ELEKTROKARDIOGRAFI
HIPGABI 82 JATIM
Node.
3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
a. Cabang berkas kiri (Left Bundle Branch)
b. Cabang berkas kanan (Right Bundle Branch)
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan
lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel
ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang
terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga
tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis
mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20-40 kali permenit.
HIPGABI 85 JATIM
Garis vertikal
- 1 mm
= 0,10 mV
- 10 mm
= 1,00 mV
H. M
e
n
g
u
k
u
HIPGABI 87 JATIM
r Axis
Gambar 6. Segitiga Eithoven
Cara mengukur aksis jantung dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Penghitungan dilakukan di lead I dan aVF karena dari gambar di
atas Lead I dengan AVF membentuk sudut 90 derajat.
b. R adalah tinggi gelombang R yang dimulai garis isoelektris sampai
ujung gelombang R.
c. S adalah tinggi gelombang S yang dimulai dari garis isoelektris
sampai ujung gelombang S (lihat contoh dibawah)
Gambaran EKG
IRAMA SINUS
1. Normal Synus Rhythm (NSR)
Irama
: Teratur
Heart Rate
: 60 100 kali/menit
Gelombang P : Normal, setiap gel P diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR
: Normal
Gel. QRS
: Normal
HIPGABI 90 JATIM
Setelah kita dapat mengetahui EKG yang normal, barulah kita dapat
membaca hasil rekaman EKG yang tidak normal. Ada banyak macam
gambaran EKG yang abnormal, pada kesempatan ini diutamakan untuk
gambaran EKG yang mengancam jiwa.
2.
Sinus takikardi
Irama
: Teratur
Heart Rate
: > 100-150kali/menit
Gelombang P : Normal, setiap gel P diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR
: Normal
Gel. QRS
: Normal
3.
Sinus Bradikardi
Irama
: Teratur
Heart Rate
: < 60 kali/menit
Gelombang P : Normal, setiap gel P diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR
: Normal
Gel. QRS
: Normal
HIPGABI 91 JATIM
4.
Sinus Aritmia
Irama
: Tidak teratur
Heart Rate
: Biasanya antara 60-100 kali/menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang sama
Interval PR
: Normal
Gel. QRS
: Normal
5.
Sinus Arest
Irama
Heart Rate
Gelombang P
Interval PR
Gel. QRS
Atrial Fluter
Irama
: Biasanya teratur, bisa juga tidak teratur
Heart Rate
: Bervariasi, bisa normal, lambat atau cepat
Gelombang P : Tidak Normal, seperti gigi gergaji, teratur dan dapat
dihitung, misal:
HIPGABI 92 JATIM
Interval PR
Gel. QRS
7.
Asystole
Irama
:
Tidak
ada
Heart Rate:
Tidak ada
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR
: Tidak ada
Gel. QRS
: Tidak ada
8.
Atrial Fibrilasi
Irama
: Tidak teratur
Heart Rate
: Bervariasi ( normal, lambat atau cepat )
Rapid respond: HR 100 kali/menit
Normo respond: HR 60-100 kali/menit
Slow Respond: HR 60 kali/menit
Gelombang P : Tidak dapat diidentifikasi, sering terlihat keriting
Interval PR
: Tidak dapat dihitung
Gel. QRS
: Normal
HIPGABI 93 JATIM
9.
10.
HIPGABI 94 JATIM
11.
12.
HIPGABI 95 JATIM
13.
14.
HIPGABI 96 JATIM
DAFTAR PUSTAKA
Agus Subagyo, et.al.. 2011. Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar Basic
Cardiac Life Support. Jakarta
AHA. 2011. BLS for Health Care Provider, Student Manual Professional.
USA
Arjatmo Tjokronegoro, AH Markum. 1981. Kedaruratan dan Kegawatan Medik.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Diklat Rumah Sakit Dr.Soetomo. 2011. Buku Panduan PPGD-General
Emergency Life Support. Surabaya
Mangku, Gde. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta :
Indeks
Muttaqin, Arif.2009. Askep Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Salemba Medika.Jakarta.
NC Chandra, MF Hazinski. 2005. Basic Life Support For Health Provider.
American Heart Association.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI). 2011.
Advanced Cardiac Life Support. Jakarta
Pratanu S. 2006. Interpretasi Elektrokardiografi dalam Kursus
Elektrokardiografi. Edisi ke-3. Surabaya
HIPGABI 97 JATIM
HIPGABI 98 JATIM