Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah


Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari

seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis

penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam

medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis

dan perencanaan perawatan pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari

bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan

organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi,

beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

Pemeriksaan fisik ada 10 macam salah satunya pemeriksaan dada dan

pemeriksaan abdomen.

Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi

pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya,

tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu

dilakukan pertama kali.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik – teknik dalam pemeriksaan dada ?

2. Bagaimana gejala umum yang perlu diperhatikan pada penyakit dada ?

3. Bagaimana teknik – teknik dalam pemeriksaan abdomen?

4. Bagaimana gejala umum yang perlu diperhatikan pada penyakit

abdomen ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui teknik – teknik dalam pemeriksaan dada.

2. Untuk mengetahui gejala umum yang perlu diperhatikan pada penyakit

dada.

3. Untuk mengetahui landasan teori pemeriksaan abdomen.

4. Untuk mengetahui teknik – teknik dalam pemeriksaan abdomen.

5. Untuk mengetahui gejala umum yang perlu diperhatikan pada penyakit

abdomen.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bagi para pembaca agar mengetahui teknik

– teknik dalam pemeriksaan dada dan pemeriksaan abdomen.

2. Sebagai sumber informasi bagi para pembaca agar mengetahui gejala

umum yang perlu diperhatikan pada penyakit dada dan penyakit

abdomen.

3. Sebagaai sumber informasi bagi para pembaca agar mengetahui teori

pemeriksaan abdomen.

2
4. Sebagai bahan untuk memperdalam ilmu pengetahuan bagi penulis.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Pemeriksaan Dada

Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi

dari dada dan organ didalamnya. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi.

B. Teknik – teknik Dalam pemeriksaan Dada

a) Inspeksi (pengamatan)

Pada tahapan ini, pemeriksaan bisa dilakukan dengan melihat bentuk dan

ukuran dada, warna kulit diarea dada, serta cara bernapas dan penggunaan otot –

otot dada.

Pada pemeriksaan ini, dapat dinilai adanya kelainan tulang dada, baik

cekung maupun menonjol, serta kelainan tulang belakang. Dapat dinilai juga

posisi dan penggunaan otot dibantu pernapasan yang khas pada pasien asma dan

pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis.

3
Perhatikan :

1. Frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernafas (takipnea,

hipernea, pernapasan cheyne stokes).

2. Retraksi inspirasi pada area supraklavikular (terjadi pada

penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) asma, obstruksi jalan

napas atas).

3. Kontraksi inspirasi sternomastoideus (menandakan kesulitan

pernapasan yang berat).

4. Frekuensi dan irama pernapasan (14-16 kali/menit pada

individu dewasa).

5. Warna kulit.

6. Lesi.

7. Edema.

8. Pembengkakan penonjolan.

Normal : simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda – tanda

distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak

ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan penonjolan edema.

4
b) Palpasi (perabaan)

Palpasi adalah metode pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter dengan

melakukan perabaan pada permukaan tubuh dengan tangan dan jari. Pada

palpasi dada, dokter akan menilai tekstur, pergerakan, serta getaran dan

aliran udara pada dinding dada.

Pada pemeriksaan ini, dokter akan merasakan perbedaan tekstur diarea

dada. Misalnya bila tulang dada teraba lunak, cekung, atau menonjol,

dokter bisa mencurigai adanya patah tulang iga. Dokter juga bisa

merasakan tekstur seperti busa pada dinding dada, yang dikenal dengan

istilah krepitasi. Ini menandakan adanya udara dibawah kulit.

Perhatikan :

1. Area nyeri tekan (faktur iga)

2. Abnormalitas yang terlihat (massa,saluran sinus)

3. Ekspansi dada

5
4. Fremitus taktil ketika pasien mengatakan “aa” atau “uu”

Cara melakukan : perawat berdiri dibelakang pasien, intruksikan

pasien untuk mengucapkan angka “tujuh – tujuh” atau “enam – enam”

sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung

pasien.

Normal : integritas kuit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda –

tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cenderung sebelah

kanan lebih teraba jelas.

c) Perkusi (ketukan)

Perkusi dada dapat dilakukan oleh dokter dengan mengetuk jari1 pada

sejumlah area di permukaan dada maupun punggung atas. Bunyi dari

ketukan ini bisa menandakan kondisi organ dibawahnya.

Bunyi ketukan akan kencang dan bergaung pada bagian tubuh yang

berisi udara, dan akan lebih lemah dan redup pada bagian tubuh yang padat

atau berisi air. Dengan pemeriksaan ini, dapat terdeteksi gangguan paru –

paru, seperti efusi pleura dan pneumothoraks, serta kelainan jantung, seperti

kardiomegali.

6
Catatan perkusi

Intensitas Contoh
relatif,tinggi nada,dan
durasi
Datar Halus/tinggi/pendek Efusi pleura yang luas
Pekak Sedang/sedang/sedang Pneumonia lobaris
Resonan Keras/rendah/panjang Paru normal,bronkitis
kronis yang sederhana
Hiperesonan Lebih keras/lebih Emfisema,pneumotoraks
rendah/lebih panjang
Timpani Keras/tinggi (warna Pnemotoraks yang luas
nada musikal)

Perhatikan :

- Paru

- Eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi

dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola

berjenjang sisi ke sisi).

- Evaluasi bunyi napas.

- Perhatikan setiap bunyi tambahan (adventisius).

7
Bunyi napas

Durasi Intensitas dan Contoh


nada bunyi lokasi
ekspirasi
Vesikular Insp>eksp Halus/rendah Sebagian
besar area
paru paru
Bronkovesikular Insp = Sedang/sedang Ruang
eksp interkostal
pertama dan
kedua
Bronkial Eksp>insp Keras/tinggi Di atas
manubrium
pnemonia
lobaris
Trakeal Insp = Sangat Di atas
eksp keras/tinggi trakea

Normal : resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian

udara = pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian

padat = hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung = bunyi

rensonan----hilang >> redup.

d) Auskultasi

Auskultasi adalah metode pemeriksaan untuk mendengarkan bunyi dari

dalam tubuh dengan menempelkan stetoskop diarea tertentu. Pemeriksaan

bunyi jantung dilakukan pada dada sebelah kiri, sedangkan pemeriksaan

bunyi paru – paru dilakukan pada seluruh bagian dada.

Bunyi jantung sehat memiliki irama yang teratur, dan tidak ada bunyi

tambahan. Sementara pada paru – paru yang sehat, akan terdengar suara

8
napas yang normal, tanpa ada mengi, stridor, atau suara napas abnormal

lainnya.

Perhatikan :

- Suara napas.

- Trachea.

- Bronchus.

- Paru

Normal : bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal

setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang didapat dengan

membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil

pemeriksaan yang didapat tersebut.

C. Gejala umum perlu diperhatikan pada penyakit dada :

- Nyeri dada.

- Sesak nafas.

- Mangi.

- Batuk.

- Sputum mengandung darah (hemoptisis).

D. Landasan Teori Pemeriksaan Abdomen

1. Anatomi dan fisiologi

a. Sistem pencernaan makanan

Sistem pencernaan makanan adalah suatu saluran yang

menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk

9
diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan dengan

bantuan enzim dan zat cair. Susunan saluran pencernaan terdiri

dari : mulut, faring, oesafagus, lambung, usus halus, usus

besar.

b. Usus halus dan usus besar

Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan

makanan yang berpangkal pada pilorus lambung dan

berakhir pada sekum. Usus halus memiliki panjang sekitar

6 meter dan dibagi menjadi 3 bagian duodenum (usus 12

jari), jejenum, ileum. Sambungan antara jejenum dan ileum

tidak mempunyai batas yang tegas ujung bawah ileum

berhubungan dengan sekum yang disebut Orifisium

Ileosekalis, orifisium ini diperkuat oleh spinter yang

berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon asendens

tidak masuk kembali kedalam ileum.

Usus besar atau intestinum mayor memiliki panjang

kira – kira 1,5 meter, lebarnya 5-6 cm berfungsi dalam

penyerapan air dan mineral dan juga sebagai tempat tinggal

bakteri dan tempat sementara faces sebelum dikeluarkan.

Ada beberapa bagian dari usus besar yaitu :

1. Seikum

2. Colon Asendens

3. Colon Transversum

10
4. Colon Desendens

5. Colon Sigmoid

6. Rectum

7. Anus.

2. Patologi saluran pencernaan yang berhubungan abdomen

Pada umumnya untuk patofisiologi abdomen diindikasikan

dalam 2 macam yaitu Akut Abdomen dan Non Akut Abdomen.

3. Topografi Abdomen

Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang

umum dipakai untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu :

i. Pembagian atas empat kuadran, sehingga terdapat daerah

kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri

bawah:

a. Kuadran kanan atas/Right Upper Quadrant (RUQ).

b. Kuadran kanan bawah/Right Lower Quadrant (RLQ).

c. Kuadran kiri atas/Left Upper Quadrant (LUQ).

d. Kuadran kiri bawah/Left Lower Quadrant (LLQ).

Garis tengah/Midline yang terdiri dari :

11
1) Epigastrik

2) Periumblikal

3) Suprapublik

ii. Pembagian atas sembilan daerah

a. Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi

bawah tulang rawan iga kesepuluh dan yang

kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior

superior (SIAS).

b. Garis vertikal dibuat masing – masing melalui

titik pertengahan antara SIAS dan mid-line

abdomen.

4. Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan hanya stetoskop.

5. Prosedure Tindakan

Syarat – syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah :

a. Penerangan ruang memadai.

b. Penderita dalam keadaan relaks.

c. Daerah abdomen mlai dari atas processus xiphoideus

sampai symphisis publis harus terbuka.

12
Untuk memudahkan relaksasi :

1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.

2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal dibawah

kepalanya, dan dibawah lututnya.

3. Kedua lengan diletakkan disamping badan, atau

diletakkan menyilang pada dada. Tangan yang

diletakkan di atas kepala akan membuat dinding

abdomen teregang dan mengeras, sehingga menyulitkan

palpasi.

4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop

yang hangat, dan kuku yang dipotong pendek.

Menggosok kedua tangan akan membantu

menghangatkan kedua tangan anda.

5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang

terasa sakit dan memeriksa daerah tersebut terakhir.

6. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan

gerakan yang cepat dan tiba – tiba.

7. Apabila perlu ajaklah penderita berbicara.

8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian,

mulailah pemeriksaan dengan menggenggam kedua

tangannya dibawah tangan anda, kemudian secara pelan

– pelan bergeser untuk melakukan palpasi.

13
9. Monitorlah pemeriksaan anda dengan memperhatikan

muka/ekspresi penderita. Biasakanlah untuk mengetahui

keadaan ditiap bagian yang anda periksa. Pemeriksaan

dilakukan dari sebelah kanan penderita, dengan urutan :

inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi.

E. Teknik – teknik Dalam pemeriksaan Abdomen

1. Inspeksi

Inspeksi pemerksaan abdomen adalah melihat perut bagian depan,

maupun bagian belakang (pinggang). Inspeksi dilakukan dengan

penerangan yang cukup.

Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati

dengan seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah :

a. Keadaan kulit :

1) Warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman).

2) Elastisitasnya (menurun pada orang tua dan

dehidrasi).

3) Kelembapan : kering (dehidrasi), lembab (asites).

4) Adanya bekas – bekas garukan (penyakit ginjal

kronik, ikterus obstruktif), jaringan perut (tentukan

lokasinya), adanya garis garis putih sering disebut

striae alba. Yang dapat terjadi setelah kehamilan atau

pada pasien yang mulanya gemuk atau bekas asites,

14
dan terdapat juga pada sindrom cushing. (gravidarum/

cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena

(obstruksi vena kava inferior & kolateral pada

hipertensi portal).

b. Besar dan bentuk abdomen

1) Simetris

Dalam situasi normal dinding perut terlihat simetris

dalam posisi terlentang. Adanya tumor atau abses

atau pelebaran setempat lumen usus membuat

bentuk perut tidak simetris. Pergerakan dinding

perut akibat peristalkit dalam keadaan normal atau

fisiologis tidak terlihat. Bila terlihat maka dapat

dipastikan adanya hiperperistaltik dan dilatasi

sebagai akibat adanya obstruksi maupun

hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akibat obstruksi

lumen usus baik oleh tumor, perlengketan,

strangulasi maupun hiperperistaltik sementara

akibat skibala.

2) Bentuk dan ukuran

15
Dalam keadaan normal bervariasi tergantung dari

habitus, jaringan lemak subkutan atau intraabdomen

dan akibat kondisi otot dinding perut. Pada atlet

dengan berat badan ideal akan terlihat rata,

kencang, simetris, terlihat kontur otot rektus

abdominalis dengan sangat jelas. Pada keadaan

starvasi bentuk dinding perut cekung dan tipis,

disebut bentuk skopoid. Dalam situasi ini bisa

terlihat gerakan peristaltik usus. Abdomen yang

membuncit dalam keadaan normal dapat terjadi

pada pasien yang gemuk, sedangkan situasi

patologis yang menyebabkan perut membuncit

adalah ileus paralitik, meteorismus, asistes, kistoma

ovarii, dan graviditas. Tonjolan yang bersifat

setempat dapat diartikan sebagai kelainan organ

yang dibawahnya, misalnya tonjolan yang simetris

pada regio suprapubis dapat terjadi karena retensi

urin pada hipertrofi prostat pada laki-laki tua atau

kehamilan muda pada wanita. Sedangkan

pembesaran uterus juga mengakibatkan penonjolan

pada daerah tersebut.

3) Simetrisitas

16
Perhatikan adanya benjolan local (hernia,

hepatomegali, splenomegali, kista ovari,

hidronefrosis).

4) Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.

5) Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya

dapat diperkirakan organ apa atau tomor apa.

6) Peristaltik, gerakan peristaltik usus meningkat pada

obstruksi ileus, tampak pada dinding abdomen dan

bentuk usus juga tampak (darm-contour).

7) Pulpasi, pembesaran vertikal kanan dan aneurisma

aorta sering memberikan gambaran pulpasi

didaerah epigastrium dan umbilical.

8) Pelebaran vena.

9) Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal.

Pelebaran disekitar umbilikus disebut kaput

medusae yang terdapat pada sindrom Banti.

Pelebaran vena akibat obstruksi vena kava inferior

terlihat sebagai pelebaran vena dari daerah inguinal

ke umbilikus, sedangkan akibat obstruksi vena kava

superior aliran vena ke distal. Pada keadaan normal,

aliran vena dinding perut diatas umbilikus ke

kranial sedang dibawah umbilikus alirannya ke

distal. Pada umumnya mudah sekali menentukan

17
arah aliran vena dinding perut diatas umbilikus ke

kranial.

2. Palpasi abdomen (perabaan)

a. Langkah-langkah yang mempermudah palpasi abdomen:

1) Pasien sudah harus mengosongkan kandung kemihnya.

2) Buat pasien merasa rileks dalam posisi terlentang, letakkan

bantal pada bawah kepala pasien.

3) Minta pasien untuk meletakkan tangannya disisi tubuh atau

menyilangkannya didepan dada.

4) Sebelum memulai palpasi minta pasien menunjuk daerah

yang dirasa nyeri, pemeriksaan akan memeriksa daerah

tersebut paling akhir.

5) Hangatkan tangan dan stetoskop sebelum digunakan untuk

pemeriksaan.

6) Lakukan pendekatan secara perlahan dan hindari gerakan

yang terlalu cepat dan tidak terduga. Amati wajah pasien

dengan seksama untuk menemukan setiap tanda yang

menunjukkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan.

7) Pasien juga diminta mefleksi kedua tungkai pada sendi

paha dan sendi lutut. Raba dengan telapak tangan dan tekan

dengan memfleksikan telapak tangan pada sendi

metakarpofalangea. Lengan pemeriksa harus sehorizontal

mungkin.

18
Dalam keadaan normal, semua organ dalam rongga perut tak

dapat diraba, kecuali pada orang kurus yang berdinding perut

lembek, dapat diraba : sedikit ujung hepar dibawah proc.

Xiphoideus, kutub bawah ginjal kanan, aorta abdominalais,

vertebra lumbalis IV dan V, uterus dalam keadaan gravid >3

bulan, vesica urinaria yang penuh.

b. Yang diperiksa pada palpasi abdomen ialah :

1) Palpasi superficial secara menyeluruh: pemeriksa meraba

abdomen secara lembut, terutama membantu kita untuk

mengidentifikasikan, resistensi otot, dan beberapa organ

serta massa yang letaknya superfisial.

2) Regiditas dinding perut/defense muscular

Dinding perut yang normal teraba supel. Rigiditas

dinding perut dirasakan seperti meraba papan. Defense

muscular dipastikan dengan cara meletakan kedua telapak

tangan pada M. Rectus abdominalais kiri dan kanan,

kemudian tangan yang satu menekan. Bila tangan yang

satunya lagi merasakan dinding perut menjadi seperti

papan, defense muscular positif.

Rigiditas dinding perut terdapat pada tetanus.

Defense muscular didapatkan pada peritonitis (disertai

dengan hyperesthesia kulit dinding perut).

19
a. Nyeri tekan/raba atau nyeri lepas : peradangan

peritoneum menyebabkan nyeri tekan dan nyeri

lepas. Peradangan intraabdominal menyebabkan

nyeri tekan. Pada kolik abdomen, penekanan pada

dinding perut justru meringankan rasa sakit.

3) Palpasi hepar

a. Posisi pasien tidur terlentang.

b. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.

c. Letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah torak/ dada

kanan posterior pasien pada iga kesebelas dan

keduabelas dan tekanlah kearah atas.

d. Letakkan telapak tangan kanan diatas abdomen, jari-jari

mengarah ke kepala/superior pasien dan ekstensikan

sehingga ujung-ujung jari terletak digaris klavikular

dibawah batas bawah hati. Palpasi dilakukan dengan

cara meraba sejajar dengan garis midclavikularis kanan

dari SIAS ke arcus costa kanan untuk hepar lobus kanan

manakala untuk lobus kiri dimulai palpasi sejajar garis

imaginer dari prosesus xiphoideus ke umbilicus dan

dipalpasi menuju arcus costa.

e. Kemudian tekanlah dengan lembut kedalam dan keatas.

f. Minta pasien menarik napas dan cobalah meraba tepi

hati saat abdomen mengempis.

20
Palpasi dilakukan untuk menentukan apakah teraba

atau tidak hepar. Jika didapatkan ada pembesaran maka

ditentukan konsistensi, tepi, permukaan dan rasa nyeri

pada masing-masing hepar kanan dan kiri.

4) Palpasi vesica fellea

a. Posisi pasien tidur terlentang.

b. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.


c. Letakkan telapak tangan kanan diatas abdomen, jari-jari
mengarah kekepala/superior pasien dan ekstensikan
sehingga ujung-ujung jari terletak digaris klavikular
dibawah batas bawah hati.
d. Kemudian tekan lembut kedalam.
e. Mintalah pasien menarik napas dan coba meraba tepi
hati saat abdomen mengempis.
f. Palpasi dibawah tepi hati pada sisi lateral dari otot
rektus.
g. Bila diduga ada penyakit kandung empedu, minta
pasien untuk menarik napas dalam selama palpasi
dilakukan dari umbilicus pada bagian rectus abdominis
kanan ke sudut arcus costae. Ditentukan apakah
terdapat pembesaran dan apakah Murphy sign positif
atau negatif.
5) Palpasi lien
Setelah titik Schuffner ditentukan, palpasi lien untuk
menentukan apakah terdapat pembesaran dari lien dengan
menentukan setinggi titik Schuffner keberapa dan
kemudian ditentukan konsistensi, tepi tajam atau tumpul,
permukaan rata atau berbenjol-benjol, dan nyeri atau tidak.

21
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan
suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap
ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi
dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda.
6) Palpasi lien metode hacket
a. H.0 : Limpa tidak teraba pada inspirasi max.
b. H.1 : Limpa teraba pada inspirasi max.
c. H.2 : Limpa teraba namun proyeksinya tidak melebihi
garis horizontal yang ditarik melalui pertengahan arcus
costae dan umbilicus pada garis mamillaris kiri.
d. H.3 : Limpa teraba dibawah garis horizontal melalui
umbilicus.
e. H.4 : Limpa teraba dibawah garis horizontal
pertengahan antara umbilicus dan symphisis pubis.
f. H.5 : Limpa teraba dibawah garis H.4.

7) Palpasi Ginjal
Palpasi dilakukan dengan cara ballottement dan diperiksa
apakah terdapat kelainan pada ginjal dan teraba
pembesaran.
8) Pemeriksaan ascites dengan teknik undulasi
Teknik ini dilakukan untuk membuktikan adanya
gelombang cairan atau getaran cairan (fluid wave/ fluid

22
thrill). Tangan pemeriksa diletakkan pada salah satu sisi
dinding perut, tangan satunya lagi mengetuk-ngetuk sisi
dinding perut lainnya kearah medial. Sementara untuk
mencegah getaran dinding perut pasien yang dapat
menggangu pemeriksaan, dilakukan penekanan pada garis
tengah dengan sisi telapak tangan pasien sendiri atau
asisten pemeriksa. Bila rongga abdomen berisi cairan
(ascites) maka ketukan pada salah satu sisi tadi akan
menyebabkan timbulnya gelombang cairan yang seolah
“memukul” tangan pemeriksa yang diletakkan pada sisi
perut lainnya. Acsites yang dapat diperiksa dengan cara ini
harus cukup banyak/besar. jika cairan ascites hanya sedikit
dapat diperiksa dengan cara lain (perkusi).
3. Perkusi abdomen
Lakukan perkusi diempat kuadran dan perhatikan suara yang timbul
pada saat melakukannya dan bedakan batas-batas dari organ dibawah
kulit. Organ berongga seperti lambung, usus, kandung kemih berbunyi
timpani, sedangkan bunyi pekak terdapat pada hati, limfa, pankreas,
ginjal.
Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk memperikirakan
distribusi suara timpani dan redup. Biasanya suara timpanilah yang
dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan
dan faeces menghasilkan suara redup. Pada sisi abdomen perhatikanlah
daerah dimana suara timpani berubah menjadi redup. Periksalah daerah
suprapublik ubtuj mengetahui adanya kandungan kencing yang
teregang atau uterus yang membesar.
Perkusilah dada bagian bawah, antara paru dan arkus costta,
anda akan mendengar suara redup hepar disebelah kanan, dan suara
timpani disebelah kiri karena gelembung udara pada lambung dan
fleksura splenikus kolon. Suara redup pada kedua sisi abdomen
mungkin menunjukkan adanya asites.

23
a. Perkusi batas hati
- Posisi pasien tidur terlentang dan pemeriksa berdirilah
disisi kanan pasien.
- Lakukan perkusi pada garis midklavikular kanan
setinggi umbilikus, geser perlahan keatas, sampai terjadi
perubahan suara dari timpani menjadi pekak, tandai
batas bawah hati tersebut.
- Ukur jarak antara subcostae kanan kebatas bawah hati.
- Batas hati bagian bawah berada ditepi batas bawah
tulang iga kanan. Batas hati bagian atas terletak antara
celah tulang iga ke 5 sampai ke 7. Jarak batas atas
dengan bawah hati berkisar 6-12 cm dan pergerakan
waktu bernapas yaitu berkisar 2-3 cm.
b. Perkusi lambung
- Posisi pasien tidur terlentang.
- Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
- Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior
dan bagian epigastrium kiri.
- Gelembung udara lambung bila diperkusi akan berbunyi
timpani periksa :
a) Adanya gas dalam usus.
b) Ascites jika cairan ascites sedikit.
c) Besarnya viscera (hati,lien,vesica urinaria,
uterus) dan tumor intra abdominal.
4. Auskultasi Abdomen
Cara pemeriksaan :
1) Mintalah pasien berbaring terlentang dengan tangan
dikedua sisi. Letakan bantal kecil dibawah luru dan
dibelakang kepala.
2) Letakkan kepala stetoskop sisi diagfragma yang telah
dihangatkan didaerah kuadran kiri bawah. Berikan

24
tekanan ringan, minta pasien agar tidak berbicara. Bila
mungkin diperlukan 5 menit terus menerus untuk
mendengar sebelum pemeriksaan menentukan tidak
adanya bising usus.
3) Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif,
hipoaktif, tidak ada bising usus dan perhatikan
frekwensi/karakternya.
4) Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan
pemeriksaan dengan sistematis dan dengarkan tiap
kuadran abdomen.
5) Kemudian gunakan sisi bel stetoskop, untuk
mendengarkan bunyi desiran dibagian epigastrik dan
pada tiap kuadran diatas arteri aortik, ginjal, iliaka,
femoral dan aorta torakal. Pada orang kurus mungkin
dapat terlihat gerakan peristaltik usus atau denyutan
aorta.
6) Catat frekuensi bising usus, hiperaktif, hipoaktif, atau
tidak ada bising usus pada kartu status. Jenis bunyi
abnormal :
1. Bunyi usus
2. Bruits.
Ada 2 jenis bruits yaitu bruits hepatic dan
bruits arterial friction rubs.
3. Venous Hum.
F. Gejala Umum Yang Perlu Diperhatikan Pada Penyakit Abdomen :
1. Mual
2. Perut terasa sakit jika disentuh.
3. Sakit buang air kecil.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari karya ilmiah kami yang berjudul pemeriksaan dada dan

pemeriksaan abdomen yaitu:

1. Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau 

hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang s

istematif dankomprehensif, memastikan-membuktikan hasil anamnesa, me

nentukan masalah danmerencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi 

klien.

2. Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik 

untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang 

tepat untuk proseskeperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asu

han keperawatan.

26
B. Saran

Saran kami adalah marilah kita menjaga kesehatan dari mulai ujung kepala

sampai ujung kaki agar kita tidak dapat terkena serangan penyakit. Seperti

penyakit dada dan penyakit abdomen.

Daftar Pustaka

https://stikesmukla.ac.id/downloads/PEMERIKSAAN%20FISIK%20PARU
%20KEL%203%20D3%20KEP%202A.pdf
https://www.alodokter.com/tahap-tahap-pemeriksaan-thorax-untuk-organ-dada
https://www.academia.edu/29189162/BAB_II_makalah_pemeriksaan_fisik_abdo
men

27

Anda mungkin juga menyukai