyi
(Rales) terdengar di lobus sekolompo kemercik bernada halus
dependen: dasar alveolus yang tinggi,singkat,yang terdengar
paru kanan dan acakdan tiba- diakhir inspirasi,biasanya
kiri tiba;aliran udara tidak hilang dengan batuk.
yang kacau Krekels basah adalah bunyi
yang lebih rendah, lebih
lambat terdengar
dipertengahan inspirasi;tidak
hilang dengan batuk.
Ronki Terdengar diatas Spasme Bunyi keras,bernada rendah,
trakea dan Muskuler, cairan bergemuruh, kasar yang
bronkus ;jika atau mucus pada paling sering terdengar
cukup keras,dapat jalan napas yang selama inspirasi atau
terdengar besar, ekspirasi, dapat hilang
disebagian besar menyebabkan dengan batuk.
bidang paru turbulensi
Mengi Dapat didengar Aliran udara Bunyi musikal bernada tinggi
(wezzing) diseluruh bidang kecepatan tinggi dan kontinu seperti berdecit
paru melewai broncus yang terdengar secara
yang mengalami kontinu selama inspirasi atau
penyempitan berat ekspirasi; biasanya lebih
keras pada ekspirasi, tidak
hilang dengan batuk.
Gesekan Terdengar Pleura yang Bunyi kering , berciut yang
Pleura dibidang paru mengalami paling terdengar selama
lateral anterior inflamasi, pleura inspirasi ; tidak hilang
(jika klien duduk parietalis yang dengan batuk , terdengar
tegak) bergesekan paling keras diatas

13
dengan pleura permukaan anterior lateral
viseralis

B. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG


a. Anatomi jantung
Jantung terletak dalam rongga dada. Ukuran jantung sebesar genggaman
tangan pemiliknya dengan berat sekitar 300 gram. Lihat Gambar 1. Jantung
dalam sistem sirkulasi berfungsi sebagai alat pemompa darah.

Proyeksi jantung pada permukaan dada :

a. Atrium kanan . merupakan bagian dari jantung yang terletak paling


jauh dari sisi kanan, yaitu kira-kira 2 cm disebelah kanan tepi sternum
setinggi sendi kostosternalis ke 3 sampai ke 6.
b. Ventrikel kanan menempati sebagian besar proyeksi jantung pada
dinding dada. Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan
sendi kostosternalis ke sengan aek jantung.
c. ventrikel kiri . ventrikel kiri tidak begitu tampak jika dilihat daru
depan. Pada proyeksi jantung pada dada, daerah tepi kiri-atas seleber

14
1.5 cm, merupak wilayah ventrikel kiri. Batas kiri jantung adalah
garis yang menghubungan apeks jantung dengan sendi kostosternalis
ke 2 sebelah kiri.
d. Atrium kiri kiri adalah bagian yang letaknya paling posterior dan
tidak terlihat dari depan. Kecualai sebagian kecil saja terletak
dibelakang sendi kostosternalis kiri ke 2.
Pemeriksaan
 Secara tepografik jantung berada dibagian depan rongga
mediastinum
 Bagian dada yang ditempati oleh proyeksi jantung yang
seperti terlukis diatas itu dinamakan prekordium
b. Tujuan

1) Mengetahui ketidaknormalan denyut jantung


2) Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar
3) Mengetahui bunyi jantung normal atau abnormal
4) Mendeteksi gangguan kardiovaskular

c. Persiapan alat
1) Stetoskop (digframa)
2) Senter kecil

d. Persiapan pasien
 Pakain atas pasien harus dalam keadaan terbuka
 Ruang pemeriksaan harus tenang untuk menampilkan auskultasi yang
adekuat
 Tetap selalu mencaga privacy pasien
 Proritaskan dan perhatikan tanda-tanda kegawatan

15
e. Penatalaksanaan
1. INSPEKSI
 Tanda –tanda yang diamati
1) Bentuk prekordium (Dinding dada anterior)
Gambar (v2)
Pada umumnya kedua belah dada adalah semetris .prekordium
yang cekung dapat terjadi akibat perikaditis menahun, fibrosis,
atau atelektasis paru, scoliosis atau kifoskeliosis.
(gambar v3) atelaktasis paru,scoliosis ,perikarditis.
Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat pembesaran
jantung, efusi epikardium, efusi peura, tumor pau, tumor
mediastinum.
(gambar v5)kardiomegali, tumor mediastinum

2) Denyut pada apeks jantung (ictus cordis)


Dalam keadaan normal dengan sikap duduk, tidur
terlentang atau berdiri iktus terlihat dalam ruang interkosta V
sisi kiri agak medial dan linea midclavikula sinestra
Pada anak ictus terlihat pada ruang intercosta ke IV
Sifat ictus :
 Pada keadaan normal ictus hanyalah tonjolan kecil yang
sifatnya local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik
kiri ,ictus akan meluas
 Ictus hanya terjadi selam sistol. Oleh karena itu, untuk
memeriksa ictus kita lakukukan juga palpasi pada arteri
carotis komunis untuk merasakan danya gelombang yang
asalnya sistol.

3) Denyut nadi pada dada


(gambar v7) aneurisma aorta ascenden

16
Apabila pada dada bagian atas terdaat denyutan maka harus
curiga adanya kelainan pada aorta.
Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan
diruang intercosta II kanan,sedangkan denyutan pada daerah
ruang intercostals II kiri menunjukkan adanya dilatsi arteri
pulmonalis dan aneurisma aorta descenden.

4) Denyut vena
vena yang tampak menunjukkan denyutan hanya vena jugularis
intern dan eksterna.

5) Inspeksi vena jularis


(gambar v8) vena jugularis)
Vena jugularis tidak terlihat pada orang yang normal dengan
posisi tegak. Ia baru terlihat pada posisi berbaring disepanjang
permukaan musculus sternocleidomastoideus. .JVP yang
meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena (seperti gagal
jantung kanan). Peningkatan JPV dapat dilihat sebagai distensi
vena jugularis, yaitu JVP tampak hingga setinggi leher ; jauh
lebih tinggi daripada normal.
Pasien diletakkan dalam posisisemi fauler dengan kepala
sedikit miring menjauh dari sisi diperiksa
(gambar v9) pemeriksaan vena jugularis

2. PALPASI JANTUNG
Urutan pemeriksaan pada palpasi jantung adalah :
 Pemeriksaan ictus cordis
(gamabr v10) ictus kordis

17
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya ictus cordis, kadang kaang
ictus kordis data kita lihat tapi tidak dapat kita raba.
Pada keadaan normal ictus kordis dapat teraba pada ICS kiri V,
agak ke medial (2 cm)dari linea midclafikulais kiri.
Sifat ictus :

 Pemeriksaan getaran/thrill
Adanya getaran menunjukkan adanya kelaina katub bawaan atau
penyakit jantung congenital, disini harus diperhatikan :
1) Lokasi dari getaran
2) Terjadinya getaran saat sistol atau diastole
3) Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila
orang an darah mengalir lebih cepattersebut melakukan
pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan
mengalir lebih cepat
4) Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya
akan terdengar bising jatung

 Pemeriksaan gerakan trakea


1) Pada pemeriksaan fisik jantung, trakea harus juga
diperhatikan karena anatomi trakea berhubungan dengan
arkus aorta
2) Pada anneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea
dan denyutan ini dapat teraba

3. PERKUSI JANTUNG
Kita melakukan perkusi jantung untuk menetapkan batas-batas
jantung dan untuk menegtahui ukuran bentuk jantung secara kasar (foto
rontgen), lokasi jantung akan terdengar redup
 Batas kiri jantung
 Kita melakukan perkusi dari arah latral ke medial

18
 Perubahan antara unyi sonor dari paru-paru ke redup
relative kita tetapkan sebagai batas jantung kiri
 Normal
o Atas : SIC II kiri di linea parasternalis kiri
(pinggang jantung )
o Bawah : SIC V kiri agak kemedial linea
Midklavikularis ke ( tempat ictus)

(gambar v14)

 Batas kanan jantung


 Perkusi dilakukan dari arah lateral ke medial
 Disini agak sulit menentukan bats jantung karena
letakknya agak jauh dari dinding depan thorak
 Normalnya :
o Batas bawah kanan jantung adalah disekitar
ruang ICS III-IV kanan , dilinea parasternalis
kanan
o Sedangkan batas atasnya diruang ICS II kanan
linea parasternalis kanan

4. AUSKULTASI
Auskultasi jantung menggunakan alat yang namanya stetoskop
duplek, yang memiliki dua corong yang dapat dipakai bergantian.
Corong pertama berbetuk kerucut (bell) yang sangat baik untuk
mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi (apeks). Dan corong kedua
benbentuk lingkaran (diafragma) yang sangat baik intuk mendengarkan
bunyi dengan nada rendah.

19
Ingat :
 Mitral : linea midklavikula kiri ICS 5
 Trikuspidalis : linea sternal kiri ICS 4
 Aorta : linea sternal kanan ICS 2
 Pulmonalis : linea sternal kiri ICS 2

Pada auskultasi akan diperhatikan 2 hal yaitu :

1. Bunyi jantung : bunyi jantung I dan II


BJ I (penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB)
terjadi karna getaran menutupnya katup atrioventrikularis, yang terjadi
pada saat kontraksi isometric dari bilik pada permukaan sistol.
Daerah auskultasi BJ I :
 Pada Ictus : katub mitralis terdengar baik disini
 Pada ruang ICS IV-V, pada tepi sternum : katup trikuspidalis
terdengar disini
 Pada ruang ICS III kiri, pada tepi sternum : merupakan tempat
yang baik pula untuk mendengar katub mitral

Intensitas BJ I akan bertambah pada apeks jika :

 Stenosis mitral
 Interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
 Pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang
cepat misalnya pada kerja fisik, emosi, anemia, demam dan
lain-lain.

Intensitas BJ I melemah pada apeks jika :

 Shock hebat
 Interval PR yang memanjang
 Decompensasi hebat

20
BJ II (penutupan katub Aorta dan Pulmonal = DUB)

terjadi akibat proyeksi getaran menutunya katup aorta dan arteri


pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permukaan
diastole.

Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :


 Hipertensi
 Arteosklerosis aorta

Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada ;

 Kenaikan desakan arteri pulmonalis, mislnya : kelemahan bilik


kiri, stenosis mitralis,kelainan jantung coninital.

BJ I dan II akan melemah pada:

 Orang yang gemuk


 Emfisema paru
 Perikarditif eksudatif
 Penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung

Note :

Suara jantung pertama dapat didengar dengan mudah dengan


menggunakn corong diagfragma, tapi sulit mendengar suara jantung
ke 2 denag diagfragma, stetoskop diletakkan di Mid sterna kiri

Gambar v17)

21
Ingat :

Jarak S1 – S2 : 1 detik atau kurang, S1 lebih keras dari S2 )

2. Bising jantung/ cardiac marmur


Murmur :getaran yang terjadi dalam jantung atau pembuluh darah
besar yang diakibatkan oleh bertambahnya turbulensi darah / cairan

 Apakah bising jantung terdapat antar BJ I dan BJ II (bising sistol),


atau apakah bising jantung terdapat antara BJ II dan BJ I ( bisinh
diastole). Cara termudah untuk menemuakan bising sitole atau
diastole ialah dengan membandingkan terdengarnya bising
dengan saat terabanya ictus atau pulsasi arteri carotis, pada bising
itu adalah bising sistole.
 Tentukan lokasi bising terkeras
 Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan
 Tentukan arah dan sampai mana bising utu dijalarkan
Bising itu dijalarkan kesemua arah tetapi tulang merupakan
merupakan penjalr bising yang baik, dan bising yang keras akan
dijaraknan lebih dulu.
 Perhatiakan derajat intensitas bising tersebut, ada 6 derajat bising
:
(1) bising yang paling lemah yang dapat didengar. Bising ini
hanya dapat didengar dalam waktu agak lama unuk
meyakinkan pakah benar0benar merupakan suara bising
(2) bising lemah, yang dapat kita dengar dengan segera
(3) dan (4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga
memiliki intensitas diantra (2) dan (5).
(5) Bising yang sangat keras, tapi tidak dapat didengar bila
stetoskop tidak diletakkan pada dinding dada.

22
(6) Bising yang dapat didengar walaupun tidak meggunaan
stetoskop

 Perhatiakan kualitas dari bising apakah kasar, halus, bising


gesek, bising yang meniup, bising yang melagu.

Lokasi auskutasi

 Pemeriksaan pembuluh darah parifer


1) Pada pemeriksaan pembuluh darah parifer hal yang bias
dilaukan adalah palpasi nadi. Pada pemeriksaan nadi yang
rutin dilakukan adalah palpasi nadi arteri radialis.
Pada palpasi nadi harus diperhatiakan hal-hal berikut :
 Frekuensi nadi

23
 Tegangan nadi
 Irama nadi
 Bandingkan nadi arteri radialis kanan dan kiri
2) Pemeriksaan kuku
Terdapat jarii-jari clubbing

24
http://www.google.com/imgres?client=firefox-a&sa=X&rls=org.mozilla:en-
US:official&channel=fflb&biw=1366&bih=621&tbm=isch&tbnid=ye0UBdsi-
GT_rM:&imgrefurl=http://raihan20372.tripod.com/page3.html&docid=vzizVB0IPv
gunM&imgurl=http://raihan20372.tripod.com/image38.gif&w=492&h=264&ei=jRF
IUompBsnRrQfe64CQAQ&zoom=1&ved=1t:3588,r:3,s:0,i:87&iact=rc&page=1&tb
nh=164&tbnw=307&start=0&ndsp=15&tx=933&ty=221

25

Anda mungkin juga menyukai