Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL

DOSEN PEMBIMBING

Yuni Handayani, S.ST., M.M.

DISUSUN OLEH

Dwi Agustin

(19030013)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536


Email :@stikesdrsoebandijember.ac.id
1.1. Definisi
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematis dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi
klien. Pemeriksaan fisik dilakukan setelah anamnese, sebelum melakukan
pengkajian bidan perlu menjelaskan pada klien dan keluarga tindakan yang
akan dilakukan dan berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk
bertanya sehingga mereka dapat memahami pentingnya pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan dada bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan menghitung
jumlah pernapasan dalam satu menit pada ibu hamil. Laju pernafasan
meningkat pada keadaan stres, kelainan metabolik, penyakit jantung paru, dan
pada peningkatan suhu tubuh. Pernafasan yang normal bila kecepatannya 14-
20x/menit pada dewasa. Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas
perlu diperiksa untuk menilai adanya kelainan.

1.2 Pemeriksaan Fisik Dada

a. Tujuan : Untuk mengetahui keadaan dada.

 INSPEKSI :

→ Dada di inspeksi terutama mengenal postur, bentuk dan

kesimentrisan, ekspansi serta keadan kulit.

→ Bentuk dada berbeda antara bayi dan orang dewasa.

→ Dada bayi berbentuk melingkar dengan diameter dari depan ke

belakang (anteroror-pasterior) sama dengan diameter transversal.

→ Pada orang dewasa perbandingan antara diameter anteroropasterior

dengan diameter transversal adalah 1:2.


→ Inspeksi dada dikerjakan baik pada saat dada bergerak atau pada

saat diam terutama sewaktu dilakukan pengamatan pergerakan

pernafasan.

→ Sedangkan untuk mengamati adanya kelainan bentuk tulang

punggung (kiposis, lordosis, skoliosis) akan lebih mudah

dilakukan pada saat dada tidak bergerak.

 Berbagai kelainan bentuk dada :

1. Pigoen chest : bentuk dada yang ditandai dengan diameter

transversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan

sternum sangat menonjol ke depan.

2. Funnel chest : bentuk dada yang tidak normal sebagai kelainan

bawaan yang mempunyai ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest,

yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior

yang mengecil.

3. Barel chest : bentuk dada yang ditandai dengan diameter

anteroposterior dan transversal yang mempunyai perbandingan 1:1.

 Pola pernafasan :

1. Eupnea : Irama dan kecepatan pernafasan.

2. Takipnea : Peningkatan kecepatan pernafasan.

3. Bradipnea : Lambat tetapi merupakan pernafasan normal.

4. Apnea : Tidak terdapatnya pernafasan (mungkin secara periodik).

5. Hyperventilasi :pernafasan dalam kecepatan normal.

 Pola pernafasan
1. Cheyne-stokes : Pernafasan yang secara bertahap menjadi cepat dan

dalam dari normal, kemudian melambat, diselingi dengan periode

apnea.

2. Blots : Pernafasan cepat dan dalam dari normal, dengan terhenti

tiba-tiba diantaranya, pernafasan mempunyai kedalaman yang sama.

3. Kussmaul : Pernafasan cepat dan tanpa terhenti.

4. Apneustik : Inspirasi tersengal-sengal, lama di ikuti ekspirasi yang

sangat pendek.

b. Cara kerja pemeriksaan inspeksi dada

1) Lepas baju pasien dan tampakkan badan pasien sampai batas

pinggang.

2) Atur posisi pasien (pasien diatur tergantung pada tahap pemeriksaan

dan kondisinya). Pasien dapat diatur pda posisi duduk atau berdiri.

3) Yakinkan bahwa anada sudah siap (tangan bersih dan hangat),

ruangan stetoskop sudah siap.

4) Beri penjelasan pada pasien tentang apa yang akan dikerjakan dan

anjurkan pasien tetap relaks.

5) Lakukan inspeksi bentuk dada dari 4 sisi (depan, belakang, kanan,

kiri,) pada saat istirahat (diam), saat inspirasi dan saat ekspirasi.

6) Pada saat inspeksi dari depan perhatikan area pada klavikula, foossa

supra dan infra klavikula, sternum dan tulang rusuk.

7) Dari sisi belakang amati lokasi vertebra torakalis ke 7 (puncak

skapula terletak sejajar dengan vertebra torakalis ke 8), perhatikan


pula bentuk tulang belakang dan catat bila ada kelainan bentuk.

8) Terakhir inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetrahui

adanya kelainan bentuk dada, misalnya bentuk dada barel chest.

9) Amati lebih teliti keadan kulit dada catat setiap ditemukan adanya

pulpasi pada interkostalis / di bawah jantung retraksi intrakostalis

selama bernafas, jaringan perut dan setiap ditemukan tanda-tanda

menonjol lainnya.

 PALPASI

a. Tujuan : untuk mengetrahui keadan kulit pada dinding dada, nyeri

tekan, massa, peradangan, kesimentrisan ekspansi, dan tactil

vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang di hantarkkan melalui

sistem bronkopulmonal selama seseorang berbicara).

b. Cara kerja pemeriksaan palpasi dada

1. Lakukan palpasi untuk mengetahui ekspansi paru-paru/dinding

dada :

 Letakkan kedua tangan secara datar pada dinding dada depan.

 Anjurkan pasien untuk menarik nafas.

 Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan

sisi kiri.

 Berdirilah di belakang pasien,letakkan tangan anda pada sisi

dada pasien, perhatikan getaran ke samping sewaktu pasien

bernafas.
 Letakkan kedua tangan anda di punggung pasien dan

bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada.

2. Lakukan palpasi untuk memeriksa tactil vremitus. Suruh pasien

menyebut bilangan “enam-enam” sambil anda melakukan

palpasi dengan cara :

 Letakkan telapak tangan anda pada bagian belakang dinding

dada dekat apeks paru-paru.

 Ulangi langkah di atas dengan tangan bergerak ke bagian

dasar paru-paru.

 Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru-paru dan diantara

apeks serta dasar paru-paru.

 Lakukan palpasi tactil vremitus pada dinding dada anterior.

3. Vibrasi/getaran bicara secara normal dapat di trans-misikan

melalui dinding dada.

4. Getaran lebih jelas terasa pada apeks paru-paru dan dinding

dada kanan lebih keras daripada dinding dada kiri karena

bronkus pada sisis kanan lebih besar.

 Suara/bunyi perkusi pada paru-paru orang normal adalah

resonan yang terdengar seperti “dug-dug-dug”.

 Pada keadaan tertentu bunyi resonan ini dapat menjadi lebih

atau kurang resonan.

 Bunyi kurang resonan = “bleg-bleg-bleg” karna bagian padat

lebih besar daripada bagian udara.


 Bunyi hiperresonan =”deng-deng-deng”karna udara relatif

lebih besar daripada zat padat.

 Bunyi timpani =”dang-dang-dang” karna terdapat banyak

udara

 Selain untuk mengetahui keadaan paru-paru , juga dapat di

gunakan untuk mengetahui batas paru-paru dengan organ

lain di sekitarnya.

 Auskultasi

→ Untuk memeriksa aliran udara melalui batang trakeobronkeal dan

untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara, serta memeriksa

kondisi paru-paru & rongga pleura.

→ Suara nafas yang didengar melalui stetoskop dapat menjadi tidak

normal apabila paru-paru mengalami suatu gangguan.

→ Ada beberapa bunyi/suara yang merupakan suara tambahan :

ronchi kering,ronchi basah & gesekan pleura.

→ Ronchi kering : bunyi yang terputus yang tejadi oleh adanya

getaran dalam lumen saluran nafas akibat penyempitan, kelainan

selaput lendir, atau akibat adanya sekret kental atau lengket.

Semakin kecil/sempit diameter saluran nafas , maka nada bunyi

nafas juga semakin tinggi & keras.

→ Ronchi basah (rales) : suara berisik yang terputus akibat aliran

udara melewati cairan.ronchi basah dapat terdengar halus, sedang


atau kasar tergantung pada besranya brochus yang terkena.

Umumnya ronchi terdengar pada saat inspirasi.

→ Gesekan pleura bunyi yang timbul sebagai manifestasi kelainan

pleura akibat gesekan pleura yang menebal/menjadi kasar karena

mengalami peradangan . Bunyi ini biasanya terdengar pada akhir

inspirasi dan awal ekspirasi.

Cara kerja pemeriksaan auskultasi paru-paru :

 Duduklah menghadap pada pasien.

 Suruh pasien bernafas secara normal dan mulailah auskultasi

dengan pertama kali meletakkan stetoskop pada trakea, dengar

bunyi nafas secara teliti.

 Lanjutkan auskultasi dengan arah seperti pada perkusi, dengan

suara nafas yang normal dan perhatikan bila ada suara tambahan.

 Ulangi auskultasi pada dada lateral dan posterior serta bandingkan

sisi kanan dan kiri.

1.3 Pemeriksaan Pernafasan

1.3.1. Persiapan Alat/Tempat

Alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan pernapasan adalah jam

yang mempunyai jarum detik atau penunjuk detik. Alasannya adalah bahwa

bahwa indikator satuan penghitungan frekuensi pernapasan adalah menit yang

dihitung per 30 detik dan hasilnya dikalikan dua apabila pasien dalam kondisi

normal. Namun, apabila pasien mengalami gangguan pernapasan,

penghitungan harus dilakukan satu menit penuh.


1.3.2. Prosedur Pemeriksaan Pernapasan

1. Cuci tangan pada air mengalir atau menggunakan handscrub (tergantung

situasi).

2. Satu-satunya prosedur pemeriksaan yang tidak memerlukan persetujuan

pasien adalah pemeriksaan pernapasan. Hal ini disebabkan bahwa

pernapasan dapat dikendalikan secara sadar sehingga kemungkinan

manipulasi dapat terjadi. Oleh sebab itu, pernapasan sering dilakukan

bersamaan dengan pemeriksaan denyut nadi.

3. Bila pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan suhu,

denyut nadi, dan tekanan darah, usahakan agar pasien tidak terpengaruh

untuk mengendalikan pernapasannya secara sadar.

4. Posisikan pasien dengan nyaman (biasanya duduk tetapi boleh juga

berbaring) dengan posisi tangan menyilang di dada.

5. Hitung pernapasan sambil memegang arteri radialis sehingga pasien

berpersepsi bahwa pemeriksa sedang menghitung frekuensi denyut nadi.

Perhatikan gerak turun naik dari alun pernapasan yang dapat dilihat dari

gerakan naik turunnya tangan pasien yang disilang. Hitung selama 30

detik.

6. Cuci tangan pada air mengalir atau menggunakan handscrub (tergantung

situasi).

7. Catat hasil di rekam medik segera.

Suara napas normal adalah suara vesikular.

Suara wheezing umumnya menunjukkan terdapat penyempitan saluran napas


distal dan dapat menjadi tanda dari penyakit asthma, penyakit paru obstruktif

kronik (PPOK), atau obstruksi saluran napas. Suara ronki menandakan

terdapatnya sekresi pada saluran napas besar dan menandakan beberapa

penyakit seperti bronkitis, pneumonia, edema paru, atau emfisema.

Anda mungkin juga menyukai