Anda di halaman 1dari 11

MANUAL KETERAMPILAN KLINIS

SISTEM RESPIRASI
(PEMERIKSAAN LEHER)

TINGKAT KETERAMPILAN : 4A
TUJUAN :
1. Melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi leher
2. Melakukan pemeriksaan tiroid (CSL 2 – Endokrin)
3. Melakukan pemeriksaan JVP dan A.carotis (CSL 2 - Kardiovaskuler)

ALAT DAN BAHAN : Stetoskop

TEKNIK PEMERIKSAAN
1. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
2. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan
3. Inspeksi leher :
a. Pemeriksa berdiri dihadapan pasien.
b. Nilai kesimetrisan leher, adanya decease trakea, adanya benjolan pada leher
4. Palpasi leher :
a. Posisikan pasien dalam posisi duduk, pemeriksa berdiri tepat di belakang pasien
b. Palpasi area:
 Daerah submandibular kanan dan kiri (di bawah mandibula)
 Anterior dari m. Sternocleidomastoideus kanan dan kiri
 Posterior dari m. Sternocleidomastoideus kanan dan kiri
 Daerah supraclavicula kanan dan kiri
 Daerah aksila kanan dan kiri
 Nilai adanya pembesaran kelenjar getah bening (CSL 1 – Pemfis Umum)

Gambar Palpasi leher

1
c. Pemeriksaan Kelenjar Tiroid (CSL 2 - Endokrin)
d. Pemeriksaan JVP dan arteri karotis (CSL 2 - Kardiovaskuler)

ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN


1. Inspeksi leher
Pada keadaan normal, leher terlihat simetris dan tidak terdapat benjolan. Retraksi trakea,
misalnya, terdapat pada tension pneumothorax. Benjolan yang terdapat pada leher dapat
berupa pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tiroid, maupun tumor jaringan ikat.

2. Palpasi leher
Saat pemeriksaan ini nilai adakah pembesaran kelenjar getah bening pada area yang
diperiksa. Bila didapatkan pembesaran KGB nilai berapa banyak, ukurannya, mobilisasi,
konsistensi dan adanya nyeri tekan. Misalnya, pembesaran KGB pada fossa supraclavicula
dapat merupakan metastase karsinoma bronkial pada sistem limfe, limfoma maligna maupun
sarkoidosis.

3. Pemeriksaan Kelenjar Tiroid


a. Pembesaran difuse kelenjar tiroid tanpa adanya nodul kemungkinan disebabkan oleh
grave’s disease, tiroiditis hashimoto, dan goiter endemic.
b. Pembesaran difuse kelenjar tiroid dimana ditemukan dua atau lebih nodul lebih sering
diakibatkan proses metabolic dibandinkan keganasan. Namun paparan radiasi sejak kecil,
adanya riwayat keganasan pada keluarga, adanya pembesaran kelenjar getah bening,
dann nodul yang membesar dengan cepat dapat dicurigai ke arah keganasan.
c. Terabanya satu nodul biasanya kemungkinan kista atau tumor jinak. Namun jika terdapat
riwayat radiasi, nodul teraba keras, terfiksir dengan jaringan disekitarnya, cepet
membesar, disertai pembesaran kelenjar getah bening dan terjadi pada laki-laki, maka
curiga kearah keganasan lebih tinggi.

REFERENSI
1. Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking 8th Edition. 2002-08
2. Duijnhoven, Belle. Skills in Medicine: The Pulmonary Examination. 2009.

2
MANUAL KETERAMPILAN KLINIS
SISTEM RESPIRASI
(PEMERIKSAAN DADA)

TINGKAT KETERAMPILAN : 4A
Tujuan : Melakukan Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dada

ALAT DAN BAHAN : -

TEKNIK PEMERIKSAAN
1. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
2. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan.
3. Lakukan inspeksi dada dan kenali kelainannya :
a. Pemeriksaa menginspeksi dada pasien dari arah depan , samping dan belakang.
b. Selalu nilai mulai dari kulit, subkutis, otot dan rangka. Pada wanita, nilai juga payudara.
c. Nilai dari depan, samping dan belakang ekspansi dada saat bernapas dan saat istirahat
juga saat inspirasi maksimum.
d. Saat pemeriksaan nilai apakah ekspansi dadanya cukup dan simetris.
e. Nilai juga adanya retraksi.
f. Pada pasien yang dicurigai ekspansi dadanya menurun, dapat dilakukan pemeriksaan
secara objektif dengan mengukur lingkar dada saat pernapasan normal dan inspirasi
maksimal. Pada laki-laki, pita ukur berada diatas puting, sedangkan pada wanita berada
tepat diatas mamae.
4. Lakukan palpasi dada dan kenali kelainannya :
a. Untuk pemriksaan palpasi dada, gunakan seluruh permukaan telapak tangan. Tempatkan
kedua tangan pada kedua sisi dada periksa daerah-daerah dibawah ini saat pernapasan
biasa dan saat pernapasan dalam :
 Torakss anterior atas
 Turun kebawah ke daerah costo triangle
 Torakss lateral
 Dengan satu tangan pada sternumdan lainnya pada tulang belakang
 Torakss posterior bawah
b. Nilai ekspansi dinding dada, kanan dan kiri serta kesimetrisannya
c. Saat melakukan palpasi, tanyakan kepada pasien adakah area yang terasa nyeri saat
pemeriksaan ini dilakukan.
d. Lakukan penilaian fremitus vokal dengan meminta pasien menyebutkan “tujuh puluh
tujuh” sedangkan tangan pemeriksa merasakan getaran yang dihasilkan suara pasien.
e. Nilai getaran yang dirasakan pada tangan kanan dan kiri apakah sama kuat.

3
1 2

3 4

Gambar Palpasi dada

5. Melakukkan perkusi dada :


a. Pasien duduk di meja periksa
b. Pemeriksa menempatkan jari tengah tangan kirinya di punggung pasien dalam posisi
hiperekstensi
c. Tekan distal sendi interfalang dengan kuat pada permukaan yang akan diperkusi.
d. Hindari kontak permukaan yang akan diperkusi dengan bagian lain tangan karena akan
meredam getaran. Pastikan ibu jari, jari 2, 4, dan 5 tidak menyentuh dada.
e. Posisikan lengan kanan cukup dekat dengan permukaan dengan tangan mengokang ke
atas. Jari tengah harus sedikit fleksi, santai dan siap mengetuk.
f. Dengan tajam cepat namun santai, gerakkan tangan kanan ke arah jari tengah kanan
tangan kiri dengan titik tumpu berada di pergelangan tangan. Bagian yang diketuk adalah
distal sendi interphalangeal.
g. Ketuk menggunakan ujung jari tengah, bukan dengan bantalan jari. Kuku pemeriksa
dianjurkan pendek.
h. Pemeriksa segera menarik jarinya dengan cepat setelah mengetuk untuk menghindari
teredamnya getaran.
i. Perkusi dilakukan di sela iga.
j. Nilai suara yang ditimbulkan, bandingkan sisi kanan dan kiri

4
Gambar Teknik dan area perkusi dinding thoraks

6. Perkusi topografi anterior


Batas paru-hati
a. Pasien dalam posisi berbaring di atas meja periksa.
b. Lakukan perkusi pada linea midclavicula dextra ke arah kaudal secara vertikal melewati
puting. Pada wanita, adanya payudara dapat mengaburkan interpretasi suara perkusi.
c. Perkusi dilakukan di sela iga.
d. Kenali batas paru-hati dengan adanya perubahan suara dari sonor ke pekak.
Batas jantung
a. Pasien dalam posisi berbaring di atas meja periksa.
b. Setelah mendapatkan batas paru-hati, naikkan 2 jari, kemudian perkusi kearah medial
sampai didapatkan perubahan suara dari sonor ke redup. Ini adalah batas kanan jantung.
c. Perkusi pada linea aksilaris anterior kiri sampai terdapat perubahan suara dari sonor ke
timpani. Ini adalah batas paru-lambung.
d. Setelah mendapatkan batas paru-lambung, naikkan 2 jari, kemudian perkusi ke arah
medial sampai terdapat perubahan suara dari sonor ke redup. Ini adalah batas kiri
jantung.
e. Tentukan batas atas jantung dengan melakukan perkusi linea midklavikula sinistra ke arah
kaudal secara vertikal sampai didapatkan perubahan suara dari sonor ke redup. Ini
adalah batas atas jantung.

7. Melakukan auskultasi dada dan mengenali kelainannya:


a. Pasien duduk di meja periksa.
b. Lakukan auskultasi pada daerah di bawah ini:

5
Gambar Lokasi auskultasi di dada

c. Saat melakukan auskultasi, pemeriksa menilai :


 Karakter suara napas (frekuensi dan kerasnya)
 Intensitas inspirasi dan ekspirasi
 Rasio waktu inspirasi dan ekspirasi
 Adanya suara napas tambahan

ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN


 Inspeksi Dada
 Kulit
Perhatikan adanya warna kulit yang abnormal, kelainan kulit, kelainan vascular, dan
bekas luka tertentu. Hal ini mungkin menunjukkan adanya riwayat kelainan paru,
misalnya adanya bekas luka post WSD pada pneumothorax.
 Subkutis
Nilai jumlah lemak subkutis. Hal ini mungkin akan mempengaruhi pemeriksaan perkusi
dada dan suara pernapasan saat auskultasi.
 Payudara
Adanya payudara yang besar pada wanita mungkin akan mempengaruhi perkusi dan
auskultasi.
 Otot
Perhatikan ukuran otot thorax pasien. Hal ini juga dapat mempengaruhi perkusi dan
auskultasi.
 Rangka
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan dada. Abnormalitas dari rangka thorax dapat
mempengaruhi posisi dan ekspansi paru. Contoh dari kelainan rangka thorax yang

6
dapat mempengaruhi fungsi paru dan jantung adalah kelainan kongenitas Pectus
Excavatum (dada menjorok ke dalam) dan Pectus Carinacum (dada burung), gangguan
tulang belakang seperti Scoliosis atau Kyphosis dan Barrel-shape yang berhubungan
dengan COPD dimana didapatkan costal triangle melebar.

 Deformitas Toraks
1. Dewasa normal
 Toraks pada dewasa normal,
 Ukuran diameter lateral lebih besar dari
diameter anteroposterior.

Bickley. Bat Guide to Physical Examination and History Taking 8th Edition

2. Barrel Chest :
 Diameter anteroposterior melebar.
 Bentuk ini normal pada bayi,
 Sering menyertai penuaan normal
 Serta pada pasien PPOK.

Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking 8th Edition

3. Traumatic Flail Chest


 Bila terjadi fraktur multiple pada iga,
gerakan paradoksal dada dapat terlihat.
 Turunnya diafragma menurunkan
tekanan intratoraksal saat inspirasi,
area yang terluka menjorok ke dalam,
sedangkan saat ekspirasi menonjol keluar.

Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking 8th Edition

7
4. Funnel Chest (Pectus Excavatum)
 Dikarakteristikkan dengan depresi
pada sternum bagian bawah.
 Adanya kompresi jantung dan
pembuluh darah besar dapat
menimbulkan adanya murmur.

5. Pigeon Chest (Pectus Carinatum)


 Pada kelainan ini, sternum bergeser,
diameter anteroposterior melebar.
 Kartilago kostae merapat pada
sternum dan mengalami depresi.

Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking 8th Edition

6. Kyphoscoliosis
 Pada kelainan ini terdapat abnormalitas
kurva tulang belakang dan
rotasi vertebrae yang mengubah bentuk dada.
 Dapat terjadi distorsi paru yang menyebabkan
sulitnya menilai hasil pemeriksaan paru.

Gambar-gambar
Kelainan bentuk dada
dan tulang belakang
 Palpasi Dada
1. Ekspansi dada dapat diperiksa bukan hanya melalui inspeksi, namun juga dengan
palpasi. Dari pemeriksaan ini pemeriksa dapat merasakan bila ekspansi dinding dada
kurang ataupun asimetris.
2. Pada pemeriksaan palpasi dada juga dapat diketahui adanya nyeri tekan pada dinding
dada seperti pada kecurigaan terdapat fraktur iga.

8
3. Pada pemeriksaan fremitus vocal, normalnya getaran suara dihantarkan ke seluruh
dinding dada sehingga dirasakan sama kanan dan kiri.
Tabel Kelainan Pemeriksaan Paru
Kelainan Penyebab
Menurunnya ekspansi dada atau terlambat pada  Penyakit fibrotik kronis pada paru atau pleura
salah satu sisi yang mengalami keterlambatan
 Efusi pleura
 Pneumonia lobaris
 Nyeri pleural yang berhubungan dengan splinting
 Obstruksi bronkus unilateral
Vokal fremitus menurun  Obstruksi bronkus
 Efusi pleura
 PPOK
 Fibrosis pleura
 Pneumotoraks
 Infiltrasi tumor
 Atelektasis
 Dinding dada yang terlalu tebal
Vokal fremitus meningkat Pneumonia

 Perkusi Dada
Tabel Interpretasi Kelainan Perkusi
Interpretasi Normal Patologis
Pekak Hati Pneumonia lobaris, Efusi Pleura, Hemothorax,
Empyema, Jaringan Fibrosa, Tumor
Sonor Paru normal Bronkhitis kronis
Hipersonor Emfisema, Pneumothorax
Timpani Lambung yang berisi udara Pneumothorax luas

1. Bata paru-hati normalnya berada di sela iga 6 atau 7 linea midclavicula dextra.
Sedangkan batas paru-lambung berada di sela iga 5 atau 6 linea aksilaris anterior
sinistra.
2. Pada pasien dengan COPD, batas paru-hati dapat lebih rendah.

 Auskultasi Dada
1. Karakter suara
Terdapat tiga tipe suara napas :
 Vesikular atau suara napas normal
Terdengar pada orang normal (kecuali bayi dan balita) di seluruh lapang paru.
Suara napas ini terdengar sebagai suara dengan frekuensi yang rendah, jernih,
inspirasi terdengar halus dan ekspirasi terdengar lebih halus lagi, dengan rasio
antara inspirasi dan ekspirasi 3:1.
 Bronkial

9
Pada keadaan normal, pernapasan bronkial hanya dapat didengar di atas trachea
dan bronkus utama. Suara napas ini sangat kencang, frekuensinya tinggi, kuat,
suara inspirasi lebih terdengar disbanding ekspirasi, dengan rasio inspirasi dan
eksprasi hamper sama (5:6). Bila ditemukan di area lain selain di atas, maka
bermakna patologis. Contohnya pada pneumonia, edema paru dan pulmonary
hemorrhage.
 Bronchovesicular
2. Intensitas
Intensitas suara napas dapat normal atau menurun (suara napas menurun). Hal ini
dapat disebabkan oleh :

Tabel Intensitas Suara Napas


Proses Yang Mendasari Penyakit
Hiperaerasi pada jaringan sekitar paru COPD, Hiperinflasi Paru
Meningkatnya jarak stetoskop dengan udara Obesesitas, Pneumothorax
paru
Berkurangnya pernapasan Gangguan Neuromuskular, Stadium akhir
serangan Asma
Menurunnya aerasi jaringan paru Atelektasis

3. Rasio inspirasi dan ekspirasi


Normalnya, rasio inspirasi dan ekspirasi adalah 3:1. Memanjangnya waktu ekspirasi
dapat disebabkan oleh obstruksi saluran napas bawah, seperti pada asma, biasanya
disertai wheezing. Waktu inspirasi yang memanjang disebabkan oleh obstruksi saluran
napas atas, misalnya pada obstruksi benda asing. Suara napas ini kencang dengan
nada tinggi, disebut stridor inspirasi.
Suara napas tambahan
 Suara napas tambahan yang berasal dari pleura. Berupa suara gesekan atau
crackling akibat iritasi atau inflamasi pleura. Paling jelas terdengar pada akhir
inspirasi.
 Suara napas tambahan yang berasal dari bronkopulmonar
• Wheezing : terjadi akibat konstriksi jalan napas, seperti pada asma.
• Ronkhi : disebabkan oleh adanya sekret yang tebal pada jalan napas, seperti
pada bronchitis.
• Crackles : suara yang keras dan menghilang saat batuk atau inspirasi dalam.
Early inspiratory crackles dapat ditemukan pada pasien COPD. Late inspiratory
crackles ditemukan pada edema paru. Expiratory crackles ditemukan pada
emfisema dan bronkiektasis, biasanya tidak menghilang saat batuk.

REFERENSI
1. Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking 8th Edition. 20x02-08.
2. Duijnhoven, Belle. Skills in Medicine : The Pulmonary Examination. 2009.

10
Disadur dari :
1. Panduan Keterampilan Klinis bagi Dokter di Pelayanan Primer (Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia)
2. Panduan Keterampilan Klinis bagian 2 (Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia)

11

Anda mungkin juga menyukai