Anda di halaman 1dari 17

BAB 9

ELEKTROKARDIOGRAFI

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah menyelesaikan BAB ini diharapkan peserta memahami dan
mengetahui tentang elektrokardiografi.
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mampu mengetahui definisi dan melakukan pemasangan elektrokardiografi.
2. Mampu mengetahui gambaran EKG normal.
3. Mampu mengetahui kelainan gambaran EKG.
A. Dasar-Dasar EKG
EKG merupakan sebuah alat bantu yang sangat penting di klinik karena
alat ini seringkali memberikan informasi mengenai kondisi jantung saat
itu juga. Dengan melihat sekilas saja rekaman EKG, sudah dapat
mengetahui bahaya yang sedang mengancam organ jantung pasien
seperti infark miokard. Namun, EKG hanyalah sebuah alat bantu,
kemampuannya tergantung pada kemampuan pemakai dalam
menggabungkan data-data klinis pasien dengan informasi yang didapat
dari rekaman EKG.
B. Fisiologi dasar dari EKG
Kontraksi otot jantung diatur oleh suatu titik di atrium kanan yang
dikenal sebagai sinus node. Sel-sel otot jantung memiliki sifat khusus.
Sel-sel ini mengalami depolarisasi spontan pada laju berbeda-beda
(yakni muatan pada membran sel berubah pada laju tertentu tanpa
rangsang eksternal). Sel-sel sinus node kebetulan mengalami
depolarisasi lebih cepat dibandingkan sel-sel otot jantung lainnya,
sehingga frekuensi denyut jantung ditentukan di sini.
Impuls listrik yang ditimbulkan di sinus node menyebar melalui
kedua atrium, sehingga menyebabkan kontraksi kedua atrium. Ketika
impuls mencapai septum atrio-ventricular , impuls disaring oleh annulus
fibrosis, sehingga hanya berjalan sepanjang struktur yang dikenal
sebagai "bundle of His". Struktur ini bekerja sebagai penunda (delay
box), menghasilkan "PQ" interval. Kemudian impuls berjalan sepanjang
cabang berkas kanan dan kiri, dan disalurkan ke miokard ventrikel via

HIPGABI 82 JATIM

"serabut Purkinje' . Ini menghasilkan kontraksi ventrikel yang berasal


dari apeks.
Kontraksi
terkoordinasi
menghasilkan
gelombang
EKG
Gelombang"P" menunjukkan kontraksi atrium. Kompleks "QRS"
berkaitan dengan kontraksi kedua ventrikel, Ini lebih besar daripada
gelombang"P" karena massa otot relatif lebih besar di ventrikel
dibandingkan atrium. Repolarisasi atau relaksasi ventrikel bisa dilihat
dalam bentuk gelombang "T" , sedangkan repolarisasi kedua atrium
diselubungi oleh kompleks "QRS".

Gambar 1. Kurva EKG


C. Sistem Konduksi Hantaran
1. SA Node (Sino-Atrial Node)
Terletak di batas atrium kanan (RA) dan vena cava superior
(VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan
teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi
60-100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga
menyebabkan seluruh atrium terangsang
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas
katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluarkan
impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 4060 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih
rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih
tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV
HIPGABI 83 JATIM

Node.

3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
a. Cabang berkas kiri (Left Bundle Branch)
b. Cabang berkas kanan (Right Bundle Branch)
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan
lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel
ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang
terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga
tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis
mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20-40 kali permenit.

Gambar 2. Sistem konduktivitas jantung


HIPGABI 84 JATIM

D. Bagaimana mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan EKG


Pertama-tama sebelum dan setelah melakukan tindakan adalah
mencuci tangan dahulu kemudian perkenalkan diri anda kepada pasien
dengan menyebutkan;
a. Nama anda, jika pasien bukan pasien anda
b. Alasan mengerjakan pemeriksaan ini
c. Jelaskan apa yang akan anda lakukan.
d. Tekankan bahwa pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa nyeri.
e. Sebagian pasien psikiatri akan mengira mereka akan menjalani
ECT, jelaskan perbedaan.
f. Ajak bicara pasien agar mereka bisa santai.
Sekarang untuk persiapan fisik sebenarnya. Pasien harus buka
pakaian sampai setinggi pinggang untuk memaparkan dada.
Pergelangan kaki pasien juga harus terpapar.
Jika anda menggunakan alat yang dilengkapi stiker logam,
penting untuk menggosok kulit pasien dengan kapas alkohol sebelum
aplikasi untuk menjamin kontak listrik yang baik.
Jika alat anda memiliki suction cups, maka semprotan elektrolit
harus dikenakan ke daerah kulit di mana elektrode akan ditempelkan.
Pria dengan bulu dada tebal mungkin memerlukan elektrolit gel untuk
menempelkan, atau perlu dicukur.
Terakhir usahakan pasien berbaring, nyaman dan santai.

HIPGABI 85 JATIM

Gambar 3. Sadapan EKG


E. Bagaimana mengerjakan EKG dengan benar
Penempatan sadapan dada yang benar perlu untuk menjamin kualitas
EKG.
Posisi standar untuk sadapan dada adalah sebagai berikut:
1. V1 ruang intercostal IV, tepi kanan sternum
2. V2 ruang intercostal IV, tepi sternum kiri
3. V4 (Jangan khawatir, bukan kesalahan, tempatkan elektrode
keempat sebelum ketiga) Ruang intercostal kelima di garis
midclavicula
4. V3 di pertengahan antara elektrode kedua dan keempat
5. V5 terletak pada iga ke lima di garis aksilaris anterior
6. V6 pada suatu garis horisontal dengan V5 di garis aksilaris media
Gambar 4. Lokasi sadapan EKG
F. Kertas EKG
Kertas ekg terdiri dari garis tipis membatasi kotak kecil seluas 1 mm x
1mm dan garis tebal membatasi kotak besar seluas 5 mm x 5 mm.
Standard Rekaman EKG :
Kecepatan rekaman
: 25 mm/detik
Kalibrasi
: 1 milivolt (mV) = 10 mm
( standar ganda, separuh, seperempat )
HIPGABI 86 JATIM

Ukuran di Kertas EKG :


Garis horizontal
- Tiap satu mm
= 1/25 detik = 0,04 detik
- Tiap lima mm
= 5/25 detik = 0,20 detik
- Tiap 25 mm
= 25 x 0,04 = 1,00 detik

Garis vertikal
- 1 mm
= 0,10 mV
- 10 mm
= 1,00 mV

Gambar 5. Ukuran kertas EKG


G. Menghitung frekwensi denyut jantung
Cara menghitung frekwensi denyut jantung dari rekaman EKG adalah
sebagai berikut:
Menentukan frekuensi jantung
A. 300 = ( jumlah kotak besar dlm 60 detik )
Jml kotak besar antara R R
B. 1500 = (jumlah kotak kecil dlm 60 detik )
Jumlah kotak kecil antara R R
C. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS kemudian
dikalikan 10 kali.
Catatan : Rumus A/B untuk EKG yang iramanya teratur (reguler),
sementara rumus C untuk yang tidak teratur (ireguler).

H. M
e
n
g
u
k
u
HIPGABI 87 JATIM

r Axis
Gambar 6. Segitiga Eithoven
Cara mengukur aksis jantung dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Penghitungan dilakukan di lead I dan aVF karena dari gambar di
atas Lead I dengan AVF membentuk sudut 90 derajat.
b. R adalah tinggi gelombang R yang dimulai garis isoelektris sampai
ujung gelombang R.
c. S adalah tinggi gelombang S yang dimulai dari garis isoelektris
sampai ujung gelombang S (lihat contoh dibawah)

Gambar 7. Cara menghitung Axis


1. Masukkan hasil penghitungan Lead I pada garis horisontal ke kanan
(sumbu x), dan aVR pada garis vertikal ke bawah (sumbu y).
2. Gunakan busur derajat untuk menghitung sudut aksis.

Gambar 8. Patokan arah axis

I. Anatomi dan Interpretasi


Gambar 9.

Gambaran EKG

Aktivitas jantung yang terekam pada rekaman ekg dimulai dari


siklus kontraksi dan relaksasi atrium yang digambarkan oleh gelombang
P. Gelombang ini merupakan defleksi pertama ke atas berbentuk
cembung menyerupai bukit. Kemudian diikuti dengan kontraksi ventrikel
yang digambarkan oleh kompleks QRS dan diakhiri oleh relaksasi
ventrikel yang digambarkan oleh gelombang T.
Keterangan :
a. Garis putus-putus hijau adalah garis iso-elektrik.
b. Garis putus-putus merah adalah interval PR, durasi normal adalah
< 5 kotak kecil (kk) atau < 0,2 detik.
c. Garis putus-putus biru adalah kompleks QRS, durasi normal
adalah < 3 kk atau < 0,12 detik.
d. Garis Kuning adalah segmen ST.
HIPGABI 88 JATIM

e. Garis putus-putus hitam adalah Interval RR.

Gambar 10. Gambar EKG normal


Gelombang P
Menggambarkan aktivitas depolarisasi atrium kanan dan kiri ( dari
kanan ke kiri dan ke bawah )
Ciri-ciri gelombang P normal:
Arah vektor normal (selalu positif di II dan selalu negatif di aVR)
Tinggi : kurang dari 3 mm (2,5 mm)
Durasi ( lebar ): kurang dari 3 mm (0,10 det)
Gelombang P abnormal
Gangguan konduksi intra atrial
Tidak selalu disebabkan hipertrofi atria
Gelombang Q
Menggambarkan awal dari fase depolarisasi ventrikel.
Ciri-ciri gelombang Q patologis :
1. Lebarnya sama atau lebih dari 0,04 detik (1 mm)
2. Dalamnya lebih dari 25% amplitudo gelombang R
Kepentingan :
Menunjukkan adanya nekrosis miokard (infark miokard)
Gelombang Q pada sandapan aVR : normal
3. Gelombang R
Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel
Abnormal :
HIPGABI 89 JATIM

1. Menandakan adanya hipertrofi ventrikel


2. Menandakan adanya tanda-tanda B.B.B
4. Gelombang S
Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel
Kepentingan: hampir sama dengan gelombang R
5. QRS Komplek
Memiliki nilai normal lebar 0,06 0,10 detik
6. Gelombang T
Menggambarkan fase repolarisasi ventrikel
Arah normal :
- Sesuai dengan arah gelombang utama kompleks QRS
- Positif di sandapan II
Amplitudo normal :
< 10 mm di sandapan dada
< 5 mm di sandapan ekstremitas
Minimum 1 mm
Abnormal :
1. Menandakan adanya iskemia/ infark
2. Menandakan adanya kelainan elektrolit
ST segment normal
tidak ada elevasi atau depresi

IRAMA SINUS
1. Normal Synus Rhythm (NSR)
Irama
: Teratur
Heart Rate
: 60 100 kali/menit
Gelombang P : Normal, setiap gel P diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR
: Normal
Gel. QRS
: Normal

HIPGABI 90 JATIM

Setelah kita dapat mengetahui EKG yang normal, barulah kita dapat
membaca hasil rekaman EKG yang tidak normal. Ada banyak macam
gambaran EKG yang abnormal, pada kesempatan ini diutamakan untuk
gambaran EKG yang mengancam jiwa.
2.

Sinus takikardi
Irama
: Teratur
Heart Rate
: > 100-150kali/menit
Gelombang P : Normal, setiap gel P diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR
: Normal
Gel. QRS
: Normal

3.

Sinus Bradikardi
Irama
: Teratur
Heart Rate
: < 60 kali/menit
Gelombang P : Normal, setiap gel P diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR
: Normal
Gel. QRS
: Normal

HIPGABI 91 JATIM

4.

Sinus Aritmia
Irama
: Tidak teratur
Heart Rate
: Biasanya antara 60-100 kali/menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang sama
Interval PR
: Normal
Gel. QRS
: Normal

5.

Sinus Arest
Irama
Heart Rate
Gelombang P
Interval PR
Gel. QRS

: Teratur, kecuali pada yang hilang


: Biasanya 60 kali/menit
: Normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS
: Normal
: Normal

Hilang gel P,QRS,T ( fase arrest ) bukan merupakan kelipatan kelipatan


dari irama dasar
6.

Atrial Fluter
Irama
: Biasanya teratur, bisa juga tidak teratur
Heart Rate
: Bervariasi, bisa normal, lambat atau cepat
Gelombang P : Tidak Normal, seperti gigi gergaji, teratur dan dapat
dihitung, misal:
HIPGABI 92 JATIM

Interval PR
Gel. QRS
7.

P:QRS = 2:1, 3:1 atau 4:1


: Tidak dapat dihitung
Normal

Asystole
Irama
:
Tidak
ada
Heart Rate:
Tidak ada
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR
: Tidak ada
Gel. QRS
: Tidak ada

8.

Atrial Fibrilasi
Irama
: Tidak teratur
Heart Rate
: Bervariasi ( normal, lambat atau cepat )
Rapid respond: HR 100 kali/menit
Normo respond: HR 60-100 kali/menit
Slow Respond: HR 60 kali/menit
Gelombang P : Tidak dapat diidentifikasi, sering terlihat keriting
Interval PR
: Tidak dapat dihitung
Gel. QRS
: Normal

HIPGABI 93 JATIM

9.

Ventrikel Takikardi (VT)


Irama
: Teratur
Heart Rate
: > 100 kali/menit
Gelombang P : Tidak terlihat
Interval PR
: Tidak ada
Gel. QRS
: Lebar ( > 0,12 )

10.

Ventrikel Fibrilasi (VF)


Irama
: Tidak teratur
Heart Rate
: Tidak dapat dihitung
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR
: Tidak ada
Gel. QRS
: Tidak dapat dihitung bergelombang dan tidak teratur

HIPGABI 94 JATIM

11.

Blok AV Derajat I ( First Degree AV Blok )


Irama
: Teratur
Heart Rate
: Umumnya normal antara 60 - 100 x/menit
Gelombang P : Normal
Interval PR : Memanjang, lebih dari 0,20 detik
Gel. QRS
: Normal

12.

Second Degree AV Blok / tipe Mobitz 1 (Wenchenbach)


Irama
: Tidak teratur
Heart Rate
: Normal dan kurang dari 60 x/menit
Gelombang P : Normal tapi ada satu gel.P yg tidak diikuti gel QRS
Interval PR
: Makin lama makin panjang, sampai ada gel.P yg tidak
diikuti gel.
QRS, kemudian siklus makin panjang
berulang.
Gel. QRS
: Normal

HIPGABI 95 JATIM

13.

Blok AV Derajat II tipe Mobitz 2


Irama
: Umumnya tidak teratur, kadang bisa teratur
Frekwensi HR : Umumnya lambat kurang dari 60 x/menit
Gelombang P : Normal/tapi ada satu gel.p yg tidak diikuti gel qrs
Interval PR
: Normal atau memanjang secara konstan.
Gel. QRS
: Normal

14.

Blok AV Drajat III ( Total AV Blok )


Irama
: Teratur
Frekwensi HR : Kurang dari 60 x/menit
Gelombang P : Normal, tetapi gel P dan QRS berdiri sendiri-sendiri
sehingga gel P kadang diikuti gel QRS kadang tidak.
Interval PR
: Berubah-ubah
Gel. QRS
: Normal/memanjang lebih dari 0,12 detik

HIPGABI 96 JATIM

DAFTAR PUSTAKA

Agus Subagyo, et.al.. 2011. Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar Basic
Cardiac Life Support. Jakarta
AHA. 2011. BLS for Health Care Provider, Student Manual Professional.
USA
Arjatmo Tjokronegoro, AH Markum. 1981. Kedaruratan dan Kegawatan Medik.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Diklat Rumah Sakit Dr.Soetomo. 2011. Buku Panduan PPGD-General
Emergency Life Support. Surabaya
Mangku, Gde. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta :
Indeks
Muttaqin, Arif.2009. Askep Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Salemba Medika.Jakarta.
NC Chandra, MF Hazinski. 2005. Basic Life Support For Health Provider.
American Heart Association.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI). 2011.
Advanced Cardiac Life Support. Jakarta
Pratanu S. 2006. Interpretasi Elektrokardiografi dalam Kursus
Elektrokardiografi. Edisi ke-3. Surabaya
HIPGABI 97 JATIM

Safar, Peter .1988. Cardiopulmonary cerebral resuscitation: an introduction to


resuscitation medicine. WB Saunders Company. Philadelphia.
Shirley A. Jones.2005.ECG Notes. FA Davis Company. Philadelphia
Yayasan AGD 118. 2011. Basic Trauma and Cardiac Life Support. Panduan
untuk Peserta. Tidak dipublikasikan. Jakarta

HIPGABI 98 JATIM

Anda mungkin juga menyukai