1.1 Pendahuluan
Airway, breathing, circulation, disability, exposure dapat dipakai dalam
semua kasus emergency agar dapat mempercepat assessment dan tindakan pada
pasien. Tindakan yang dilakukan oleh tim kesehatan secara benar pada masalah
ABCDE dapat memperpendek waktu pertolongan dan meningkatkan angka
keberhasilan (International Jurnal Genearal Medicine, Published online 2012
Jan 31).
Pengelolaan airway dan breathing berfungsi untuk mempertahankan
oksigenasi ke otak dan bagian tubuh lainnya adalah bagian terpenting dalam
penanganan penderita. Tanpa ini, penderita akan meninggal dengan cepat.
Salah satu ventilasi yang paling efektif dapat dicapai dengan teknik bag
valve maks. Penelitian mengesankan bahwa teknik ventilasi satu orang,
menggunakan bag valve mask, kurang efektif dibandingkan dengan Teknik dua
orang. Kedua tangan dari satu petugas dapat digunakan untuk menjamin
kerapatan yang baik. Ventilasi dengan masker dan bagging sebisa mungkin
dilakukan oleh 2 orang penolong.( manual book ATLS 8th).
1. System ini berfungsi menyediakan oksigen bagi sel darah merah yang
kemudian akan membawa oksigen tersebut ke seluruh tubuh. Dalam proses
metabolism aoerobik, sel tubuh menggunakan oksigen sebagai bahan bakar
dan akan memproduksi karbon dioksida sebagai hasil sampingan (manual
book BTCLS 5th).
2. Pelepasan karbondioksida dari tubuh ini merupakan tugas kedua bagi sistem
respiratorik. Ketidakmampuan sistem respiratorik dalam menyediakan oksigen
bagi sel atau melepaskan karbondioksida, akan menimbulkan kematian
(manual book BTCLS 5th).
Pasien wanita bernafas lebih cepat daripada pria. Pada pernafasan normal, setiap
ekspirasi akan diikuti inspirasi dan kemudian istirahat sebentar. Inspirasi-
ekspirasi-istirahat pada bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik dan
urutannya menjadi: inspirasi-istirahat-ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan
terbalik.
Penentuan adanya jalan nafas yang baik merupakan langkah awal yang
penting, Langkah kedua adalah memastikan bahwa ventilasi cukup. Ventilasi
dapat terganggu karena sumbatan jalan nafas, juga dapat terganggu oleh mekanika
pernafasan atau depresi susunan syaraf pusat. Bila pernapasan tidak bertambah
baik dengan perbaikan jalan napas, maka penyebab lain dari gangguan ventilasi
harus dicari. Trauma langsung ke thorak dapat mematahkan iga, dan
menyebabkan rasa sakit saat bernafas, sehingga nafas menjadi dangkal dan
selanjutnya hipoksemia. Benturan driver mobil ke setir merupakan salah satu
contoh dari mekanisme trauma yang dapat menyebabkan trauma thorak
(manajemen trauma, Prof.Dr.dr.Aryono). Cedera servikal rendah dapat
menyebabkan pernapasan diafragma sehingga dibutuhkan bantuan ventilasi.
1. Oksigenasi
Menilai Pernapasan:
Petugas yang berpengalaman dalam hitungan detik dapat menilai apakah
pernapasan baik atau tidak. Penderita yang dapat berbicara kalimat panjang,
tanpa ada kesan sesak, umumnya breathing baik.
Pernapasan yang baik adalah pernapasan yang:
1. Frekuensinya normal
Bayi baru lahir : 30-40 x/menit
12 bulan : 30 x/menit
Dari 2-5 tahun : 24 x/menit
Orang dewasa : 12-20 x/menit
2. Tidak ada gejala dan tanda sesak
3. Pada pemeriksaan fisik baik
Dada penderita harus dibuka untuk melihat pernafasan yang baik. Auskultasi
dilakukan untuk memastikan masuknya udara kedalam kedua paru dengan
mendengarkan bising nafas (jangan lupa sekaligus memeriksa jantung). Perkusi
dilakukan untuk menilai adanya udara (hipersonor) atau darah (dull) dalam rongga
pleura.
Ventilasi tambahan:
Oksigen:
Untuk menilai apakah ada nafas spontan atau tidak : Look Listen Feel.
Dekatkan telinga diatas mulut dan hidung korban sambil terus
mempertahankan terbukanya jalan nafas
Perhatikan dada pasien sambil :
- Melihat turun naiknya dada
- Mendengarkan udara yang keluar saat ekspirasi
- Merasakan aliran darah.
Jika gerakan turun naiknya dada tidak didapatkan dan aliran udara keluar
waktu ekspirasi tidak ada, maka pasien dipastikan mengalami gagal nafas. Evaluasi
ini sebaiknya dilakukan dalam waktu 3 – 5 detik. Perlu diperhatikan bahwa meskipun
pasien tampak berusaha bernafas tetapi saat itu jalan nafas masih tertutup maka
pembebasan jalan nafas perlu dilakukan.
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara menentukan adanya trauma
thorak yang akan menjadi masalah pada pernafasan.
A. Inspeksi
Buka baju yang menutup dada pasien. Pemeriksaan paru dilakukan dengan
melihat adanya jejas pada kedua sisi dada, serta ekspansi kedua paru simetris atau
tidak.
B. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan kedua tangan memegang kedua sisi dada. Nilai
peranjakan kedua sisi dada penderita apakah teraba simetris atau tidak oleh kedua
tangan pemeriksa. Nilai adanya krepitasi, flail chest, maupun fraktur iga.
C. Perkusi
Dengan mengetukkan jari tengah terhadap jari tengah yang lain yang diletakkan
mendatar di atas dada. Pada daerah paru normalnya berbunyi sonor, pada daerah
jantung berbunyi redup. Pada keadaan pneumothorak akan berbunyi hipersonor,
berbeda dengan paru lainnya. Pada keadaan hemothorak akan berbunyi redup.
D. Auskultasi
Auskultasi dilakukan di kedua sisi dada, dari sisi dada yang sehat (dengarkan
suara paru) dan dengarkan juga bunyi jantung. Letak auskultasi pada 4 tempat
yakni dibawah kedua klavikula (pada garis mid-klavikularis). Dan pada kedua
mid-aksila (kosta 4-5). Bunyi nafas harus sama.
Pada pasien trauma waspada terhadap gangguan atau masalah breathing yang
cepat menyebabkan kematian
Open pneumothorax (terlihat sucking cest wound pada luka) yaitu paru
menghisap udara lewat lubang luka)
Tension pneumothorax (pasien sangat sesak, trakea bergeser, dan distensi vena
leher)
Masive hematothorax (perdarahan didalam rongga thorax)
Flail Chest dengan kontusio paru (perlu definitif)
Trauma bronkial
b. Mulut ke hidung
Cara ini dilakukan jika cara mulut ke mulut sulit, misalnya karena pasien
ompong, pasien mengalami luka di mulut, resusitasi dalam air (dimana satu
tangan penolong menopang tubuh sehingga tidak bisa memencet hidung) dan
jika mulut penolong lebih kecil dari mulut pasien.
Cara melakukannya sebagai berikut:
- Katupkan mulut pasien disertai ”chin lift” kemudian tiupkan udara seperti
pernapasan mulut ke mulut. Buka mulut pasien waktu ekshalasi.
- Evaluasi: Tanda-tanda bahwa ventilasi buatan adekuat adalah dada korban
yang terlihat naik turun
Gambar 4. BVM
c. Menggunakan jackson rees
Perlu oksigen flow ≥ 10 liter / menit akan memberikan konsentrasi O2 100%.
Bila ada perlengkapan yang mendukung boleh digunakan ventilator
Konsentrasi oksigen tergantung dari jenis alat dan flowrate (liter permenit) yang
diberikan. Kondisi pasien menentukan keperluan alat dan konsentrasi oksigen yang
diperlukan.
KONSENTRASI ALIRAN
JENIS ALAT
OKSIGEN OKSIGEN
O2 Udara Sekitar 21% -
Mouth To Mouth/Mask 16% -
Nasal Canul (Nasal Prong) 24-32% 2-4 Lpm
Simple Mask / Masker Sederhana 40-60% 6-8 Lpm
Masker Reservoar:
- Masker Reservoar Rebreathing Mask 80-90% 10 Lpm
(RM) 90-100% 10-12 Lpm
- Masker Reservoar Non – Rebreathing
Mask (NRM) 100% 10-12 Lpm
Jackson Rees 100% 10-12 Lpm
Bag Valve Mask (BVM): 40-60% -
- BVM Dengan O2 Tanpa Reservoar 21% -
- BVM Tanpa O2 Tambahan
PERHATIAN :
Pemberian oksigen atas indikasi yang tepat
Waspada pasien muntah, siapkan penghisap
Pantau pernafasan dan aliran oksigen (LPM)
CATATAN :
Oksigen menyebabkan mukosa kering
Pergunakan humidifier pada pemberian O2 > 30 menit
Terangkan pada pasien apa yang diterapkan
b. Tak langsung :
1. Nosokomial infeksi
2. Mucus plug
3. Kembung
4. Barotrauma
1. Nasale Canul
Intruksi kerja
1. Mengkaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi perintah pengobatan
2. Menyiapkan klien dan keluarga :
Mengatur posisi klien jika memungkinkan posisi semifowler jika
memungkinkan.
Menjelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya jika petunjuk keamanan
diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea.
Menginformasikan pada klien dan keluarga tentang petunjuk keamanan
yang berhubungan dengan penggunaan oksigen.
3. Atur peralatan oksigen dan humidifier
4. Memutar oksigen sesuai terapi dan memastikan alat dapat berfungsi.
Mengecek apakah oksigen dapat mengalir secara bebas lewat slang.
Mengatur oksigen dengan flowmeter sesuai dengan perintah, misalnya
2-6 l/mnt.
5. Meletakkan nasal kanul pada wajah klien, dengan lubang kanule masuk
ke hidung dan karet pengikat melingkar ke kepala. Beberapa model lain,
karet pengikat ditarik ke bawah dagu.
6. Jika kanule ingin tetap berada ditempatnya, plesterkan pada bagian
wajah.
7. Mengalasi slang dengan kasa pada karet pengikat pada telinga dan
tulang pipi jika dibutuhkan.
8. Observasi keadaan klien.
9. Dokumentasikan tindakan.
2. Masker Sederhana
Bahan :
1. Sarung tangan bersih
2. Kassa jika perlu
Intruksi kerja
1. Mengkaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi perintah pengobatan
2. Menyiapkan klien dan keluarga :
Mengatur posisi klien jika memungkinkan posisi semifowler jika
memungkinkan.
Menjelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya jika petunjuk keamanan
diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea.
Menginformasikan pada klien dan keluarga tentang petunjuk keamanan
yang berhubungan dengan penggunaan oksigen.
3. Atur peralatan oksigen dan humidifier
4. Memutar oksigen sesuai terapi dan meastiakn alat dapat berfungsi.
Mencek apakah oksigen dapat mengalir secara bebas lewat slang.
Mengatur oksigen dengan flowmeter sesuai dengan perintah, misalnya 2-
6 l/mnt.
5. Menempatkan masker kearah wajah klien dan letakkan dari hidung ke
bawah.
6. Mengatur masker sesuai dengan bentuk wajah, masker harus menutup
wajah sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar lewat mata atau sekitar
pipi dan dagu.
7. Mengikatkan karet pengikat melingkar kepala klien sehingga masker terasa
nyaman
8. Mengalasi karet di belakang telinga dan di atas tulang yang menonjol. Alas
akan mencegah iritasi karena masker.
9. Observasi keadaan klien.
10. Dokumentasikan tindakan.
3. Masker Rebreathing Mask (RM)
Definisi
Masker Rebreathing mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80%
dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus
mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen
masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir,
ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi
CO2 lebih tinggi daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Keuntungan
1. Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
2. Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
1. Kantung oksigen bisa terlipat
2. Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah
Persiapan Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier
2. Masker rebreathing
3. Selang oksigen
Bahan
1. Sarung tangan
2. Water steril
Instruksi Kerja
1. Prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
R/ menghindari ansietas pada pasien
2. Cuci tangan sebelum tindakan
R/ Menurunkan transfer mikroorganisme
3. Memakai sarung tangan
R/ Sebagai alat pelindung diri
4. Hubungkan masker ke selang oksigen dan ke humidifier
R/ Mengalirkan oksigen pada masker
5. Isi oksigen ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong
dengan sungkup
R/ agar kantong bisa mengembang dan konsentrasi oksigen yang diberikan
mencapai 60-80%
6. Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman
R/ agar sungkup tidak bergerak dan terlepas.
7. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan (untuk
masker non rebreathing 8-12 Lt/menit). Kemudian observasi humidifier
pada tabung air yang menunjukkan adanya gelembung
R/ mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan sehinga melukai
klien. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
R/ Menurunkan transfer mikroorganisme
Kontra indikasi
Komplikasi
Instruksi Kerja
Pengertian
Alat ini terdiri dari kantong karet elastis yang dikembangkan dengan aliran
oksigen 10 – 12 lpm. Setelah dipijat untuk memberikan gas inhalasi , kantong
akan diisi oleh aliran oksigen lagi . Alat ini mutlak tergantung dari oksigen.
Keuntungannya adalah kadar oksigen inspirasi dapat diberikan sampai 100%.
Sistem Jackson Rees tidak menggunakan katub. "ada dasarnya semua alat anestesi
inhalasi dapat dignakan untuk memberikan napas buatan.
Fungsi
Jakson Rees berfungsi untuk memonitor nafas spontan atau memudahkan
melakukan kendali.
Cara Kerja
Jackson Rees merupakan modifikasi dari Mapleson dikenal sebagai Jackson Rees
Mapleson. Ada respirasi spontan, mekanisme bantuan dari kantung dibiarkan
terbuka penuh. Agar respirasi terkendali, lubang pada kantung dapat tertutup oleh
pasien selama inspirasi dan pertukaran dilakukan dengan meremas kantung.
Definisi
Suatu kegiatan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan
pernapasan buatan dengan ambubag atau bag vaalve mask untuk menjamin
kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2
Indikasi
1. Pasien dengan gangguan sistem pernapasan dan memerlukan bantuan
pernapasan
2. Pasien dengan henti nafas
3. Pasien dengan cardiac arrest
4. Pasien dengan respiratory failure
5. Pasien yang sebelum, selama atau sesudah menjalani suction
Kontraindikasi
Alat :
Bahan :
1. Endotrakeal tube
2. handsoon 2, 1 bersih, 1 steril
3. stylet
4. plester
5. spuit 10 cc
6. jelly anestesi/ anestesi topical
Instruksi Kerja