Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN

FISIK
Pemeriksaan Telinga
1. Inspeksi: daun telinga (simetris, warna, ukuran, adanya inflamasi, lesi, bengkak), liang
telinga (serumen, sekret).
2. Palpasi daun telinga (tekstur, adanya lesi).
3. Pemeriksaan kekuatan pendengaran: minta klien untuk menutup mata. Jarak antara
klien dengan perawat 15-60 cm, perawat melafalkan suku kata dengan suara keras,
lembut dan berbisik. Minta klien untuk mengulangi ucapan perawat. Jika diduga
mengalami penurunan kekuatan pendengaran, lakukan tes weber dan tes rinne.
4. Tes weber: pegang garpu tala dan hentakan di tulang telapak tangan lalu letakan
garpu tala ditengah atas kepala klien atau di dahi. Minta klien mendengarkan dan
merasakan getaran suara dan catat di area telinga mana terdengar (bisa 1 sisi / 2 sisi
telinga).
5. Tes rinne: pegang garpu tala dan hentakan di tulang telapak tangan lalu letakan di
prosesus mastoideus sampai klien tidak lagi mendengar suaranya. Pindahkan dengan
cepat garpu tala tersebut dekat dengan liang telinga. Pastikan apakah klien dapat
mendengarnya
Pemeriksaan Leher:
1. Inspeksi: pembengkakan, pembesaran vena, lesi.
2. Palpasi: posisi trakhea, pembesaran KGB.

Pemeriksaan Payudara:
Inspeksi: simetris, lesi, puting, aerola, sekret.
Palpasi: masa, pembesaran KGB.
Pemeriksaan Thorax:
1. Inspeksi: warna kulit dada (apakah sama dengan kulit
lainnya), bentuk dada, pernafasan (jenis, irama, kedalaman),
kesimetrisan dada saat istirahat dan saat menarik nafas,
ekspansi dada, ada tidaknya pernafasan cuping hidung,
konfigurasi dinding dada, ada tidaknya massa atau
benjolan, ada tidaknya hematom dan luka.
2. Palpasi: temperatur, pengembangan paru, vocal premitus,
adanya nyeri tekan, adanya masa.
3. Perkusi seluruh lapangan paru.
4. Auskultasi: suara nafas normal adn abnormal.
Pemeriksaan Jantung:
1. Inspeksi: ada tidaknya pulsasi dan ictus cordis.
2. Palpasi: teraba tidaknya ictus cordis.
3. Perkusi: menentukan batas jantung.
4. Auskultasi: irama jantung, suara jantung
Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi: simetris, bentuk/ kontur, adanya pelebaran pembuluh darah, bentuk
umbilikus.
2. Auskultasi: bising usus selama 1 menit, (gunakan stetoskop diafraghma), bunyi
pembuluh darah aorta, arteri renalis kanan-kiri, arteri iliaka kanan-kiri (gunakan
stetoskop bell), amati friction rab.
3. Palpasi: palpasi semua kuadran (kaji adanya hematomegali, dan spenomegali, nyeri
tekan),
4. Palpasi hepar: letakan tangan kiri dibawah horax posterior kanan pada ICS 11-12
(area pinggang). Letakan tangan kanan pada abdomen kuadran kanan atas atau
dibatas bawah heparkemudian tekan kedalam dan keatas sepanjang batas lengkung
tulang rusuk. Normalnya hepar tidak teraba. Ctt: bila pada palpasi teraba hepar maka
deskripsikan: berapa lebar jari tangan dibawah lengkung iga kanan, bagaimana
keadaan tepi hati, bagaimana konsistensinya, nyeri tekan.
1. Palpasi limpa:
a) Palpasi limpa diukur dengan menggunakan garis schuffner,dimulai dari regio iliaka
kanan (titik schuffner 8) melewati umbilikus menuju ke lengkung iga kiri (titik
schuffner 1).
b) Instrusikan klien untuk inspirasi dalam melalui mulut (agar diafraghma turun dan
limpa bergerak ke arah ujung ujung jari pemeriksa).
c) Stelah tepi bawah limpa teraba, maka dilakukan deskripsi.
2. Berapa jauh dari lengkung iga kiri pada garis schuffner (S1 s/d S8).
3. Bagaimana konsistensinya? Limfa normal tidak teraba.
4. Perkusi seluruh kuadran (adanya nyeri ketuk).
5. Perkusi hepar (mengukur batas bawah dan atas hati).
6. Arah iliaka sejajar mid klavikula (suara yang didengar pertama kali adalah timpani), dari
dada arah ICS 4-5 sejajar mid klavikula (suara yang pertama kali terdengar adalah
resonan karena terdapat paru). Beri tanda titik ketika terdengar suara dullnes ukuran
normal 6-12 cm.
7. Dari arah atas umbilikus sejajar sternum dan dari arah dada dibawah sternum, beri
tanda titik ketika terdengar dullnes. Ukuran normal 4-9 cm.
8. Perkusi limpa sepanjang bagian bawah kiri dada anterior sampai ditemukan suara
dullnes. Normal akan didengar di ICS 6-10.
Pemeriksaan Genetalia:
1. Inspeksi:
2. Pria: kebersihan, testis, nodul, lesi, cairan yang keluar, peradangan.
3. Wanita: kebersihan klitoris, labia mayora dan minor, nodul, lesi, cairan yang keluar.
4. Palpasi masa

Pemeriksaan Anus:
1. Inspeksi kulit, pembesaran pembuluh darah, polip, sekret.
2. Palpasi masa spingter ani.

Pemeriksaan Ekstermitas:
1. Inspeksi pergerakan sendi, lesi, massa, tonus otot, warna kulit.Palpasi temperatur,
oedem.
PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL:
1. Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan
catat jika ada perbedaan).
2. Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk
mengetahui adanya kelemahan dan kontraksi tiba-tiba.
3. Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau
mendorong tangan pemeriksa dan bandingkan tangan kanan kiri.
4. Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota
gerak atas dan bawah, suruh pasien menahan tangan atau kaki
sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang terkuat
amati apakah pasien bisa menahan.
Tulang/Ostium:
1. Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang.
2. Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakan.

Persendiaan/Articulasi:
1. Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
2. Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan.
3. Kaji range of  mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-
ekstensi, dll).
PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI
1. Olfaktorius/ Penciuman:Pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma
lain yang tidak menyengat. Apakah pasien dapat mengenali aroma.
2. Opticus/ Penglihatan:Meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan
mengenali benda-benda disekitar, jelas atau tidak.
3. Okulomotorius/ Kontriksi dan Dilatasi Pupil:Kaji arah pandangan, ukur reaksi
pupil terhadap pantulan cahaya  dan akomodasinya.
4. Trokhlear/ Gerakkan bola mata ke atas dan bawah:Kaji arah tatapan, minta
pasien melihat k etas dan bawah.
5. Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang:Sentuh ringan kornea
dengan usapan kapas untuk menguji reflek kornea (reflek nagatif (diam)/positif
(ada gerkkan)). Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada wajah  kaji
nyeri menyilang pada kuit wajah. Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan
gigi saat mempalpasi otot-otot rahang.
6. Abdusen/gerakkan bola mata menyamping: Kaji arah tatapan, minta pasien melihat
kesamping kanan kiri.
7. Facial/ekspresi wajah dan pengecapan:Meminta klien tersenyum, mengencangkan
wajah, menggembungkan pipi, menaikan dan menurunkan alis mata, perhatikkan
kesimetrisanya.
8. Auditorius/pendengaran: Kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh klien
mengulangi kata/kalimat.
9. Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah: Meminta pasien
mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal lidah.Gunakkan penekan lidah
untuk menimbulkan “reflek  gag”. Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya.
10. Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:Suruh pasien mengucapkan “ah”  kaji
gerakkan palatum dan faringeal. Periksa kerasnya suara pasien.
11. Asesorius/gerakan kepala dan bahu:Meminta pasien mengangkat bahu dan
memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan
tahanan yang ringan.
12. Hipoglosal/posisi lidah:Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah
dan menggerakkan ke berbagai sisi.
Pengkajian syaraf sensori:
1. Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien
pada titik-titik yang pemeriksa inginkan, minta pasien untuk
mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian mana.
2. Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien
mengatakkan sensasi yang direasakan.
3. Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan
pada falangeal/ujung jari, meminta pasien untuk mengatakkan adanya
getaran.
4. Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun
kemudian berhenti suruh pasien mengtakkan diatas/bawah.
5. Stereognosis: berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok) dan
berikkan waktu beberapa detik, dan suruh pasien untuk mengatakkan
benda apa itu.
Pengkajian reflex:
1. Refleks Bisep : Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan
posisi tangan pronasi (menghadap ke bawah). Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa
antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain diatas tendon bisep. Pukul ibu jari
anda dengan reflek harmmer.
2. Refleks Trisep: Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.
Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi. Meminta pasien untuk
merilekkan lengan. Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang. Pukul tendon
pada fossa olekrani, kaji reflek
3. Refleks Patella: Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi.
Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada.
Pukul tendo patella.
4. Refleks Brakhioradialis: Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan
pemeriksa. Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi.
Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat
reflex.
5. Reflex Achilles: Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti
pada pemeriksaan patella. Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa. Pukul tendo
Achilles.
6. Reflex Plantar (babinsky): Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint)
atau ujung stick harmmer. Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung
telapak kaki sampai dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif
telapak kaki akan tertarik ke dalam.
7. Refleks Kutaneus:
8. Gluteal: Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya.
Rangsang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas. Reflek positif spingter ani
berkontraksi.
9. Abdominal: Minta klien berdiri/berbaring. Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas
dari lateal ke medial, kaji gerakkan reflek otot abdominal. Ulangi pada ke-4 kuadran (atas ki.ka
dan bawah kiri kanan.
10. Kremasterik/pada pria: Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas.
Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang.
1. Rapihkan alat
2. Cuci tangan.

Evaluasi
1. Respon pasien.
2. Pasien berada pada posisi aman dan nyaman.
3. Melakukan tindakan keperawatan dengan sistematis.
4. Komunikasi efektif.

Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan.
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan
dan di evaluasi.
3. Nama perawat yang melaksanakan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai