Anda di halaman 1dari 11

 

 
BAB I
 
PENDAHULUAN
 
A.
 
Latar Belakang
 Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
pernapasanmelakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian. Data yang
dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan
keperawatan klien.Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual
(sesuai masalahdan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat
melakukanwawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan
tanpa harusmenambah distres pernapasan klien. Setelah pengkajian awal perawat memilih
komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien.
Komponen pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori distres pernapasan yaitu akut,
sedang, danringanKarena tubuh bergantung pada sistem pernapasan untuk dapat hidup,
pengkajian pernapasan mengandung aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan klien. Sisten
pernapasanterutama berfungsi untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dalam paru- paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan asam-basa. Setiap perubahan
dalam sistemini akan mempengaruhi sistem tubuh lainnya. Pada penyakit pernapasan kronis,
perubahan status pulmonal terjadi secara lambat, sehingga memungkinkan tubuh klien untuk
beradaptasi terhadaphipoksia. Namun demikian, pada perubahan pernapasan akut seperti
pneumotoraks atau pneumonia aspirasi, hipoksia terjadi secara mendadak dan tubuh tidak
mempunyai waktu untuk  beradaptasi, sehingga dapat menyebabkan kematian.
B.Tujuan
 Mengetahui tindakan keperawatan yang harus dilakukan saat melakukan pemeriksaan
fisik system pernapasan.
 Mengetahui apa-apa saja yang harus diperiksa pada organ pernafasank yang
menderitagangguan pernafasan.
 Mengetahui perkembangan system pernafasan.
C. Manfaat
 Memberikan pengetahuan terhadap perawat mengenai system pernafasan
 Membantu perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik system pernafasan.
 Memudahkan perawat dalam menangani klien dengan gangguan system pernafasan.
BAB II
PEMBAHASAN PENGKAJIAN SISTEM PERNAPASAN

Pemeriksaan fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan. Gunakan


teknik inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Keberhasilan pemeriksaan mengharuskan untuk
menguasailandmarks anatomi toraks posterior, lateral, dan anterior. Gunakan landmarks ini
untuk menemukan letak dan mengetahui struktur organ di bawahnya, terutama lobus paru,
jantung, dan pembuluh darah besar. Bandingkan sisi yang satu dengan sisi lainnya.
Bandingkan temuan padasatu sisi toraks dengan sisi toraks sebelahnya. Palpasi, perkusi, dan
auskultasi dilakukan daridepan ke belakang atau dari satu sisi toraks ke sisi lainnya sehingga
dapat secara kontinumengevaluasi temuan dengan menggunakan sisi sebelahnya sebagai
standar perbandingan.Kondisi dan warna kulit klien diperhatikan selama pemeriksaan toraks
(pucat, biru,kemerahan). Kaji tingkat kesadaran klien dan orientasikan selama pemeriksaan
untuk menentukan kecukupan pertukaran gas.
A.INSPEKSI
Pengkajian fisik sebenarnya dimulai sejak pengumpulan riwayat kesehatan
saatmengamati klien dan respons klien terhadap pertanyaan atau diwakilkan oleh
keluarga.Perhatikan manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang nyaman, takipnea,
mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang, dispnea, warna kulit
wajah dan bibir, dan penggunaan otot-otot asesori pernapasan. Perhatikan rasio inspirasi-ke-
ekspirasi,karena lamanya ekspirasi normal dua kali dari lamanya inspirasi normal, maka
rasio normalekspirasi ± inspirasi 2 :
1. Amati pola bicara klien. Berapa banyak kata atau kalimat yang dapatdiucapkan sebelum
mengambil napas berikutnya? Klien yang sesak napas mungkin hanyamampu mengucapkan
tiga atau empat kata sebelum mengambil napas berikutnya.Kunci dari setiap teknik
pengkajian adalah untuk mengembangkan pendekatan yangsistematik. Logisnya, paling
mudah jika dimulai dari kepala lalu terus ke tubuh bagian bawah.
Inspeksi dimulai dengan pengamatan kepala dan area leher untuk mengetahui setiap
kelainanutama yang dapat mengganggu pernapasan. Perhatikan bau napas dan apakah ada
sputum.Perhatikan pengembangan cuping hidung, napas bibir dimonyong-kan, atau sianosis
membranmukosa. Catat adanya penggunaan otot aksesori pernapasan, seperti fleksi
ototsternokleidomastoid.Amati penampilan umum klien, frekuensi serta pola pernapasan, dan
konfigurasi toraks.Luangkan waktu yang cukup untuk mengamati pasien secara menyuluruh
sebelum beralih pada pemeriksaan lainnya. Dengan mengamati penampilan umum, frekuensi dan
pola pernapasan,adanya dan karakter batuk, dan pernbentukan sputum, perawat dapat
menentukan komponen    pemeriksaan pulmonal mana yang sesuai untuk mengkaji status pernapasan
pasien saat ini. Tabel2-2 menyajikan temuan yang lazim pada pemeriksaan inspeksi pulmonal.
 
 
Inspirasi dilakukan lebih lama. Pola pernapasan wanita dan pria berbeda:
‡
Pola pernapasan wanita adalah pernapasan dada, dimana otot antar iga lebih berperan
‡
Pola pria adalah pernapasan perut, dimana diafragma lebih berperan.
 
B. PALPASI
 Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di atas atau di bawah
permukaan tubuh. Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada. Palpasidada dan
medula spinalis adalah teknik skrining umum untuk mengidentifikasi adanyaabnormalitas seperti
inflamasi.Perlahan letakan ibu jari tangan yang akan mempalpasi pada satu sisi trakhea dan jari-
jarilainnya pada sisi sebelahnya. Gerakan trakhea dengan lembut dari satu sisi ke sisi
lainnyasepanjang trakhea sambil mempalpasi terhadap adanya massa krepitus, atau deviasi dari
garistengah. Trakhea biasanya agak mudah digerakkan dan dengan cepat kembali ke posisi
garistengah setelah digeser. Masa dada, goiter, atau cedera dada akut dapat mengubah letak
trakhea.Palpasi dinding dada menggunakan bagian tumit atau ulnar tangan. Abnormalitas
yangditemukan saat inspeksi lebih lanjut diselidiki selama pemeriksaan palpasi. Palpasi
dibarengidengan inspeksi terutama efektif dalam mengkaji apakah gerakan, atau ekskursi toraks
selamainspirasi dan ekspirasi, amplitudonya simetris atau sama. Selama palpasi kaji adanya
krepitus(udara dalam jaringan subkutan); defek atau nyeri tekan dinding dada; tonus otot; edema;
danfremitus taktil, atau vibrasi gerakan udara melalui dinding dada ketika klien sedang bicara.
(Fremitus taktil adalah getaran yang dihantarkan melalui bronchopulmonary tree ke dindingdada
saat pasien berbicara.
 Untuk mengevaluasi ekskursi toraks, klien diminta untuk duduk tegak (jikamemungkinkan), dan
tangan pemeriksa diletakkan pada dinding dada posterior klien (bagian punggung).
I
 bu jari tangan pemeriksa saling berhadapan satu sama lain pada kedua sisi tulang belakang, dan
jari-jari lainnya menghadap ke atas membentuk posisi seperti kupu-kupu. Saatklien menghirup
napas tangan pemeriksa harus bergerak ke atas dan keluar secara simetri.Adanya gerakan
asimetri dapat menunjukkan proses penyakit pada region tersebut.
 
Palpasi dinding dada posterior saat klien mengucapkan kata-kata yang menghasilkanvibrasi yang
relatif keras (mis. tujuh-tujuh). Vibrasi ditransmisikan dari laring melalui jalannapas dan dapat
dipalpasi pada dinding dada.
I
ntensitas vibrasi pada kedua sisi dibandingkanterhadap simetrisnya. Vibrasi terkuat teraba di atas
area yang terdapat konsolidasi paru (mis. pneumonia). Penurunan fremitus taktil biasanya
berkaitan dengan abnormalitas yangmenggerakkan paru lebih jauh dari dinding dada, seperti
efusi pleural dan pneumotoraks (Tabel2-3).
Table 2-3. Temuan pada Pemeriksaan Palpasi Paru

 
Palpasi dinding dada posterior saat klien mengucapkan kata-kata yang menghasilkanvibrasi yang
relatif keras (mis. tujuh-tujuh). Vibrasi ditransmisikan dari laring melalui jalannapas dan dapat
dipalpasi pada dinding dada.
Intensitas vibrasi pada kedua sisi dibandingkanterhadap simetrisnya. Vibrasi terkuat teraba di
atas area yang terdapat konsolidasi paru (mis. pneumonia). Penurunan fremitus taktil biasanya
berkaitan dengan abnormalitas yangmenggerakkan paru lebih jauh dari dinding dada, seperti
efusi pleural dan pneumotoraks (Tabel2-3).Table 2-3. Temuan pada Pemeriksaan Palpasi Paru

C. PERKUSI

 Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan mengetuk


dindingdada dengan tangan. Pengetukan dinding dada antara iga menghasilkan berbagai bunyi
yangdigambarkan sesuai dengan sifat akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, atau
timpanik.Bunyi resonan terdengar di atas jaringan paru normal. Bunyi hiperesonan terdengar
pada adanya peningkatan udara dalam paru-paru atau spasium pleural. Bunyi akan ditemukan
pada kliendengan emfisema dan pneumotoraks. Bunyi pekak terjadi di atas jaringan paru yang
padat,seperti pada tumor atau konsolidasi jaringan paru. Bunyi ini biasanya terdengar di atas
jantungdan hepar. Bunyi datar akan terdengar saat perkusi dilakukan pada jaringan yang
tidak mengandung udara. Bunyi timpani biasanya terdengar di atas lambung, usus besar.
Perkusidimulai pada apeks dan diteruskan sampai ke dasar, beralih dari area posterior ke area
lateral dankemudian ke area anterior. Dada posterior paling baik diperkusi dengan posisi klien
berdiri tegak dan tangan disilangkan di depan dada untuk memisahkan skapula.Perkusi juga
dilakukan untuk mengkaji ekskursi diafragma. Minta klien untuk menghirupnapas dalam dan
menahannya ketika memperkusi ke arah bawah bidang paru posterior dandengarkan bunyi
perkusi yang berubah dari bunyi resonan ke pekak. Tandai area ini dengan pena. Proses ini
diulang setelah klien menghembuskan napas, tandai lagi area ini. Kaji kedua sisikanan dan kiri.
Jarak antara dua tanda seharusnya 3 sampai 6 cm, jarak lebih pendek ditemukan pada wanita dan
lebih panjang pada pria. Tanda pada sebelah kiri akan sedikit lebih tinggi karenaadanya hepar.
Klien dengan kenaikan diafragma yang berhubungan dengan proses patologis akanmempunyai
Penurunan ekskursi diafragma. Jika klien mempunyai penyakit pada lobus bawah(mis.
konsolidasi atau cairan pleural), akan terdengar bunyi perkusi pekak. Bila
ditemukanabnormalitas lain, pemeriksaan diagnostik lain harus dilakukan untuk mengkaji
masalah secaramenyeluruh. Tabel 2-4 menyajikan temuan normal dan abnormal saat dilakukan
perkusi.
 
Table 2-4. Temuan pada Pemeriksaan Perkusi Paru

    

D.AUSKULTASI
 Auskultasi adalah
mendengarkan
bunyi dengan
menggunakan
stetoskop.
Denganmendengar
kan paru-paru
ketika klien
bernapas melalui
mulut, pemeriksa
mampu
mengkajikarakter
bunyi napas,
adanya bunyi
napas tambahan,
dan karakter suara
yang diucapkan
ataudibisikan.
Dengarkan semua
area paru dan
dengarkan pada
keadaan tanpa
pakaian; jangan
dengarkan bunyi paru dengan klien mengenakan pakaian, selimut, gaun, atau kaus. Karena
bunyiyang terdengar kemungkinan hanya bunyi gerakan pakaian di bawah stetoskop.Status
patensi jalan napas dan paru dapat dikaji dengan mengauskultasi napas dan bunyisuara yang
ditransmisikan melalui dinding dada. Untuk dapat mendengarkan bunyi napas diseluruh bidang
paru, perawat harus meminta klien untuk bernapas lambat, sedang sampai napasdalam melalui
mulut. Bunyi napas dikaji selama inspirasi dan ekspirasi. Lama masa inspirasi danekspirasi,
intensitas dan puncak bunyi napas juga dikaji. Umumnya bunyi napas tidak terdengar  pada
lobus kiri atas, intensitas dan karakter bunyi napas harus mendekati simetris biladibandingkan
pada kedua paru. Bunyi napas normal disebut sebagai vesikular, bronkhial,
dan bronkhovesikular.Perubahan dalam bunyi napas yang mungkin menandakan keadaan
patologi termasuk  penurunan atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan bunyi napas, dan
bunyi napas salingmendahului atau yang dikenal dengan bunyi adventiosa. Peningkatan bunyi
napas akan terdengar  bila kondisi seperti atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas
(ketebalan) jaringan paru.Penurunan atau tidak terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi
gelombang bunyi yangmelewati jaringan paru atau dinding dada berkuran
BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayatkeperawatan klien.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan
adalah pada kemampuan fungsional klien.Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1.Inspeksi (Melihat)2.
 2.Palpasi ( Meraba)3.
 Perkusi ( Mengetuk)4.
 Auskultasi ( Mendengarkan)
3.2 SARAN
 Kami berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis juga
dapatmengetahui cara pemeriksaan fisik pada system penafasan baik melalui inspeksi,
palpasi, perkusi, maupun auskultasi.Kami juda berharap kritik dan saran yang bersifat sangat
kami butuhkan untuk 

Anda mungkin juga menyukai