Anda di halaman 1dari 6

MATERI 2

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG DAN PARU

A. Pemeriksaan Fisik Jantung


Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan fisik jantung adalah inspkesi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Peralatan yang digunakan adalah stetoskop dan
spignomamometer. Persiapan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan fisik jantung
yaitu :

1. Pada saat pemeriksaan dilakukan, pasien diperkenankan dalam posisi duduk


atau terlentang dengan kepala ditinggikan 30 derajat.
2. Pencahayaan yang cukup diperlukan khususnya untuk melakukan inspeksi
warna dan pulsasi.
3. Lingkungan yang tenang untuk mendapatkan hasil auskultasi yang akurat.
4. Perawat berada di sebelah kanan pasien.
Berikut adalah langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik jantung :
1. Inspeksi
Pada pemeriksaan fisik jantung maka inspeksi yang dilakukan meliputi :
a. Observasi leher dan perikardium (katup aorta, pulmonal, trikuspidal, dan
titik Erb’s) untuk melihat pulsasi.
1) Area aorta : sela iga ke 2 (ICS ke-2) dada sebelah kanan.
2) Area pulmonal : sela iga ke 2 (ICS ke-2) dada sebelah kiri. Area aorta
dan area pulmonal berkorelasi secara anatomi dengan dasar jantung.
3) Titik Erb’s : ICS ke-3 dada sebelah kiri.
4) Area trikuspidalis (area vebtrikel kanan atau area septal) : ICS ke-5
dada sebelah kiri.
5) Area mitral (area ventrikel kiri atau area apikal) : ICS ke-5 garis
mid-klavikula sebelh kiri. Area mitral berkorelasi secara anatomis
dengan apeks jantung.
b. Pulsasi biasanya tidak terlihat kecuali pada denyut apikal, lokasi di sela iga
ke 4-5 mid-klavikula kiri (ICS 4-5 mid-klavikula sinistra), biasa disebut
dengan ictus cordis.
c. Inspeksi area epigastric di ujung sternum untuk melihat pulsasi aorta
abdominal.
d. Hasil inspeksi : jika ditemukan adanya distensi vena leher (jugularis), hal
ini mengindikasikan adanya penyakit jantung atau
terlihatnya pulsasi di area prekordial selain denyut apikal maka dapat
dikatakan hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi yang abnormal.
2. Palpasi
Pada saat palpasi, telapak tangan diletakkan di atas prekordium dan
lakukan palpasi pada prekordium secara lembut untuk mencari pulsasi.
Sebelum melakukan palpasi, hangatkan telapak tangan terlebih dahulu. Palpasi
denyut apikal di area mitral.
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA 1
Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi normal : tidak terpalpasinya
denyutan di area aorta dan area pulmonal, denyutan terasa di area apikal.
3. Perkusi
Perkusi jantung dilakukan untuk menentukan posisi, ukuran, densitas
struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Batas-batas jantung normal
yaitu :
Batas atas : ICS II mid-sternal
Batas bawah : ICS V
Batas kiri : ICS V mid-klavikula sinistra
Batas kanan : ICS IV mid-sternal dekstra
4. Auskultasi
Auskultasi digunakan untuk mendengarkan suara jantung yang
dihasilkan/disebabkan karena menutupnya katup jantung. Langkah-langkah
yang dilakukan saat melakukan auskultasi adalah :
a. Minta pasien untuk bernafas secara normal
b. Lakukan auskultasi secara sistematik, yakni dimulai dari area aorta lalu ke
area pulmonal, titik Erb’s, area trikuspidalis, dan terakhir di area mitral.
c. Gunakan bagian diafragma stetoskop untuk mendengarkan nada tinggi, lalu
gunakan bell stetoskop untuk mendengarkan nada rendah. Fokuskan pada
frekuensi dan irama jantung, dan suara normal jantung.

B. Pemeriksaan Fisik Paru


Paru merupakan bagian dari thorak (dada). Pemeriksaan fisik paru terdiri dari
4 langkaj yaitu :
1. Inspeksi
Inspeksi dimulai dengan mengobservasi dada pasien meliputi warna,
bentuk atau kontur, pola nafas, dan pengembangan otot.
Pengamatan yang harus dilakukan :
a. Bentuk dada, apakah biasa/normal, atau adakah kelainan bentuk.
b. Pernafasan pasien, frekuensi, irama, ada tidaknya apnea.
Hasil pemeriksaan abnormal dari pemeriksaan paru diantaranya : adanya
peningkatan ukuran dada, pola nafas abdnormal dengan penggunaan otot nafas
tambahan, dan ekspansi paru yang abnormal.
Berikut adalah langkah pelaksanaan inspeksi pada pemeriksaan paru,
yaitu :
a. Buka baju pasien sampai memperlihatkan badan pasien sebatas pinggang.
b. Atur posisi pasien duduk dan berdiri.
c. Beri penjelasan pada pasien apa yang akan dilakukan oleh pemeriksa dan
anjurkan pasien untuk tetap santai dan rileks.
d. Lakukan pengamatan bentuk dada dari 4 sisi, yaitu :
1) Depan : perhatikan klavikula, sternum, dan tulang rusuk.
2) Belakang : perhatikan bentuk tulang belakang, kesimetrisan skapula.
3) Sisi kanan pasien
4) Sisi kiri pasien
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA 2
e. Inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui kelainan
bentuk dada dan tentukan frekuensi respirasi
f. Amati keadaan kulit dada, apakah terdapat retraksi interkostalis selama
bernafas, jaringan parut, atau kelainan lainnya.
Berikut adalah beberapa macam bentuk dada, yaitu :

Tabel 1. Bentuk Dada


Bentuk dada Deskripsi
Funnel chest (dada bentuk Sternum bagian bawah dan iga
corong) masuk ke dalam terutama saat
inspirasi. Bentuk dada ini dapat
disebabkan oleh ricketsia dan
kelainan kongenital
Pigeon chest (dada burung)Bagian sternum menonjol ke arah
luar. Bentuk dada ini dapat
disebabkan oleh ricketsia dan
kelainan kongenital
Barrel chest (dada bentuk Dada berbentuk bulat seperti tong,
tong) sternum terdorong ke arah depan
dengan iga-iganya horizontal.
Bentuk dada ini dapat disebabkan
oleh Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK)

Flat chest Diameter anteroposterior


memendek. Bentuk dada ini dapat
disebabkan oleh bilateral pleura
pulmonary fibrosis.

2. Palpasi
Palpasi pada dinding thorak menggunakan seluruh telapak tangan dan
jari. Palpasi dilakukan untuk menilai :
a. Simetris atau asimetris dada yang didapat dari adanya benjolan yang
abnormal, pembesaran kelenjar limfe aksila dan lain-lain.
b. Adanya fremitus suara yang merupakan getaran pada area dada saat
bicara atau menangis yang sama antara kedua sisi thorak. Penialiannya
apabila fremitus meninggi suaranya maka terjadi konsolidasi paru seperti
pada pneumonia, sedangkan apabila suara fremitus paru menurun maka
terjadi obstruksi, atelektasis, pleuritis, efusi pleura, dan tumor pada paru.
Adapun cara untuk melakukan untuk mengecek fremitus adalah dengan
meletakkan telapak tangan kanan dan kiri pada daerah dada atau
punggung dan merasakan getaran dinding dada saat pasien mengucapkan
kata “tujuh... tujuh... tujuh...” berulang-ulang.

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA 3


c. Adanya krepitasi subkutis yaitu udara pada daerah bawah jaringan kulit,
adanya krepitasi ini dapat terjadi secara spontan, setelah trauma atau
tindakan trakeostomi dan lainnya.
d. Ekspansi dada (pembesaran dinding dada).
Berikut ini adalah prosedur dalam melakukan palpasi pada
pemeriksaan paru, yaitu :
a. Berdiri di depan pasien dan letakkan kedua telapak tangan secara datar
pada dinding dada pasien.
b. Anjurkan pasien untuk menarik nafas.
c. Rasakan getaran dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan kiri.
d. Pemeriksa berdiri di belakang pasien, letakkan tangan pemeriksa di sisi
dada lateral pasien, perhatikan getaran ke samping sewaktu pasien
bernafas.
e. Letakkan kedua tangan pemeriksa di punggung pasien-ibu jari diletakkan
sepanjang penonjolan spina setinggi iga ke-10 dengan telapak menyentuh
permukaan posterior. Jari-jari harus terletak kurang lebih 5 cm terpisah
dengan titik ibu jari pada spina dan jari lain ke lateral.

f. Setelah ekshalasi, minta pasien untuk bernafas dalam, observasi gerakan


ibu jari pemeriksa.
g. Bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada
3. Perkusi
Perkusi dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung.
Cara langsung dengan mengetuk ujung jari atau jari telunjuk ke dinding dada,
sedangkan cara tidak langsung adalah dengan meletakkan salah satu jari ke
dinding dada dan mengetuknya dengan jari yang lainnya. Perkusi dilakukan
dari atas ke bawah atau dari kanan ke kiri, lalu dibandingkan hasilnya. Hasil
pemeriksaan perkusi adalah :
a. Sonor, merupakan suara paru normal.
b. Redup atau pekak, suara perkusi yang berkurang. Normalnya pada area
skapula, diafragma, hati, limpa, dan jantung. Jika pada perkusi paru
terdengar suara redup, maka biasanya merupakan konsolidasi jaringan
paru seperti pada atelektasis, pneumonia lobaris, dan lainnya.
c. Hipersonor atau timpani, terjadi apabila udara dalam paru bertambah atau
udara dalam pleura bertambah seperti pada
emfisema paru atau pneumothoraks.
Berikut adalah pelaksanaan perkusi pada pemeriksaa paru, yakni
:
a. Membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara berurutan.
b. Menentukan batas bawah paru
Secara normal : orang Indonesia batas bawah pulmo dextra poterior
terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal IX atau thoracal X,
batas bawah pulmo sinistra posterior terletak sejajar dengan processus
spinosus thoracal VII atau IX.
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA 4
4. Auskultasi
Auskultasi digunakan untuk mendeteksi aliran udara dalam saluran
pernafasan. Minta pasien untuk bernafas perlahan dan dalam melalui mulut.
Letakkan diafragma stetoskop ke arah area (landmark) dada lalu auskultasi
suara nafas. Suara nafas dasar (suara nafas normal) yakni :

Bunyi Napas
Bunyi Karakteristik Lokasi
Vesikuler Inspirasi > ekspirasi Normal : semua lapang
paru
Abnormal : tidak ada

Bronkovesikuler Inspirasi = ekspirasi Normal : ruang


interkosta satu atau dua
Abnormal : perifer paru
Bronkotubular Inspirasi < ekspirasi Normal : di atas trachea
Abnormal : di area paru

Sedangkan suara nafas tambahan yaitu :


Bunyi Napas Tambahan
Bunyi Karakteristik Penyebab
Rales
 Halus Intermiten, nada tinggi, bunyi gemesir halus Pneumonia,
terdengar di akhir inspirasi menunjukkan gagal jantung
adanya alveoli kongestif
 Sedang Intermiten, basah, keras, nada sedang, Edema
terdengar di awal atau tengah inspirasi hilang
dengan batuk menunjukkan cairan dalam
bronkiolus dan bronkus
 Kasar Keras, bergelembung, nada rendah, terdengar Pneumonia
saat ekspirasi, hilang dengan batuk, dengan gejala
menunjukkan, adanya cairan dalam paru yang
bronkiolus dan bronkus mereda,
bronkitis
Ronki
 Sonor Kontinu, mendengkur, nada rendah, Bronchitis
terdengar di seluruh siklus pernapasan,
hilang dengan batuk menunjukkan
keterlibatan bronkus besar dan trakea
 Sibilant Kontinu, musical, nada tinggi, terdengar di Asma
(bunyi tengah sampai akhir ekspirasi, menunjukkan
berdesis) edema dan obstruksi jalan nafas yang lebih
kecil, mungkin terdengar dengan stetoskop

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA 5


Mengi Sonor, musical terdengar saat inspirasi Obstruksi
yang tinggi
terdengar:
 Inspirasi Bunyi bersiul, bunyi seperti menggosok, Obstruksi
 Ekspiras keras, nada tinggi, terdengar selama ekspirasi rendah
i
Seperti memarut, menggosok keras, nada Permukaan
 Pleural tinggi mungkin terdengar selama inspirasi pleura yang
friction atau ekspirasi meradang
rub

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA 6

Anda mungkin juga menyukai