Anda di halaman 1dari 45

PEMERIKSAAN FISIK

DADA DAN paru

Oleh :

Ratnawati S.pd. S.kep. Ns

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES GORONTALO
PEMERIKSAAN DADA & PARU
Perawat menggunakan peralatan dan teknik berikut ketika melakukan pengkajian
sistem pernapasan :
 Alat :
a. Stetoskop
b. Pena Spidol (Felt – Tipped)
c. Penggaris
d. Pita ukur
 Teknik :
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
Untuk melakukan pengkajian dada, bebrapa garis bayangan yang digunakan dalam
pengkajian dada yaitu :
a. Garis Midsternalis : Garis yang memanjang ke bawah ditengah sternum
b. Garis Midklavikularis : Garis vertikal yang sejajar dengan garis midsternal dan
memanjang kebawah dari pertengahan tulang klavikula
kanan dan kiri.
c. Garis Aksilaris Anterior : Garis yang memanjang ke bawah dari lipatan aksilaris
anterior.
d. Garis Aksilaris Posterior : Garis yang memanjang ke bawah dari lipatan aksilaris
posterior.
e. Garis Midaksilaris : Garis vertikal yang memanjang ke bawah dimulai dari
pertengahan antara garis aksilaris anterior dan posterior.
f. Garsi Midskapularis : Garis vertikal yang terletak pada dinding dad sejajar
dengan garis midspinalis dan memanjang melalui puncak
skapula.
g. Daerah Infraskapularis : Daerah dinding belakang dada yang terletak dibawah
daerah skapula.
h. Daerah Interskapularis : Daerah dinding belakang dada yang terletak di antara dua
skapula.
 INSPEKSI

 Dada di inspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan kesimetrisan ekspansi


serta keadaan kulit. Postur dapat bervariasi
misalnya pada pasien dengan masalah pernapasan kronis yang mana
kalvikula menjadi elavasi keatas.

Bentuk dad bayi dan orang dewasa berbeda. Dada bayi berbentuk melingkar
dengan diameter transversal, (1 : 1).
Pada orang dewasa perbandingan antara diameter anteroposterior dengan
diameter transversal adalah 1 : 2.

Bentuk dada tidak normal :
a. Pigeon Chest : Bentuk dada yang ditandai dengan diameter transversal
sempit, diameter antero posterior membesar dan sternum
sangat menonjol kedepan. Biasa dikelnal dengan thoraks
burung dan Pektus Karinatum.
b. Funnel Chest : Bentuk dada kebalikan dari Pigeon Chest, yaitu sternum
menyempit kedalam, dan diameter antero posterior yang
mengecil. Biasa dikenal dengan thoraks corong atau Pektus
ekskavatum.
c. Barrel Chest : Bentuk yang diameter antero posterior dan transversal yang
perbandingannya 1 : 1. Biasa pada pasien kiposis.
 Inspeksi gerakan pernapasan (ekspansi paru). Periksa penggunaan otot-otot
pernapasan tambahan(Sternokledomastoideus), skalenus, trapezius).
 Inspeksi adanya warna yang tidak umu, benjolan atau lesi, dan perhatikan lokasi
adanya obnormalitas pada kulit pasien.
 Inspeksi dada pada saat bergerak untuk mengetahui frekuensi, sifat dan
ritme/irama pernapasan.
a. Normal pernapasan berkisar : 16 s/d 24 x setiap menit. Takipnea :
peningkatan kecepatan pernapasan.
Bradipnea : lambat.
b. Sifat pernapasan : - Pernapasan dada
- Pernapasan perut
- Kombinasi dada dan perut
c. Ritme / irama pernapasan tidak normal :
- Pernapasan Kusmaul : Pernapasan yang cepat dan dalam tanpa henti =>
koma diabetikum.
- Pernapasan Biots : Pernapasan yang ritme maupun amplitudonya tidak
teratur, diselingi periode apnea, dapat ditemukan
pada pasien yang mengalami kerusakan otak.
- Pernpsan C. Stokes : Pernapasan dengan amplitudo yang mula-mula kecil,
makin lama makin membesar kemudian mengecil lagi
diselingi periode apnea yang biasanya didapatkan
pada pasien yang mengalami gangguan saraf otak.
- Hyperventilasi : Pernapasan dalam dengan kecepatan yang normal.
- Apneustik : Inspirasi tersengal-sengal, lama dan diikuti oleh
ekspirasi yang sangat pendek.
- Apnea : Tidak terdapatnya pernapasan (mungkin secara
periodik).
Secara rinci, inspeksi dada dapat dikerjakan sebagai berikut :
1. Lepas baju pasien dan tampakkan badan pasien sampai batas pinggang.
2. Atur posisi pasien, (pasien diatur tergantung pada tahap pemeriksaan dan
kondisinya). Pasien dapat diatur pada posisi duduk atau berdiri.
3. Yakinkan bahwa anda sudah siap (tangan bersih dan hangat), ruangan dan
stetoskop sudah siap.
4. Beri penjelasan pada pasien tentang apa yang dikerjakan dan dianjurkan
pasien tetap rileks.
5. Lakukan inspeksi bentuk dada dari 4 sisi, depan, belakang, sisi kanan dan kiri
pada saat istirahat (diam), saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat inspeksi dari
depan perhatikan area pada klavikula, fossa supra dan infraklavikula, sternum
dan tulang rusuk. Dari sisi belakang amati lokasi vertebra servikalis ke tujuh
(puncak skapula terletak sejajar dengan vertebra torakalis ke delapan),
perhatikan pula bentung tulang belakang dan catat bila ada kelainan bentuk.
Terakhir inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui adanya
kelainan bentuk dada misalnya bentuk Barrel Chest.
6. Amai lebih teliti keadaan kulit dada dan catat setiap ditemukan adanya pulsasi
pada interkostalis atau dibawah jantung, retraksi intrakostalis selama
bernapas, jaringan parut dan setiap ditemukan tanda-tanda menonjol lainnya.
 PALPASI

 Palpasi dada dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji :


a. Keadaan kulit pada dinding dada
b. Nyeri tekan
c. Massa
d. Peradangan
e. Kesimetrisan ekspansi
f. Taktil premitus.
 Nyeri tekan dapat timbul akibat adanya luka setempat, peradangan,metastasis
tumor ganas atau adanya pleuritis.
 Bila ditemukan pembengkakan atau benjolan pada dinding dada, maka perlu
didiskripsikan secara jelas mengenai ukuran, konsistensi dan suhunya =>
apakah disebabkan ol;eh penyakit tulang, tumor, bisul, atau proses
peradangan.
 Pada saat bernapas, normalnya dada bergerak secara simetris, gerakan menjadi
tidak simetris => atelektasis paru (kolaps).
 Getaran taktil vremitus dapat lebih keras atau lebih lemah dari normalnya.
Getaran menjadi lebih keras misalnya pada keadaan terdapat infiltrat. Getaran
yang melemah didapatkan pada keadaan empisema, pneumotoraks,
hidrotoraks dan atelektasis obstruktif.
 Pada pengkajian tactil vremitus, vibrasi / getaran bicara secara normal dapat
ditransmisikan melalui dinding dada. Getaran lebih terasa pada apek paru-
paru dan dinding dada kanan lebih keras daripada dinding dada kiri karena
bronkus sisi kanan lebih besar. Pada pria uremitus terasa lebih karena suara
pria lebih besar daripada suara wanita.
 Secara rinci langkah kerja palpasi dinding dada adalah sbb:
1. Lakukan palpasi untuk mengetahui ekspansi paru-paru/dinding dada :
a. Letakkan kedua telapak tangan secara datar pada dinding dada depan
(Lihat Gambar 1)
b. Anjurkan pasien untuk menarik napas
c. Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri
d. Berdirilah di belakang pasien, letakkan tangan anda pada sisi dad
pasien, perhatikan getaran kesamping sewaktu pasien bernapas
e. Letakkan kedua tangan anda dipunggung pasien dan bandingkan
gerakan kedua sisi dinding dada.
2. Lakukan palpasi untuk mengkaji tactil vremitus. Suruh pasien menyebut
bilangan “Enam-enam” sambil anda melakukan palpasi dengan cara :
a. Letakkan telapak tangan anda pada bagian belakang dinding dada dekat
apek paru-paru (Lihat Posisi A pada Gambar 2)
b. Ulangi langkah a dengan tangan bergerak kebagian dasar paru-paru
(A-E, Gambar 2)
c. Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru-paru dan kedua apek serta
dasar paru-paru.
d. Lakukan palpasi tactil vremitus pada dinding dada anterior.
Gambar 1. Palpasi Dinding Dada
Gambar 2. Palpasi Tactil Vremitus
 PERKUSI

 Tujuan perkusi pada dinding dada/paru yaitu :


a. Mengetahui keadaan paru (adanya gas, cairan dan zat padat)
b. Menentukan batas paru-paru
c. Menentukan perbandingan paru kiri dan paru kanan.
 Cara perkusi ada 2 :
a. Langsung
b. Tidak Langsung
 Suara/bunyi perkusi pada paru-paru orang normal adalah resonan “Dug Dug Dug”
 Pada keadaan-keadaan tertentu, bunyi resonan ini dapat menjadi lebih atau
kurang karena adanya konsolidasi atau kurang resonan, “Bleg Bleg Bleg”. Ini
karena bagian padat lebih besar dari pada bagian udara.
 Pada tumor paru akan didapatkan perkusi paru “pekak”, seperti pada saat
memerkusi paha).
 Bunyi Hyperresonan dapat ditemukan pada pasien dengan pneumotorak ringan
“Deng Deng deng”. Ini dikarenakan oleh adanya udara relatif yang lebih besar
dari pada zat padat.
 Bunyi timpani ditemukan pada area yang mengalami penimbunan udara, misalnya
lambung berisi udara atau pada pneumotorak => “dang Dang Dang”.
 Perkusi untuk mengetahui batas paru dengan organ lain : pada saat perkusi area
paru berbunyi resonan, masuk area jantung beruabah menjadi redup.
 Bila perkusi dari batas kosta kiri ke bawah, maka bunyi resonan tidak kita
dapatkan, tetapi kita dapatkan bunyi timpani karena adanya lambung. (di
dapatkan pada spasium interkostalis ke-8 sisi kiri).
 Batas antara paru dan hati biasanya mulai ditemukan pada spasium interkostalis
ke-6 pada sisi dada kanan.
 Batas dada untuk dada posterior akan ditemukan di daerah supraskapularis
seluas 3-4 jari dipundak, untuk bats bawah setinggi vertebra torakal ke-10.
 Secara sistematis, perkusi paru dapat di kerjakan dengan cara sbb :
1. Lakukan perkusi paru-paru anterior dengan posisi pasien supinasi.
a. Perkusi mulai dari atas klavikula kebawah pada setiap spesium
interkostalis (Gambar 3 (A).
b. Bandingkan sisi kanan dan kiri.
2. Lakukan perkusi pada paru-paru posterior dengan posisi pasien sebaiknya duduk
atau berdiri.
a. Yakinkan dulu bahwa pasien telah duduk lurus.
b. Mulai perkusi dari puncak paru-paru ke bawah (Gambar 3 (B).
c. bandingkan sisi kanan dan kiri
d. Catat hasil perkusi secara jelas.
3. Lakukan perkusi paru-paru posterior untuk mendeterminasi gerakan diafragma
(penting pada pasien empisema).
a. Suruh pasien untuk menarik napas panjang dan menahannya.
b. Mulai perkusi dari atas kebawah (dari resonan ke redup) sampai bunyi
didapatkan.
c. Beri tanda dengan spidol pada tempat dimana didapatkan bunyi redup
(biasanya pada spasium interkostalis ke-9, sedikit lebih tinggi dari posisi hati
didada kanan) (Gambar 4)
d. Suruh pasien untuk menghembuskan napas secara maksimal dan
menahannya.
e. Lakukan perkusi dari bunyi redup (Tanda I) keatas. Biasanya bunyi
redup ke-2 ditemukan diatas tanda I. beri tanda pada kulit yang ditemukan
bunyi redup (Tanda II).
f. Ukur jarak antara T. I ke T. II. Pada wanita jarak ke-2 tanda ini normalnya 3-
5 cm dan pada pria adalah 5-6 cm.
Gambar 3. A) Perkusi Paru-paru Gambar 3. B) Perkusi Paru-paru
Anterior Posterior
Gambar 4
 AUSKULTASI
 Auskultasi berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkeal
dan untuk mengetahui adanya aliran udara.
 Ciri-ciri bunyi napas normal :
a. Vesikuler : - Inspirasi > ekspirasi
- Nada bunyi ekspirasi rendah
- Intensitas bunyi ekspirasi lembut
- Lokasi : sebagian area paru kanan dan kiri.
b. Bronkovasikuler : - Inspirasi = Ekspirasi
- Nada bunyi ekspirasi sedang
- Intensitas bunyi ekspirasi sedang
- Lokasi sering pada spasium interkostalis ke-1 dan ke-2
bagian dan di antara skapula.
c. Bronkeal : - Inspirasi = Ekspirasi
- Nada bunyi ekspirasi tinggi
- Intensitas bunyi ekspirasi keras
- Lokasi di atas manibrum sternum.
d. Trakheal : - Inspirasi = Ekspirasi
- Nada bunyi ekspirasi sangat tinggi
- Intensitas bunyi ekspirasi sangat keras
- Lokasi di atas trakhea pada leher.
 Selain bunyi napas normal, biasa didapatkan bunyi napas tambahan seperti :
a. Ronkhi kasar (Rales)
- Udara melewati jalan napas yang lembab, terutama yang kecil dan alveolus,
dengan edema pulmonal
-Deskripsi : Gemerentak ringan, meletup-letup seperti rambut yang digesek
bersamaan.
b. Mengi
-Cairan atau sekresi pada jalan napas yang menyempit karena mukus
atau bronkospasme
-suara bersiul, bergemuruh, rintihan.
c. Pleural frietion
-Inflamasi lapisan pleura parietal dan viseral yang saling bergesekan
-Suara gemerisik, seperti beberapa lapis kertas yang digesekkan
bersamaan.
 Secara sistematis langkah melakukan auskultasi adalah :
1. Duduklah menghadap pada pasien.
2. Suruh pasien bernapas secara normal dan mulailah auskultasi dengan
pertama kali meletakkan stetoskop pada trakhea, dengan bunyi napas
secara teliti.
3. Lanjutkan auskultasi dengan arah seperti pada perkusi, dengan suara
napas yang normal dan perhatikan bila ada suara tambahan.
4. Ulangi auskultasi pada dada lateral dan posterior serta bandingkan sisi
kanan dan kiri.
17 +
17 - ……? Nehi nehi nehi
Thanks For You Attention

Anda mungkin juga menyukai