Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan EKG Oleh Emi Listiyani, 0906510804

Jantung memiliki suatu sistem dimana selnya mempunyai kemampuan untuk membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik secara spontan. Setiap denyut jantung normal merupakan hasil pembangkitan impuls listrik di SINO-ATRIAL NODE (SA Node), yang mengatur frekuensi dan irama dneyutan jantung. Pola hantaran normal jantung dikenal sebagai IRAMA SINUS (sinus rhythm) karena denyut tersebut berasal dari SA Node. Impuls jantung kemudian akan meninggalkan SA Node dan berpencar menuju otot atrium melalui jalur intra atrium. Rangsangan listrik ini mengakibatkan kontraksi kedua atrium. Impuls kemudian sampai ke atrio ventrikuler node (AV Node) dimana impuls dihamburkan untuk memberikan waktu kontraksi kedua atrium selesai dan memastikan pengisian darah di ventrikel. Mengikuti penghambatan di AV Node, impuls kemudian mencapai BERKAS HIS, lalu turun ke kanan dan kiri dari cabang berkas dan naik ke serat PURKINJE. Peristiwa ini tidak lebih dari beberapa detik dan mengakibatkan kontraksi ventrikel. Hantaran impuls sepanjang serabut khusus, 5 kali lebih cepat dibandingkan pada serabut otot jantung tdak khusus. Transmisi impuls yang cepat merangsang sel otot selalui kedua ventrikel berkontraksi secara terus menerus. Frekuensi denyutan alami pada jalur hantaran pacemaker : SA Node AV Node Sistem Purkinje : 60-100 x/menit : 40-60 x/menit : 25-40 x/menit

EKG atau elektrokardiogram adalah rekaman grafik aktivitas listrik yang menyertai kontraksi atrium dan ventrikel jantung atau rekaman kompleks yang menggambarkan penyebaran keseluruhan aktivitas di jantung selama repolarisasi dan depolarisasi. A. Tujuan 1. Memahami kelistrikan jantung sebagai dasar elektrofisiologi EKG

2. Memasang elektroda pada klien untuk pencatatan 12 hantaran rutin EKG


3. Melakukan pengaturan kepekaan dan kecepatan alat pada perekaman EKG

4. Melakukan perekaman EKG yang memenuhi persyaratan 5. Menuliskan hasil yang diperoleh pada formulir analisis EKG 6. Membuat simpulan berdasarkan hasil kurva EKG yang diperoleh B. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang dibutuhkan ketika melakukan prosedur penggunaan EKG antara lain : Elektrokardiogram Elektroda ekstemitas Elektroda isap (suction electrode) Kawat penghubung klien dan kawat penghubung tanah (grounding) Kapas dan alkohol Elektrolit jelly

C. Kompetensi Dasar yang Harus Dimiliki Sebelum kita membahas mengenai penggunaan EKG, terlebih dahulu kita mengetahui sistem konduksi (listrik jantung) yang berperan dalam pencatatan pada EKG, yang terdiri dari :
1. SA Node ( Sino-Atrial Node ). Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava

superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node). Terletak di septum internodal bagian sebelah

kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluarkan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.

3. Berkas His. Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu Cabang

berkas kiri ( Left Bundle Branch) dan Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch ). Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinje.
4. Serabut Purkinje. Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel

ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali/menit.

D. Aspek keamanan dan Keselamatan


1. 2. 3. 4.

Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG. Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan. Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu

kecil.
5.

Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor,

bergerak, batuk dan lain-lain.


6.

Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.

E. Prosedur Persiapan klien 1) Anjurkan klien berbaring dengan tenang dengan bertelanjang dada. Berikan penjelasan mengenai tujuan dan jalannya prosedur pemeriksaan. 2) Kepala diberikan bantal, lepaskan perhiasan klien yang akan mengganggu jalannya pemeriksaan. 3) Bersihkan permukaan kulit di kedua pergelangan tangan dan kaki dengan menggunakan kapas beralkohol.

4) Berikan keempat elektroda ekstremitas dengan EKG jelly secukupnya, dan pasang elektroda tersebut ditempat yang telah dibersihkan. 5) Hubungkan kabel penghubung klien dengan elektroda.

Kabel RA (right arm) merah dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kanan

Kabel LA (left arm) kuning dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kiri

Kabel LL (left leg) hijau dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kiri Kabel RL (right leg) hitam dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kanan

6) Bersihkan pula permukaan kulit di dada klien yang akan dipasang elektroda prekordial dengan kapas alcohol 7) Berikan keenam elektroda prekordial (bentuk balon hisap) dengan EKG jelly secukupnya, dan pasang elektroda tersebut ditempat yang telah dibersihkan 8) Hubungkan kabel penghubung klien dengan elektroda sebagai berikut: C1 : ruang interkostal IV garis sternal kanan, dengan kabel

merah C2 : ruang interkostal IV garis sternalkiri, dengan kabel

kuning C3 : pertengahan garis lurus yang menghubungkan C2 dan kabel hijau : : ruang interkostal V kiri di garis medioklavicula titik potong garis aksila kiri dengan garis mendatar dari

C4, dengan C4 C6 : C4 C5

titik potong garis aksila kiri dengan garis mendatar dari

C4 dan C5

Pada C2 dan C4 merupakan titik-titik yang digunakan untuk mendengar

bunyi jantung I dan II

Persiapan peralatan 1. Bersihkan permukaan elerktroda lempeng (ekstremitas) dan elektroda hisap

(prekordial) dengn kapas alkohol/tissue 2. Nyalakan power on/off alat EKG. Hubungkan kabel klien dengan mesin EKG

*Langkah Penggunaan tiap EKG berbeda-beda, sesuai dengan merknya.

Setelah melakukan prosedur 1. Setelah selelsai dilakukan pemeriksaan EKG, tuliskan identititas klien seperti :

nama, usia, jenis kelamin, jam pemeriksaan 2. Setelah selesai pencatatan alat harus dirapikan dan dibersihkan kembali seperti

semula.

Gambar gelombang EKG

Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas

Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T. Gelombang-gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala waktu horisontal dan skala voltase vertikal. Makna gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut.
1. Gelombang P: Selama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan

dari nodus SA ke nodus AV, dan menyebar dari atrium kanan ke atrium kiri. Hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS membantu membedakan sejumlah aritmia jantung Bentuk dan durasi gelombang P dapat menandakan pembesaran atrium.

Interval PR: diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls pada nodus AV.
2. Komplek QRS: Kompleks QRS adalah struktur EKG yang berhubungan dengan

depolarisasi ventrikel. Karena ventrikel mengandung lebih banyak massa otot daripada atrium, kompleks QRS lebih besar daripada gelombang P. Di samping itu, karena sistem His/Purkinje mengkoordinasikan depolarisasi ventrikel, kompleks QRS cenderung memandang "tegak" daripada membundar karena pertambahan kecepatan konduksi. Kompleks QRS yang normal berdurasi 0,06-0.10 s (60-100 ms) yang ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau kurang, namun setiap ketidaknormalan konduksi bisa lebih panjang, dan menyebabkan perluasan kompleks QRS.
3. Segmen ST: Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T serta

berdurasi 0,08-0,12 s (80-120 ms). Segmen ini bermula di titik J (persimpangan antara kompleks QRS dan segmen ST) dan berakhir di awal gelombang T. Namun, karena biasanya sulit menentukan dengan pasti di mana segmen ST berakhir dan gelombang T berawal, hubungan antara segmen ST dan gelombang T harus ditentukan bersama. Durasi segmen ST yang khas biasanya sekitar 0,08 s (80 ms), yang pada dasarnya setara dengan tingkatan segmen PR dan TP. Segmen ST normal sedikit cekung ke atas. Segmen ST yang datar, sedikit landai, atau menurun dapat menandakan iskemia koroner.

Elevasi segmen ST bisa menandakan infark otot jantung. Elevasi lebih dari 1 mm dan lebih panjang dari 80 ms menyusul titik J. Tingkat ukuran ini bisa positif palsu sekitar 15-20% (yang sedikit lebih tinggi pada wanita daripada pria) dan negatif palsu sebesar 20-30%.

4. Gelombang T: Gelombang T menggambarkan repolarisasi (atau kembalinya)

ventrikel. Interval dari awal kompleks QRS ke puncak gelombang T disebut sebagai periode refraksi absolut. Separuh terakhir gelombang T disebut sebagai periode refraksi relatif (atau periode vulnerabel). Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia akan mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T.
5. Interval QT : interval QT diukur dari awal kompleks QRS ke akhir gelombang T.

Interval QT yang normal biasanya sekitar 0,40 s. Interval QT di samping yang terkoreksi penting dalam diagnosis sindrom QT panjang dan sindrom QT pendek. Interval QT beragam berdasarkan pada denyut jantung, dan sejumlah faktor koreksi telah dikembangkan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut jantung. Arus listrik yang dihasilkan dalam jantung selama depolarisasi akan dihantarkan ke seluruh permukaan tubuh. Muatan listrik tersebut dapat dicatat dengan menggunakan elektroda yang ditempelkan pada kulit. Berbagai kombinasi elektroda-elektroda ini akan menghasilkan sadapan standar. Masing-masing sadapan mencatat peristiwa listrik dari seluruh siklus jantung; namun masing-masing hantaran meninjau jantung dari sudut pandang yang agak berbeda. Oleh karena itu, bentuk gelombang pada setiap sadapan yang terbentuk sedikit berbeda. Pada umumnya dirancang tiga kategori sadapan: Sadapan standar anggota tubuh (sadapan I, II, dan III): sadapan ini mengukur perbedaan potensial listrik antara dua titik; sehingga sadapan ini bersifat bipolar, dengan satu kutup negatif dan satu kutup positif. Sadapan I adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan elektrode positif (hitam) di lengan kiri. Sadapan II adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan elektrode positif (merah) di kaki kiri.

Sadapan III adalah dipol dengan elektrode negatif (hitam) di lengan kiri dan elektrode positif (merah) di kaki kiri.

Sadapan anggota badan yang diperkuat (aVR, aVL, aVF): hantaran ini disesuaikan secara elektris untuk mengukur potensial listrik absolut pada satu tempat pencatatan, yaitu dari elektroda positif yang ditempatkan pada ekskremitas, dengan demikian merupakan suatu sadapan unipolar. Sadapan aVR atau "vektor tambahan kanan" memiliki elektrode positif (putih) di lengan kanan. Elektrode negatif merupakan gabungan elektrode lengan kiri (hitam) dan elektrode kaki kiri (merah), yang "menambah" kekuatan sinyal elektrode positif di lengan kanan.

Sadapan aVL atau "vektor tambahan kiri" mempunyai elektrode positif (hitam) di lengan kiri. Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan (putih) dan elektrode kaki kiri (merah), yang "menambah" kekuatan sinyal elektrode positif di lengan kiri.

Sadapan aVF atau "vektor tambahan kaki" mempunyai elektrode positif (merah) di kaki kiri. Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan (putih) dan elektrode lengan kiri (hitam), yang "menambah" sinyal elektrode positif di kaki kiri

Sadapan perikordial atau dada (sadapan V1 hingga V6): merupakan sadapan unipolar yang mencatat potensial listrik absolut pada dinding atau prekordium. Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4. Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks berpindah). Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior. Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.

Gambar Pembentukan Gelombang EKG

Referensi Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (terjemahan). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai