Anda di halaman 1dari 17

SOAL PRETEST

Tipe B
1. apa saja yg dinilai pada denyut nadi
1. Frekuensi nadi
2. Kekuatan nadi
3. Kecepatan nadi
4. Ritme

2. bagaimana cara mengukur suhu tubuh dengan benar

3. apa yg dinilai pada auskultasi thoraks

Menentukan suara napas pokok: vesikuler, bronkovesikular, bronkial, trakeal

Menentukan ada tidaknya suara napas tambahan: ronki basah, ronki kering, bunyi
gesekan pleura, hippocrates succusion, pneumothorax click, amforik, wheezing.

Melakukan pemeriksaan auditori fremitus yaitu menentukan bunyi hantaran suara bila
didapatkan suara napas bronkovesikuler atau bronkial. Meletakkan stetoskop pada
dinding toraks secara simetris dan pasien diminta mengucapkan angka 77 atau 99.

Melakukan pemeriksaan egofoni dengan cara meminta pasien mengucapkan “ii”.

4. bagaimana cara rumple leed test


Prosedur pemeriksaan Rumple leed tes yaitu:
1) memasang manset sfigmomanometer yang dilingkarkan pada lengan atas pasien kira2 3cm
diatas siku, lalu ukur tekanan darah pasien
2) Hitung tekanan darah pasien (sistol + diastol) /2
3) Gambar lingkaran di bagian volar lengan bawah dengan ukuran 2,5 cm dengan jarak 2 cm
dari lipatan tangan
3) Pompa sfigmomanometer yang dilingkarkan pada lengan atas pasien kira2 3cm diatas siku
hingga sejumlah tekanan yang telah dihitung
4) Biarkan tekanan yang diberikan selama 5 menit
5) Lepas ikatan dan tunggu sampai +/- 2 menit atau hingga tanda-tanda statis darah hilang
kembali. Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi
kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit pada lengan yang
satu lagi (yang tidak diikat).
6) Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 2,5 cm dari
fossa cubiti.
Catatan:· Jika didapati > 10 petechiae dalam lingkaran 2,5 cm dari fossa cubiti test Rumple
Leede dikatakan positif.

Pasien yg tekanan darahnya tidak diketahui, tensimeter dapat dipakai pada tekanan 80 mmHg.
Pasien tidak boleh diulang pada lengan yang sama dalam waktu 1 minggu·
Derajat laporan :
(-) = tidak didapatkan petechiae
(+1) = timbul beberapa petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+2) = timbul banyak petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+3) = timbul banyak petechiae diseluruh permukaan pangkal lengan & telapak tangan muka
&belakang
(+4) = banyak sekali petechiae diseluruh permukaan lengan, telapak tangan & jari, muka &
belakang· Ukuran normal: negative atau jumlah petechiae tidak lebih dari 10.

TUJUAN :
Untuk menguji keadaan/kerapuhan dinding pembuluh darah dan trombosit (jumlah dan fungsi)

5. apa beda desah sistolik dan desah diastolik

Murmur sistolik → terdengar saat bersamaan dengan degupan pulsasi nadi di arteri radialis
Terdiri dari mitral regurgitasi/ trikuspid regurgitasi/ atrial stenosis/ pulmonal stenosis
Murmur diastolik → Mitral stenosis/ trikuspid stenosis/ aorta regurgitasi/ pulmonal regurgitasi

Tipe C
1. Tipe demam
Continued fever (febris continua) : suhu tubuh terus-menerus di atas normal.
Gejala ini ditemukan pada lobar pnemonia, typhus dan lain-lain.

Remittent fever ( febris remittens ) : suhu tubuh tiap hari turun naik tanpa kembali ke
normal. Gejala ini ditemukan pada penyakit purulent, kadang-
kadang pada TBC paru-paru.

Intermittent fever ( febris intermittens ) : suhu tubuh tiap hari kembali ke


(bawah ) normal, kemudian naik lagi. Gejala ini ditemukan pada penyakit
malaria

Hectic fever ( febris hectica )/ demam septik, memiliki fluktuasi temperatur yang jauh
lebih besar daripada remittent fever, mencapai 2 C - 4 C.

2. Apa yg di lihat pada Inspeksi thoraks

Toraks anterior: Inspeksi bentuk toraks, ada tidaknya penyempitan dan pelebaran sela
iga, Inspeksi kelainan lain (ada tidaknya bendungan vena, benjolan, ginekomastia, atay
spider nevi), Menilai kesimetrisan hemitoraks kiri dan kanan, Menilai frekuensi napas
dalam 1 menit, Menilai kedalaman pernapasan.

Toraks posterior: Menyebutkan ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan bentuk tulang
belakang atau benjolan pada tulang belakang.

3. Apa yg di lihat pada Inspeksi abdomen


4. Cara pem. Pada ascites
Pada palpasi ditemukan undulasi:

- Tangan pemeriksa berada di sebelah kiri dan kanan perut pasien


- Melakukan hentakan pada dinding perut dengan jari
- Merasakan getaran pada tangan lain yang menempel pada dinding perut yang
kontralateral
- Uji undulasi positif bila merasakan getaran

Pada perkusi ditemukan shifting dullness:

● Melakukan perkusi dari umbilikus (bagian puncak abdomen) ke lateral kiri atau
kanan.
● Menentukan batas perubahan bunyi perkusi dari timpani ke redup.
● Memberikan tanda batas perubahan suara tersebut dengan meletakkan jari
sebagai plesimeter tetap pada batas tersebut lalu penderita diminta miring ke
arah kontralateral gerakan perkusi.
● Menunggu beberapa saat (30-60 detik).
● Melakukan perkusi kembali di tempat yang telah ditandai dan tentukan apakah
ada perubahan suara dari redup ke timpani.

5. Pem. Bising usus sama interpretasi

Meletakkan stetoskop di sekitar umbilikus pada satu tempat di dinding abdomen untuk
menghitung frekuensi bising usus (2 menit) dan mendengarkan bunyi usus atau bunyi
lain (bruit arterial, venous hump.)

a. Normoperistaltik.

b. Hipoperistaltik → jika dalam 3 menit tidak ada terdengar maka namanya ileus paralitik

c. Hiperperistaltik.

d. Borborygmi.

e. Metallic sound → ileus obstruksi


Tipe D
1. Sebutkan pembagian suhu tubuh manusia
2. Apa aja yg dinilai pada palpasi pemeriksaan toraks

- Melakukan perabaan di seluruh toraks untuk menilai sela iga, ada tidaknya
emfisema subkutis, benjolan/tumor atau nyeri tekan.
- Stem fremitus dengan meminta pasien menyebut 77 atau 99 untuk merasakan
getaran suara nafas yang ditimbulkan dari atas ke bawah

3. Pembagian regio abdomen dan organ yg terlibat didalamnya


4. Apa yg dinilai pada pemeriksaan edema paru ( itulah yg mencakup inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi pada pemeriksaan edema paru)
TTV
- Takipnea
- Takikardi
- TD normal/meningkat
- Sens: tergantung
PEMERIKSAAN TORAKS
- Inspeksi
- Thoraks
- Statis: hipertrofi otot bantu pernapasan ?
- Dinamis: ekspansi simetris, retraksi dada, penggunaan otot bantu
pernapasan
- Umum: pasien tampak gelisah, orthopnea (posisi duduk/penggunaan bantal
untuk menyangga), bisa sianosis, bisa pernapasan cuping hidung
- Palpasi
- Ekspansi dada simetris
- Stem fremitus meningkat
- Perkusi
- sonor?
- Auskultasi
- SP: vesikular atau bronkial
- ST: ronki basah basal (dipengaruhi posisi)

5. Pembagian hipertensi itu apapa aja


Menurut AHA 2020
Normal BP : sistol <130 dan diastol <85
High-normal BP: sistol 130-139 dan/atau diastol 85-89
HT grade 1: sistol 140-159 dan/atau diastol 90-99
HT grade 2 : sistol ≥ 160 dan/atau ≥100

Tipe E
1. Jelaskan tipe suara pernapasan
- Vesikular : suara nafas inspirasi lebih lama daripada ekspirasi (perbandingan 2:1)
- Bronkovesikular (1:1)
- Bronkial: ekspirasi > inspirasi (1:2). Suara cenderung lebih keras saat inspirasi
- Trakeal
2. Jelaskan cara pemeriksaan TVJ
1. Tidurkan pasien pada posisi antara 30-45 derajat.
2. Pasien posisi menengok ke kiri.
3. Identifikasi vena jugularis.
4. Cari titik undulasi pada vena jugulars (titik teratas pada pulsasi vena jugulars). Caranya:
5. bendung vena dengan cara mengurut vena ke bawah lalu dilepas.
6. Cari angel of Louis pada sternum, letaknya dekat dengan angulus Ludovici.
7. Dengan mistar (pertama), tarik garis imajiner memproyeksikan titik undulasi secara
horizontal ke dada sampai titik manubrium sterni.
8. Kemudian mistar (kedua) letakkan vertikal dari angel of Louis pada sternum.
9. Ukur tinggi titik pertemuan antara mistar horizontal dan vertikal.
10. Hasil pembacaan ditambahkan dengan angka 5 cm (karena diasumsikan jarak antara
angel of Louis dengan atrium kanan adalah sekitar 5 cm)
11. Nilai normal dari pengukuran VP adalah kurang dari 8 cmH20.
3. Jelaskan cara pemeriksaan pembesaran hati
- Pasien menekuk kedua tungkai
- Melakukan penekanan pada dinding perut dengan menggunakan sisi palmar
radial jari tangan kanan.
- Meminta pasien menarik nafas dalam
- Melakukan palpasi lobus kanan dimulai dengan meletakkan tangan kanan pada
regio illiaka kanan dengan sisi palmar radial jari sejajar dengan arcus costae
kanan.
- Lakukan palpasi dengan menekan dinding abdomen ke bawah dengan arah
dorsal pada saat pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari
bergerak ke kranial dalam arah parabolik.
- Palpasi dilakukan ke arah arcus costae kanan.
- Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerah garis tengah abdomen ke
arah epigastrium dimulai dari umbilikus dengan cara seperti diatas
- Bila meraba tepi hati, deskripsikan ukuran, permukaan, tepi, konsistensi, nyeri
tekan, dan apakah terdapat pulsasi

4. Jelaskan pernapasan kussmaul


Pernapasan kussmaul merupakan pernapasan cepat dan dalam. Pernapasan kusmaul biasa
ditemukan pada pasien krisis hiperglikemia yaitu KAD.

5. Jelaskan tanda-tanda hipoglikemia


Whipple triad
1. Gejala Hipoglikemia (lemas, penurunan kesadaran, palpitasi)
2. Kadar glukosa darah rendah (<70mg/dL)
3. Gejala membaik dengan pemberian glukosa

Tipe F
1. Rumus IMT & interpretasi

Interpretasi (WHO & Asia)


2. Pemeriksaan kelenjar tiroid
Inspeksi :
Melakukan inspeksi dari depan pada daerah kelenjar tiroid dengan cara menginstruksikan
pasien melakukan gerakan menelan dan mengidentifikasi adanya simetrisitas kanan dan kiri,
kelainan kelenjar tiroid berupa pembesaran, pulsasi, dan tanda peradangan.

Palpasi :
● Pemeriksa berdiri dari belakang kemudian palpasi dengan menggunakan ujung jari dari
kedua tangan dengan cara menginstruksikan pasien melakukan gerakan menelan dan
merasakan kelenjar tiroid pada saat kelenjar tersebut bergerak.
● Mengidentifikasi adanya: thrill, ukuran, konsistensi, jumlah nodul, simetrisitas kanan dan
kiri, kontur permukaan, pulsasi, dan nyeri.
● Apabila teraba pembesaran, pemeriksa berpindah ke depan pasien untuk mengukur
ukuran nodul, dengan menggunakan kaliper atau pita pengukur.

Auskultasi :
Memeriksa adanya bruit pada kelenjar tiroid dengan menggunakan stetoskop

3. Pemeriksaan untuk mengetahui pembesaran limpa


→ Schuffner : I - VIII (melintang) dan hackett : I-V (vertikal)
4. Suara napas tambahan
❖ Ronki basah (crackles / rales)
➢ suara napas terputus”, bersifat nonmusical, terjadi saat inspirasi akibat udara
yang melewati cairan dalam saluran napas.
❖ Ronki kering
➢ Suara napas kontinu, bersifat musical dengan frekuensi relatif rendah, terjadi
akibat udara yang melewati saluran napas yang menyempit.
❖ Pleural friction rub
➢ Akhir inspirasi & awal ekspirasi. Karena gesekan pleura pariteal dan visceral.
Pleura bergesekan karena terjadinya peradangan sehingga pleura menebal dan
akhirnya saling bergesekan.
❖ Hippocrates succussion
➢ Biasanya pada pasien hidropneumothorax.
Suara cairan pada rongga dada yang terdengar bila pasien digoyang”kan.
❖ Pneumothorax click
➢ Bunyi yang bersifat ritmik dan sinkron dengan saat kontraksi jantung, terjadi bila
didapatkan adanya udara diantara kedua lapisan pleura yang menyelimuti
jantung.

5. Tanda dehidrasi
Tipe G
1. Bunyi suara jantung
Bunyi Jantung Normal :
❖ S1
➢ Dihasilkan dari penutupan katup mitral & trikuspid. Penanda dimulainya fase
sistolik. Frekuensi lebih rendah dari S2.
❖ S2
➢ Penanda diastolik.Pada orang muda normal, S2 terdapat splitting. Yakni dihasilkan
dari penutupan katup Aorta (A2) dan penutupan katup Pulmonal (P2). Kedua suara
ini jelas terdengar pada Inspirasi. Cek di bagian Basal Jantung (Atas).
Bunyi Jantung Tambahan :
❖ Split
➢ Splitting S1
■ Batas kiri bawah sternum.
■ Karena penutupan katup Trikuspid Tertunda karena RBBB.
➢ Splitting S2

➡️
■ Fisiologis
A2 dan P2 terpisah saat inspirasi ± 20 - 30 milidetik.

➡️
■ Wide Physiologic Splitting
terjadi saat Inspirasi & Ekspirasi meskipun Interval/Jarak antara A2
dan P2 bertambah lebar saat inspirasi.

➡️
■ Wide Fixed Splitting
terjadi saat Inspirasi & Ekspirasi namun dengan Interval/Jarak antara
A2 dan P2 yang TETAP.

➡️
■ Paradoxical Splitting atau Reversed Splitting
terjadi saat Ekspirasi dan menghilang saat Inspirasi.
❖ S3
➢ Bunyi diastolik awal yang terdengar segera setelah S2.
*Karena pengisian ventrikel yang cepat dan deselerasi darah yang tiba-tiba
ketika ventrikel mencapai batas elastisnya.
❖ S4
➢ Bunyi diastolik akhir (presistolik) terdengar segera sebelum S1.
S1 dengan cepat mengikuti S4.
*Karena kontraksi diastolik lambat dari atrium (atrial kick) terhadap tekanan
ventrikel yang tinggi.
❖ Opening Snap
➢ Bunyi patologis keras, snapping, pendek, bernada tinggi.
Fase awal diastolik.
* Karena tertutupnya katup mitral yang kaku dengan mendadak.
❖ Aorta Click
➢ Karena katup aorta yang membuka secara cepat pada stenosis (stiff) aortic
valve.
❖ Pericardial Rub
➢ Pada kasus Perikarditis konstriktiva.
➢ Hasil dari Gesekan Perikard Viseral & Parietal yg tidak dipengaruhi oleh
Pernapasan.
➢ Bunyi kasar dan dapat di dengar di area trikuspid dan apikal.
➢ Dapat terdengar pada fase sistolik atau diatolik atau keduanya.
❖ Bising Jantung (Murmur)
➢ Sistolik
■ Mid Systolic
■ Late Systolic
■ Holo Systolic (Pansystolic)
➢ Diastolik
■ Early Diastolic
■ Mid Diastolic
■ Late Diastolic
➢ Berkelanjutan (Continuous)

2. Cara nentuin pembesaran ginjal


Dengan pemeriksaan balottement

- Meletakan tangan kiri di posterior pasien, di kaudal dari iga ke 12 dengan ujung
jari pada sudut kostovertebra.
- Meletakan tangan kanan pada abdomen kanan atas, di lateral dari m rectus
abdominis.
- Angkat tangan kiri, mencoba mendorong ginjal ke anterior.
- Meminta pasien menarik napas dalam
- Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam dengan tangan kanan pada
abdomen kanan atas, tepat dibawah iga untuk merasakan mobilitas ginjal
diantara kedua tangan.
- Melakukan palpasi ginjal bimanual pada sisi kontralateral.

3. Cara nentuin ikterus sama anemis di mata


Ikterus

1. Meminta pasien melihat ke bawah dan pemeriksa menarik kedua kelopak mata
atas dengan kedua ibu jari.
2. Perhatikan warna pada sklera dan konjungtiva palpebra atas. Normalnya sklera
berwarna putih, jika dijumpai berwarna kuning maka dapat disimpulkan adanya
sklera ikterik pada pasien. Konjungtiva palpebra normalnya berwarna merah
muda, apabila dijumpai berwarna pucat maka dapat disimpulkan adanya
konjungtiva anemis

Anemis

1. Meminta pasien melihat ke atas dan pemeriksa menarik kedua kelopak mata
bawah dengan kedua ibu jari.
2. Perhatikan warna konjungtiva. Normalnya konjungtiva palpebra berwarna merah
muda. Jika dijumpai berwarna pucat maka dapat disimpulkan adanya konjungtiva
anemis pada pasien

4. Beda hemoptisis sama hematemesis

5. Rumus lfg → LFG PRIA = (140 - UMUR) x BB / 72 X SERUM KREATININ


LFG WANITA = LFG PRIA X 0,85
(Rumus CKD-EPI)

Anda mungkin juga menyukai