Anda di halaman 1dari 17

JOB SHEET

Nama Praktikum : Pengkajian Fisik System Pencernaan

Unit : Keterampilan Dasar Praktik Klinik

Waktu : 100 Menit

REFERENSI

1. Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical

Management for Positive Outcomes. Philadelphia: Elsevier Sounders.


2. Potter, P.A., dan Perry, A.G. (1999). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
th
Practice. 4 Ed. (Terj. Renata Komalasari). Jakarta: EGC.
th
3. Linton, A.D. (2012). Introduction to Medical Surgical Nursing. 5 Ed Philadelphia:
Elsevier Sounders.
4. Mone, PL.,Burke,K.(2008). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking In Client Care.
th
4 Ed. New Jersey: Pearson Education Inc.
5. Sherwood, L. (1996). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. (Terj. Brahm. U. Pendit).
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Smeltzer, S.C. (2002). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing.
(Terj.Agung Waluyo). Jakarta: EGC.
7. Willms, J. (2003). Physical Diagnosis: Bedside Evaluation of Diagnosis and Function.
(Terj.Harjanto). Jakarta: EGC.

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

SETELAH MEMPELAJARI JOBSHEET :

1. Mahasiswa/mahasiswi mampu mempersiapkan alat dan bahan dalam melakukan postural


drainage secara individu dengan benar
2. Dengan menggunakan phantom mahasiswa/mahasiswi mampu mendemonstrasikan cara
melakukan postural drainage secara berurutan dan benar sesuai job sheet

PETUNJUK
1. Baca dan pelajari jobsheet yang tersedia
2. Siapkan alat sebelum tindakan dimulai
3. Ikutilah petunjuk dan instruktur
4. Tanyakan pada pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang mengerti

KESELAMATAN KERJA

1. Pastikan privasi klien benar-benar terjaga


2. Lakukan pencegahan infeksi dengan mencuci tangan sebelum melakukan postural
drainage
3. Gunakan sarung tangan untuk mencegah terjadinya infeksi

DASAR TEORI

A. Pengertian
Pengkajian fisik system pencernaan adalah salah satu teknik pengumpul data untuk
mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan dalam sistem pencernaan

B. Tujuan
1. Untuk mencari masalah keperawatan
2. Untuk menegakkan diagnose keperawatan
3. Untuk mengetahui lokasi nyeri, luka, perdarahan
4. Untuk mengetahui insensitas dan kualitas sakit
C. Indikasi
1.Dilakukan pada pasien yang menglami masalah pada system pencernaan seperti
pemasangan NGT
2.      Dilakukan pada pasien yang mengalami masalah pada abdomen seperti pada hati,
ginjal dan limpa
D. Kontraindikasi
a. Pasien sesak nafas
b. Fraktur daerah thorax
c. Pasien kejang
ALAT DAN BAHAN

1.      Stetoskop
2.      Bak instrument
3.      Sarung tangan/handscoen
4.      Kassa steril
5.      Tissue
6.      Ballpen
7.      Bengkok
8.      Penlight
10.  Lembar dokumentasi

HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN

1. Pada pemeriksaan abdomen, urutan pemeriksaan mulai dari inspeksi, auskultasi,perkusi,


palpasi

PROSEDUR KERJA

NO PROSEDUR GAMBAR
.
1 Cuci tangan dan pakai handscoon
2 Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan di
lakukkan

3 Jaga privasi klien

4 Cara inspeksi mulut :


1.      Bantu pasien duduk berhadapan dan tinggi
sejajar dengan anda

5 2.      Pastikan pula ciri ciri umum sewaktu

melakukan pengkajian antara lain kebersihan


mulut dan bau mulut
6 amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan
congenital, bibir sumbing, warna bibir, ulkus,
lessi dan massa

7 Lanjutkan pada pengamatan gigi , anjurkan


pasien untuk membuka mulut

8       Atur pencahayaan yang memadai, bila perlu

gunakan penekan lidah agar gigi tampak jelas

9 amati posisi , jarak gigi rahan atas dan bawah,


ukuran, warna, lesi, atau adanya tumor pada
setiap gigi. Amati juga akar akar gigi dan gusi
secara khusus

10 Periksa setiap gigi dengan cara mengetuk secara


sistematis, bandingkan gigi bagian kiri, kanan,
atas dan bawah serta anjurkan pasien
memberitahu bila merasa nyeri sewaktu giginya
diketuk
11 Lanjutkan pengamatan pada lidah dan
perhatikan kesimetrisannya . minta pasien
menjulurkan lidah dan amati kelurusan , warna
ulkus dan setiap ada kelainan

12 amati warna , adanya pembengkakan, tumor,


sekresi, peradangan, ulkus, dan perdarahan pada
selaput lendir semua bagian mulut secara
sistematis

13 Lanjutkan pada inspeksi faring, dengan


menganjurkan pasien membuka mulut dan
menekan lidah pasien kebawah sewaktu pasien
berkata “ah” amati kesimetrisan uvula faring

14 Cara palpasi mulut


Atur posisi duduk menghadap anda, anjurkan
pasien membuka mulut
15 Pegang pipi diantara ibu jari dan telunjuk.
Palpasi pipi secara sistematis dan perhatikan
adanya tumor atau pembengkakan, bila ada
pembengkakan. Tentukan menurut ukuran,
konsistensi, hubungan dengan daerah
sekitarnya, dan adanya nyeri

16 Lanjutkan palpasi pada platum dengan jari


telunjuk dan rasakan adanya pembengkakan
dan fisura
17 Palpasi dasar mulut dengan minta pasien
mengucapkan “el” kemudian lakukan palpasi
pada dasar mulut secara sistematis dengan jari
telunjuk tangan kanan, catat bila ditemukan
pembengkakan

18 palpasi lidah dengan cara meminta pasien


menjulurkan lidah pegang lidah dengan kasa
steril menggunakan tangan kiri . dengan jari
telunjuk tangan kanan. Lakukan palpasi lidah
terutama bagian belakang dan batas batas lidah

19 Pemeriksaan fisik abdomen, ginjal, limpa,


hepar dan kandung kemih
1)     Cara kerja inspeksi
1.      Atur posisi yang tepat
20       Lakukan pengamatan bentuk abdomen secara

umum, kontur permukaan abdomen dan adanya


retraksi, penonjolan serta ketidaksimetrisan

21 Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan


ekspirasi

22 Amati pertumbuhan rambut dan pigmentasi


pada kulit secara lebih teliti

23 Cara kerja auskultasi


1.      Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan
bagian diafragma stetoskop bila ruang
pemeriksaan dingin.

24 Tanya pasien tentang waktu terakhir makan ,


bising usus dapat meningkat setelah makan

25 Tentukan bagian stetoskop yang akan


digunakan. Bagian diafragma digunakan untuk
mendengarkan bising usus , sedangkan bagian
bel untuk mendengarkan pembuluh darah
26 Letakkan diafragma stetoskop dengan tekanan
ringan pada setiap area empat kuadran abdomen
dan dengarkan suara peristaltic aktif dan suara
denguk yang secara normal terdengar setiap 5-
20 detik dengan durasi kurang atau lebih dari
satu detik. Frekuensi suara bergantung pada
status pencernaan atau ada tidaknya makanan
dalam saluran pencernaan. Dalam pelaporannya
bising usus dapat dinyatakan dengan
“terdengar” , tidak ada/hipoaktif, sangat
lembut”misalnya hanya terdengar setiap 3 detik.
Bila bising usus terdengar jarang sekali / tidak
ada
27 Dengarkan dahulu selama 3-5 menit sebelum
dipastikan.

28       Letakkan bagaian bel (sungkup) stetoskop

diatas aorta , arteri renalis dan arteri iliaka.


Dengan suara suara arteri (bruit). Auskultasi
aorta dilakukan dari arah superior ke umbilicus.
Auskultasi arteri renalis dilakukan dengan cara
meletakkan stetoskop pada garis tengah
abdomen atau kearah kanan kegaris abdomen
bagian atas mendekati panggul. Auskultasi
arteri iliaka dilakukan dengan cara meletakkan
stetoskop pada area bawah umbilicus disebelah
kanan dan kiri garis tengah abdomen
29 Letakkan bagian bel stetoskop diatas area
preumbilikal (sekeliling umbilicus) untuk
mendengarkan bising vena (jarang terdengar)

30 dalam melakukan auskultasi pada setiap


tempat , khususnya area hepar dan limpa, kaji
pula kemungkinan terdengar suara suara
gesekan seperti gesekan dua benda

31 Untuk mengakaji suara gesekan pada area limpa


, letallan stetoskop pada area batas bawah
tulang rusuk digaris aksila anterior dan minta
pasien menarik napas dalam. Untuk mengakaji
suara gesekan pada area hepar, letakkan
stetoskop pada sisi bawah kanan tulang rusuk

32 Cara perkusi abdomen secara sistematis :


1.      Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas
kemudian bergerak searah jarum jam (dari
sudut pandang/perspektif pasien
33 Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien
merasa nyeri

34 Lakukan perkusi pada area timpani dan redup.


Suara timpani mempunyai cirri nada lebih
tinggi dari pada resonan. Suara timpani dapat
didengarkan pada rongga atau organ yang berisi
udara .suara redup mempunyai cirri nada lebih
rendah atau lebih datar dari resonan. Suara ini
dapat didengarkan pada massa padat. Misalnya
keadaan asites, keadaan distensi kandung kemih
serta pembesaran atau tumor hepar dan limpa.

35 Cara palpasi hepar :


1.      Berdiri disamping kanan pasien

36 Letakkan tangan kiri anda pada dinding toraks


posterior kira kira pada tulang rusuk ke 11 atau
12
37 Tekan tangan kiri anda keatas sehingga sedikit
mengangkat dinding dada

38 letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang


rusuk sisi kanan dengan membentuk sudut kira
kira 45 derajat dari otot rektus abdominis atau
parallel terhadap otot rektus abdominis dengan
jari jari kearah tulang rusuk
5.      sementara pasien ekshalasi. Lakukan
penekanan sedalam 4-5 cm kearah bawah pada
tulang rusuk
39 jaga posisi tangan anda dan minta pasien
menarik napas

40 sementara pasien menarik napas, rasakan batas


hepar bergerak menentang tangan anda yang
secra normal terasa dengan kontur regular.
Kesulitan dalam merasakan hepar ini sering
dialami pada pasien obesitas
41 Bila hepar membesar, lakukan palapsi dibatas
bawah tulang rusuk kanan. Catat pembesaran
tersebut dan nyatakan dengan berapa sentimeter
pembesaran terjadi dibwah tulang rusuk

42 cara palpasi ginjal :


1.      Dalam melakukan palpasi ginjal kanan,
letakkan tangan kiri anda dibawah panggul dan
elevasikan ginjal kearah anterior.  

43 Letakkan tangan kanan anda pada dinding


abdomen anterior digaris midklavikula pada
tepi bawah batas kosta

44 letakan tangan kanan anda secara langsung


keatas sementara pasien menarik napas
panjang , ginjal tidak teraba pada orang dewasa
yang normal, tetapi pada orang yang sangat
kurus bagian bawah ginjal kanan dapat
dirasakan
45 Bila ginjal teraba rasakan kontur (bentuk),
ukuran, amati adanya nyeri tekan

46 Untuk melakukan palpasi ginjal kiri, lakukan


disisi kiri tubuh pasien dan letakkan tangan
anda dibawah panggul kemudian lakukan
tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan
         Normal :
Pada keadaan normal ginjal tidak teraba
         Penyimpangan :
Apabila teraba mendasar dan kenyal ,
kemungkinan adanya polikistik maupun
hidroneprosi, Bila dilakukan penekanan klien
mengeluh sakit, hal ini tanda kemungkinan
adanya peradangan
47 PEMERIKSAAN LIMPA
         Cara :
Mulai palpasi kebawah hepar posterior sampai
atau pada garis kira kira lintasan midaksilaris
kiri dari iga keenam sampai kesebelas.
         Normal:
Area bunyi pekak kcil dari iga keenam sampai
kesebelas
Penyimpangan :
Bunyi pekak diatas iga keenam,bunyi pekak
meliputi area yang luas
48 7)      PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH

         Cara :
Dilakukan palpasi kandung kemih pada supra
pubis
         Normal :
Urine cepat dikeluarkan secara lengkapm
sehingg kandung kemih tidak teraba.
         Penyimpangan :
Bila ada obstruksi dibawah dan produksi urine
norml maka urine akan terkumpul dikandung
kemih serta aka menimbulkan distensi kandung
kemih yang biasa teraba bila dipalpasi didaerah
supra pubis

49 Pemeriksaan Rektal Anus


INSPEKSI
Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan,
pasien disuruh berbaring pada sisi kirinya
dengan lutut ditekuk. Untuk menentukan fisura
in ano, hemoroid, prolaps rekti, Fistel-in-ano,
Karsinoma anus

50 PALPASI ANUS
Cara :
· Colok anus (Colok dubur). Perawat yang
menggunakan ujung jari telunjuk yang
terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan
diletakkan pada anus. Pasien diminta
bernapas melalui mulut dengan tenaga dan
rileks. Dengan perlahan-lahan
meningkatkan tekanan pada jari telunjuk
kea rah bawah sampai sfingter terasa agak
lemas. pada saat ini dimasukkan perlahan-
lahan kedalam rectum.
51 · Palpasi dinding anterior dari rectum
dilakukan untuk menilai kelenjar prostat
pada pria dan serviks wanita. Prostat yang
normal merupakan massa kenyal berlobus
dua dengan lekukan sentral. Prostat menjadi
semakin keras sesuai umur ang
bertambahdan akan menjadi sangat keras
bila terdapat karsinoma prostat. Massa di
atas prostat atau serviks dapat menunjukkan
adanya metastatic.

52 · Jari kemudian diputar sesuai arah jarum jam


sehingga dinding lateral kanan, dinding
posterior, dan dinding laterl kiri dari rectum
dapat dipalpasi secara berurutan. Kemudian
jari dimasukkan sedalam mungkin ke dalam
rectum dan perlahan ditarik keluar
menyusuri dinding rectum. Lesi yag lunak,
seperti karsinoma rekti yang kecil atau
polip, lebih mungkin teraba dengan cara ini

53 · Setelah jari ditarik keluar, sarung tangan


diinspeksi apakah terdapat darah segar atau
melena, mucus atau pus, dan warna dari
feses diamati. Hemoroid tidak teraba
kecuali mengalami thrombosis. Timbulnya
nyeri yang nyata selama pemeriksaan
menunjukkan kemungkinan fisura anal,
abses isiorektal, hemoroid eksternal yang
baru mengalami thrombosis, prokitis, atau
ekskoriasi anal.

54 Kembalikan pasien ke posisi semula

55 Rapihkan alat
56 Cuci tangan

57 Dokumentasikan hasil

EVALUASI

1. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan postural drainage secara


individu pada phantom
2. Pembimbing klinik menilai langkah-langkahkerja menggunakan check list penampilan

Anda mungkin juga menyukai