Anda di halaman 1dari 12

MODUL 3

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI

Tujuan Pembelajaran
Bila dihadapkan dengan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa mampu:
1. Melakukan anamnesis/wawancara terkait keluhan
2. Melakukan pemeriksaan sistem pernapasan dengan tepat dan sistematik
3. Menginterpretasi hasil pemeriksaan yang didapatkan
4. Memanfaatkan hasil pemeriksaan yang didapatkan untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan dan gangguan pada sistem respirasi

Alat dan Bahan


1. Boneka Peraga
2. Stetoskop
3. Jam Tangan

Review anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi

Gambarkan anatomi dan jelaskan fisiologi sistem respirasi

Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan pada manusia adalah hidung, trakea, bronkus,

bronkeolus dan alveolus. Di bagian hidung dan trakea terjadi penyaringan udara oleh rambut hidung

dan silia pada trakea. Di bagian alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida secara difusi.
Pembahasan

Paru-Paru merupakan salah satu bagian tubuh dalam yang berfungsi sebagai alat pernapasan.

Organ ini sangat penting bagi manusia maupun hewan karena organ paru-paru ini sebagai media

masuk oksigen. Oksigen sangat penting dalam proses respirasi di mitokondria pada sel-sel tubuh

sehingga dapat menghasilkan energi untuk bergerak dan beraktivitas.

Paru-paru merupakan sebuah organ yang terdapat beberapa bagian penyusun di dalamnya,

antara lain adalah Trakea, Bronkus, Bronkiolus, Diafragma, Alveolus, Pleura dan Lobus.

Berikut ini penjelasan bagian-bagian paru-paru beserta fungsinya:

1. Trakea (tenggorokan)

Trakea berupa tabung dengan panjang sekitar 5 inci yang menghubungkan laring dengan

bronkus. Trakea terdiri atas tulang rawan hialin berbentuk seperti huruf C dan dilapisi oleh epitel

bersilia. Fungsi trakea adalah sebagai saluran untuk jalannya pernapasan. Silia yang terdapat dalam sel

epitel di trakea berfungsi untuk menangkap partikel asing dan membawanya ke faring sehingga dapat

masuk ke sistem pencernaan.

2. Bronkus

Bronkus merupakan cabangdari trakea berjumlah dua yang menghubungkan paru-paru kiri

dan paru-paru kanan. Bronkus tersusun atas tulang rawan, lapisan mukosa, dan juga otot polos.

Tulang rawan berfungsi sebagai rangka bronkus, lapisan mukosa menghasilkan lendir untuk menjebak

partikel asing yang akan memasuki paru-paru, sedangkan otot polos menyebabkan pergerakan untuk

bernafas secara otomatis tanpa disadari.

3. Bronkiolus

Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus yang bermuara ke alveolus. Struktur pada

bronkus tidak memiliki tulang rawan, memiliki silia, dan pada bagian ujung terdiri dari jaringan

epitelium berbentuk kubus bersilia.


4. Alveolus

Alveolus merupakan tempat terjadinya pertukaran antara oksigen dan karbondioksida secara

difusi. Difusi adalah pertukaran zat terlarut dari konsentrasi tinggi (pekat/hipertonis) ke konsentrasi

rendah (encer/hipototonis). Struktur alveolus terdiri dari selaput tipis dan terdapat banyak sekali

pembuluh kapiler darah. Di alveolus darah akan melepaskan karbondioksida ke linhkungan luar dan

mengambil oksigen dari lingkungan.

5. Diafragma

Diafragma adalah otot berserat yang menjadi pembatas antara rongga dada dan rongga perut.

Diafragma berperan penting dalam proses pernapasan perut. Diafragma tersusun atas otot, pembuluh

darah, dan juga saraf yang disebut saraf frenikus.

6. Lobus

Lobus berfungsi memberikan perlindungan dari kerusakan mekanis dan juga mencegah

penyebaran infeksi pada paru-paru.

7. Pleura

Pleura merupakan suatu membran serosa yang halus membentuk suatu kantong tempat paru-

paru berada yang jumlahnya ada dua buah dan masing-masing tidak berhubungan. Pleura mempunyai

dua lapisan, yaitu perietalis dan viseralis yang fungsinya sebagai pelicin gesekan antara permukaan

kedua pleura pada waktu terjadi proses pernapasan.

Fungsi pleura pada paru-paru antara lain :

a. Sebagai kantong pembungkus tempat paru-paru berada

b. Menukar oksigen dari udara dengan karbondioksida yang ada di kapiler darah

c. Fungsi mekanis pleura yaitu meneruskan tekanan negatif thoraks ke dalam paru-paru.

8. Pleura fluid

Pleura fluud atau cairan pada pleura berfungsi untuk membungkus paru paru dan melindungi

paru paru dari tekanan luar.


Tahapan Pemeriksaan Fisik
Perhatikan dengan seksama dan diskusikan dengan fasilitator tentang hal-hal yang
belum dimengerti. Saat melakukan pemeriksaan fisik aturlah posisi senyaman
mungkin. Perhatikan universal precaution dan kesiapan alat. Atur/kontrol lingkungan
dalam kondisi tenang.
1. Anamnesa
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perawat perlu melakukan anamnesis
untuk mengetahui riwayat kesehatan. Perawat perlu mengkaji keluhan. Keluhan
utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien
tentang kondisinya saat ini. Perawat perlu mengkaji mengkaji keluhan utama
yang sering dijumpai pada pasien dengan gangguan pernapasan :
a. Sesak Napas
Apakah sesak napas saat istirahat, beraktivitas atau berbaring mendatar
(orthopnea)?
Berapa jauh pasien dapat berjalan, berlari atau menaiki tangga?
Apakah keadaan tersebut kronis atau muncul secara tiba-tiba?
Apakah disertai dengan mengi atau stridor?
b. Batuk
Apakah batuk kering atau produktif?
Jika produktif, apa warna sputum?
Apakah terjadi setiap musim dingin atau merupakan gejala yang baru timbul?
c. Hemoptisis
Berapa kali? Berapa banyak darah yang dikeluarkan?
d. Nyeri dada
Kapan dimulainya? Seperti apa nyerinya? Dimana dan menjalar kemana?
Apakah diperberat/berkurang dengan bernapas, perubahan posisi, pergerakan?
Adakah nyeri tekan setempat?
Gangguan yang mengenai sistem pernapasan umunya menyebabkan nyeri
“tipe-pleuritik” yang tajam, terlokalisir diperberat bila bernapas dan batuk,
atau
menimbulkan manifestasi sistemik seperti penurunan berat badan akibat
keganasan dalam bronkus.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien sebelumnya memiliki kelainan pernapasan? Asma? Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK)? TB atau terpajan TB?
Bagaimana pemahaman pasien mengenai keadaanya dan kepatuhan pada terapi?
Apakah pasien pernah masuk rumah sakit karena sesak napas?
Adakah kelainan yang ditemukan yang ditemukan pada pemeriksaan foto rontgen
thoraks?
Obat-obatan
Obat-obat yang sedang dikonsumsi pasien? Apakah baru-baru ini ada perubahan
penggunaan obat? Adakah respons terhadap terapi terdahulu? Apakah pasien
mengkonsumsi tablet, inhaler, nebuliser atau oksigen?
Alergi
Adakah alergi obat/antigen lingkungan?
Merokok
Apakah pasien saat ini merokok? Apakah pasien pernah merokok? Jika iya,
berapa banyak?
3. Pemeriksaan Fisik
Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat?
Apakah jalan napas adekuat? Jika tidak, betulkan posisi kepala, pasang alat bantu
jalan napas oral, masker laring atau intubasi endotrakea.
Apakah pasien bernapas? Jika tidak, paastikan jalan napas terbuka, berikan
oksigen tambahan dan ventilasi.
Apakah sirkulasi adekuat?
Apakah pasien sianosis (Perifer atau sentral)? Jika ada sianosis, hipoksemia pada
oksimetri nadi,distress pernapasan atau pasien tampak sakit berat, berikan
oksigen melalui masker wajah.
Bagaimana laju dan pola pernapasan?
Adakah sesak napas saat istirahat, saat bergerak, bergerak atau berjalan?
Periksa tanda-tanda distress pernapasan: pernapasan cepat, penggunaan otot
bantu pernapasan, rasa tertarik di trakea, retraksi dinding intertorakalis, geradkan
abdomen paradoksal atau menurunya laju pernapasan saat pasien merasa lelah.
Adakah suara mengi yang terdengar jelas (terutama saa
Lakukan pemeriksaan dada bagian anterior dan posterior dengan inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Bandingkan sisi kiri dan kanan.
a. Inspeksi
Lakukan observasi pada konfigurasi dada dan pola pernapasan
 Konfigurasi dada
Untuk mengetahui konfigurasi dinding dada dilakukan dengan menghitung
perbandingan diameter anteroposterior (AP) dan diameter lateral (L) dada.
Perbandingan normal konfigurasi dada yaitu 2:1.
Perhatikan ketidaknormalan bentuk rongga dada seperti:
 Pergerakan dinding dada
Perhatikan kesimetrisan pergerakan dinding dada.
 Retraksi interkostalis
 Pola Pernapasan
Pola pernapasan melputi frekuensi (cepat atau lambat) dan kedalaman
(dangkal atau dalam). Frekuensi pernapasan pada orang dewasa normal 16-
24 x/menit dengan kedalaman yang adekuat. Perhatikan adanya pola
pernapasan yang abnormal :
Apa yang dimaksud dengan istilah berikut?
Takipnea Pernapas dengan cepat dimana frekuensi napas pada
bayi 0 sampai 12 bulan lebih dari 60x/menit (Donna
L. Wong, 2003). Keadaan ini biasanya menunjukkan
adanya penurunan keteregangan paru atau rongga
dada.
Bradipnea penurunan frekuensi napas atau pernapasan yang
melambat. Keadaan ini ditemukan pada depresi pusat
pernapasan.
Hiperventilasi Kondisi saat Anda mungkin akan lebih banyak
mengeluarkan karbon dioksida daripada
menghirupnya.(cepat dan dalam)
Hipoventilasi didefinisikan sebagai gangguan ketika seseorang
bernapas terlalu pendek atau terlalu lambat sehingga
pemenuhan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh
terjadi sangat lambat.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya nyeri tekan, ekpansi dinding dada
dan taktil fremitus.
 Ekspansi Dinding Dada
Pada saat bernapas, normalnya dada akan bergerak secara simetris.
Ekspansi dada menjadi tidak simetris pada saat terjadi atelektasis paru
(kolaps paru).
 Fremitus Taktil
Fremitus merupakan getaran atau vibrasi yang ditransmisikan melalui
percabangan bronkopulmonaris ke dinding dada dan dapat dirasakan
dengan palpasi saat pasien berbicara. Fremitus akan berkurang atau tidak
teraba jika transmisi getaran dari laring ke permukaan dada terhalang.
Penyebabnya meliputi obstruksi bronkus, PPOK: terpisahkanya kedua
permukaan pleura oleh cairan (efusi pleura), fibrosis (penebalan pleura),
terdapat udara (pneumotoraks); atau dinding dada yang sangat tebal
(obesitas). Fremitus akan meningkat dan teraba lebih keras jika terdapat
tumor yang menginfiltrasi yang mengakibatkan transmisi getaran dari
laring ke permukaan dada meningkat
c. Perkusi
Teknik perkusi dilakukan dengan cara jari tengah diposisikan sejajar dengan
iga-iga dalam spasium interkosta. Jari-jari ditaruh dengan kuat di atas dinding
dada sebelum diketuk dengan jari tengah tangan lainnya. Teknik perkusi dapat
dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
Bunyi yang dapat dihasilkan dari perkusi yaitu:
 Sonor (resonant): terjadi bila ada cukup udara dalam alveolus, terdapat
pada orang normal
 Hipersonor (hiperresonant) : terjadi bila terlalu banyak udara di dalam
paru- paru, contohnya pada pasien dengan emfisema
 Pekak (Dull) : terjadi pada jaringan tanpa udara di dalamnya, misalnya
tumor paru, penebalan pleura
 Redup (Stony-dull) : terjadi bila bagian padat jaringan lebih banyak dari
udara di dalamnya, misalnya infiltrat konsolidasi, efusi pleura
d. Auskultasi
Untuk mendengar suara nafas perhatikan intensitas, durasi dan pitch (nada)
dari inspirasi dibandingkan dengan ekspirasi. Pada orang sehat dapat didengar
auskultasi suara nafas; vesikuler, bronchial dan bronnchovesikuler.
No Bunyi Napas Karakteristik Lokasi

1 Vesikuler - Durasi : Inspirasi > ekspirasi Sebagian


- Intensitas dan nada besar
bunyi ekspirasi : lembut / rendah area paru

2 Bronkovesikuler - Durasi : Inspirasi =ekspirasi Intercostal 1


- Intensitas dan nada dan 2, area
bunyi ekspirasi : medium interskapula
- Perbandingan 1:1

3 Bronchial - Durasi : Ekspirasi > ekspirasi Diatas


- Intensitas dan nada manubrium
bunyi ekspirasi : keras/tinggi
-
Bunyi nafas tambahan
Bunyi nafas tambahan merupakan bunyi nafas yang disebabkan oleh karena
adanya gangguan pada bagian paru.
No Bunyi Nafas Karakteristik Penyebab

1 Ronkhi kering - Terdengar kontinyu / - Lewatnya udara


terus-menerus melalui
- Terbagi atas (sibilant penyempitan
dan sonorous) saluran nafas,
- Lebih dominan pada inflamasi atau
fase ekspirasi squeking spasme saluran
dan grouning/sonorous nafas seperti pada
- Pada saluran lebih kecil bronkitis atau
terdengar squeking dan asma bronkiale
whistling (sibilant)
2. Ronkhi basah - Terdengar terputus- - Disebabkan oleh
putus (saat inspirasi sekret dalam
dalam) alveoli atau
- Terbagi atas (ronkhi bronkiolus
basah kasar, ronkhi
basah sedang, ronkhi
basah halus)

3. Pleural Friction - kasar, berciut, - Sering didapatkan


- Disertai keluhan nyeri pada pneumonia,
pleura. infark paru dan,
- Terdengar selama : tubercolosis
akhir inspirasi dan
permulaan ekspirasi.
- Tidak dapat
dihilangkan dengan
dibatukkan.
- Terdengar sangat baik
pada permukaan
anterior lateral bawah
toraks.
Cara Kerja

No Langkah Prosedur Penilaian


D TD
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan
(informed consent)
3. Mencuci tangan
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin, berikan pasien
posisi berbaring dengan posisi duduk atau posisi setengah
duduk (semifowler)
5. Melakukan anamnesis terkait keluhan utama yang dirasakan
seperti batuk, sputum atau nyeri dada. Kaji riwayat kesehatan
dahulu dan keluarga pasien*.
6. Melakukan inspeksi, lakukan penilaian terhadap pasien empat
bagian sisi dada : depan, belakang, sisi kiri dan sisi kanan saat
inspirasi dan ekspirasi. Mengkaji konfigurasi bentuk dinding
dada, pola pernapasan, adanya penggunaan otot bantu napas,
retraksi interkostalis kesimetrisan dinding ada.*
7. Melakukan palpasi untuk mengkaji kesimetrisan ekspansi
dada dengan cara* :
 Meletakkan kedua ibu jari pada ketinggian iga ke-10
dengan jari-jari tangan yang memegang secara longgar
dinding dada (rib cage) secara lateral sejajar dengan
dinding dada.
 Menggeser kedua ibu jari ke arah medial sehingga
menimbulkan lipatan kulit yang longgar pada setiap sisi
dada diantara ibu jari dan tulang belakang pasien
 Meminta pasien untuk bernapas
 Mengamati jarak antara kedua ibu jari tangan ketika kedua
bergerak saling menjauh pada saat ekspirasi dan mendekat
saat inspirasi kemudian amati kesimetrisanya
8. Melakukan palpasi untuk mengkaji fremitus taktil dengan cara
sebagai berikut*:
 Meletakkan kedua tangan pada dinding thoraks posterior
kiri dan kanan
 Meminta pasien untuk mengucapkan tujuh-tujuh atau
ninety-nine
 Merasakan vibrasi yang dirasakan kedua tangan
 Melanjutkan prosedur mengarah ke bagian bawah paru
9. Melakukan perkusi pada bagian anterior dinding dada dengan
cara sebagai berikut* :
 Memposisikan pasien tegak dengan bahu ditarik ke
belakang dan lengan berada disamping
 Melakukan perkusi 5 cm tepat di atas interkosta dimulai
dari area supraklavikula dan dilanjutkan ke bagian bawah
dengan arah zig-zag
 Membandingkan hasil bagian kiri dan kanan
10. Melakukan perkusi pada bagian posterior dinding dada
dengan cara sebagai berikut* :
 Memposisikan pasien duduk tegak dengan kepala di
fleksikan ke depan dan lengan disilangkan pada bagian
depan
 Melakukan perkusi 5 cm tepat diatas interkosta mulai dari
puncak paru-paru hingga bagian bawah dengan formasi
zig- zag
 Membandingkan hasil kiri dan kanan
11. Melakukan auskultasi pada dinding dada dengan cara sebagai
berikut*:
 Meletakkan diafragma stetoskop di area interkosta
 Meminta pasien untuk bernapas secara perlahan dengan
mulut sedikit menutup
 Mendengarkan inspirasi dan ekspirasi secara penuh pada
setiap area
 Melakukan auskultasi sesuai dengan urutan perkusi
12. Menyampaikan bahwa tindakan sudah selesai dan menanyakan
respon pasien terhadap tindakan selama pemeriksaan fisik
13. Merapikan dan memposisikan pasien senyaman mungkin
14. Merapikan alat
15. Melakukan terminasi
16. Mendokumetasikan kegiatan

Anda mungkin juga menyukai