Anda di halaman 1dari 16

DASAR FISIOLOGI ELEKTROKARDIOGRAFI

SASARAN PEMELAJARAN
Sasaran Pemelajaran Terminal
Bila dihadapkan pada gambaran elektrokardiogram jantung manusia, mahasiswa mampu
menggunakan pengetahuan tentang pembentukan dan penghantaran aktivitas listrik jantung
manusia untuk menjelaskan hubungan antara gambaran elektrokardiogram dengan aktivitas
kelistrikan jantung dan irama jantung.

Sasaran Pemelajaran Penunjang


Bila dihadapkan pada elektrokardiogram jantung manusia, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan mekanisme pencatatan aktivitas listrik jantung manusia dengan
menggunakan alat elektrokardiograf (EKG) hingga menghasilkan elektrokardiogram.
2. Menyebutkan komponen-komponen gelombang pada elektrokardiogram.
3. Menjelaskan kaitan antara komponen-komponen gelombang pada elektrokardiogram
dengan aktivitas kelistrikan di atrium dan ventrikel jantung.
4. Menjelaskan hubungan elektrokardiogram dengan frekuensi denyut jantung.

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Alat/simulator EKG 12 sadapan dengan perlengkapannya (lihat Gambar EKG-1)
• elektroda lempeng untuk pergelangan kaki dan tangan
• elektroda isap (suction electrode)
• kabel penghubung pasien dan kabel penghubung tanah (grounding)
• kabel power
2. Gel elektrolit
3. Kapas dan alkohol
4. Tempat tidur
5. Elektrokardiogram jantung normal

TATA KERJA
I. PERSIAPAN ORANG PERCOBAAN
1. Suruh Orang Percobaan (OP) bertelanjang dada, kemudian berbaring dengan tenang di
tempat tidur.
2. Bersihkan kulit dada dan kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas dan alkohol.

P-EKG.1. Mengapa kulit harus dibersihkan dengan alkohol?


Gambar EKG-1. ELEKTROKARDIOGRAF
Keterangan:
1 = kabel penghubung tanah (grounding)
2,3 = kabel penghubung pasien dengan elektroda lempeng
4 = kabel penghubung pasien dengan elektroda isap
5 = elektroda isap
6 = elektroda untuk pergelangan tangan dan kaki

3. Bubuhkan gel elektrolit pada ke-6 elektroda isap dan ke-4 elektroda pergelangan atau
pada kulit dada dan ke-2 pergelangan tangan dan kaki yang datar.

P-EKG.2. Mengapa elektroda harus dibubuhi gel elektrolit?

4. Pasang elektroda lempeng dan isap tersebut pada permukaan kulit yang telah
dibersihkan dan dibubuhi gel elektrolit tadi (lihat lokasi pemasangan elektroda isap pada
Gambar EKG-2).
5. Hubungkan kabel penghubung pasien dengan elektroda lempeng sebagai berikut:
a. Kabel RA (right arm, merah) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan
kanan
b. Kabel LA (left arm, kuning) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan kiri
c. Kabel LL (left leg, hijau) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kiri
d. Kabel RL (right leg, hitam) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kanan
e. Kabel C (chest) untuk sementara dibiarkan dulu
Gambar EKG-2. Tempat elektroda hisap pada sadapan prekordial, tempat auskultasi
bunyi jantung dan gambar EKG V1 - V6
(Sumber: WF Ganong, Rev. of Medical Physiology hal 533, edisi 23, 2010)
Keterangan:
V1 : Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2 : Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3 : Pertengahan garis lurus yang menghubungkan V2 dan V4
V4 : Ruang interkostal V kiri di garis medioklavikuler
V5 : Titik potong garis aksila anterior kiri dengan garis mendatar dari V4
V6 : Titik potong garis aksila kiri tengah dengan garis mendatar dari V4 dan V5
6. Hubungkan kabel C dengan elektroda isap pada tempat-tempat yang sesuai pada orang
percobaan.

II. PENCATATAN EKG


1. Sebelum melakukan pencatatan EKG, tetapkan kecepatan catat alat dan lakukan
peneraan kepekaan alat.

P-EKG.4. Untuk pemeriksaan EKG rutin berapakah kecepatan catat dan kepekaan
alat yang digunakan?

2. Dengan menekan tombol yang sesuai, catat secara berturut-turut:


a. Sadapan standard Einthoven: I, II dan III
b. Sadapan augmented extremity leads: aVR, aVL dan aVF.
c. Sadapan precordial: V1 sampai dengan V6.
Catat sekurang-kurangnya 4 siklus jantung untuk tiap sadapan.

3. Setelah selesai pencatatan sadapan prekordial, alat EKG ditera kembali.

P-EKG.5. Mengapa alat harus ditera kembali?

4. Tuliskan identitas OP (nama, usia) dan tanggal pencatatan EKG pada kertas hasil EKG
5. Lepaskan elektroda isap dan lempeng dari tubuh pasien.
6. Bersihkan lokasi pemasangan elektroda dengan kapas alkohol.
7. Rapikan kembali alat EKG yang telah digunakan.

III. ANALISIS EKG


Analisis elektrokardiogram dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai aktivitas
kelistrikan jantung yang akan memicu kontraksi otot jantung (aktivitas mekanis). Analisis
meliputi:
1. Urutan gelombang-gelombang elektrokardiogram pada tiap siklus jantung yang
menggambarkan urutan aktivitas jantung (jantung normal: setiap aktivitas ventrikel selalu
didahului oleh aktivitas atrium)
2. Amplitudo gelombang elektrokardiogram, yang menggambarkan potensial listrik jantung
3. Durasi gelombang elektrokardiogram, yang dapat memberi gambaran tentang kecepatan
penghantaran (ada/tidaknya hambatan) aktivitas listrik jantung
4. Polaritas gelombang elektrokardiogram yang memberi gambaran mengenai arah
penghantaran impuls /aktivitas listrik jantung.

Analisis gelombang elektrokardiogram:


• Gelombang P, merepresentasikan depolarisasi atrium
• Kompleks QRS, merepresentasikan depolarisasi ventrikel
• Gelombang T, merepresentasikan repolarisasi ventrikel

Untuk dapat menjelaskan hubungan pola elektrokardiogram dengan aktivitas kelistrikan


jantung, hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Kualitas elektrokardiogram (hal ini sangat ditentukan oleh persyaratan teknis proses
pencatatan

P-EKG.6. Persyaratan teknis apakah yang harus dipenuhi?

2. Irama denyut jantung (irama sinus atau bukan).


P-EKG.7. Sebutkan kriteria irama sinus.

3. Frekuensi gelombang P dan kompleks QRS.

P-EKG.8. Bagaimana menghitung frekuensi tersebut?

4. Gelombang P (voltase, durasi gelombang).

P-EKG.9. Bagaimana menghitung voltase dan lama gelombang P, dan berapa harga
normalnya?

5. Interval PR.

P-EKG.10. Bagaimana mengukur interval PR dan berapa nilai normalnya?

6. Interval kompleks QRS.

P-EKG.11. Bagaimana mengukur interval kompleks QRS dan berapa nilai normalnya?

7. Interval QT

P-EKG.12. Bagaimana mengukur interval QT dan berapa nilai normalnya?

8. Kompleks QRS pada sadapan prekordial.

P-EKG.13. Bagaimana gambaran kompleks QRS pada sadapan prekordial?

9. Polaritas gelombang T.

P-EKG.14. Bagaimana polaritas gelombang T yang normal?


JAWABAN PERTANYAAN

P-EKG.1. Untuk menghilangkan lapisan lemak yang dapat menghambat hantaran arus.
P-EKG.2. Untuk memudahkan hantaran arus listrik antara kulit dengan elektroda.
P-EKG.3. Hal apa yang harus diperhatikan pada saat membubuhkan gel langsung
pada kulit dada?
P-EKG.3. Pembubuhan gel pada kulit dada tempat perlekatan elektroda hisap jangan sampai
sambung-menyambung antar elektroda prekordial.
P-EKG.4. Kecepatan catat: 1 mm = 0,04 detik (25 mm/detik).
Kepekaan alat: 1 mV = 10 mm.
P-EKG.5. Untuk mengetahui bahwa kepekaan alat selama digunakan tidak berubah.
P-EKG.6. Syarat teknis yang harus dipenuhi ialah:
a. Stabilitas alat; bila alat stabil, garis dasar yang bersifat isoelektris tercatat lurus
mendatar.
b. Pencatatan bebas dari interferensi, sehingga EKG tercatat bersih tanpa ada
getaran-getaran. Bila ada getaran-getaran, perhatikan grounding alat.
c. Kestabilan kepekaan alat; kepekaan alat pada permulaan dan pada akhir
pencatatan harus sama
P-EKG.7. Bila jantung berdenyut dengan irama sinus, maka pada EKG terlihat bahwa tiap
siklus denyut jantung didahului oleh gelombang P yang kemudian diikuti oleh
kompleks QRS dengan interval PR tertentu, diakhiri oleh gelombang T.
P-EKG.8. Cara I:
Bila diketahui kecepatan catat yang biasanya 1 mm = 0,04 detik, maka dari interval
P-P atau R-R dapat dihitung frekuensi gelombang P dan kompleks QRS.
Contoh:
Interval P-P = 15 mm, jadi 15 x 0,04 detik = 0,6 detik.
Frekuensi gelombang P = 60: 0,6 = 100 per menit
Cara II:
Untuk cara ini diperlukan EKG pada sadapan tertentu yang panjang.
Dihitung interval P-P atau interval R-R selama 3 detik (= 75 mm).
Bila misalnya selama 3 detik ini terdapat 42/3 siklus jantung, maka frekuensi jantung
ialah 42/3 x 20 = 95 per menit.
(Lihat contoh pada gambar 3)
2
HEART RATE = 4 /3 X 20 = 93 beats / minute

HEART RATE = 3 X 20 = 60 beats / minute

Gambar EKG-3. Cara menghitung frekuensi denyut jantung


The heart rate in beats per minute can be computed by counting the number of cycles in 3
seconds and multoplying the value by 20 (3×20=60 seconds). At standard paper speed, 3
seconds is represented by 15 large squares. In the first example, there are 4 ⅔ cycles in 3
seconds so the heart rate is about 93 per minute. In the second example, there are slightly more
than 3 cycles in 3 seconds so the heart rate is a little over 60 per minute
P-EKG.9. Voltase gelombang P diukur dari garis iso-elektris sampai puncak gelombang P
dan dalam keadaan normal tidak melebihi 0,25 mV.
Lama gelombang P diukur dari permulaan sampai akhir gelombang P dan dalam
keadaan normal tidak melebihi 0,11 detik. Pengukuran ini dilakukan pada sadapan
II.
P-EKG.10. Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS
dan juga dilakukan pada sadapan II. Dalam keadaan normal, besarnya berkisar
antara 0,12 sampai 0,20 detik .
P-EKG.11. Interval kompleks QRS diukur dari permulaan sampai akhir kompleks QRS dan
dilakukan pada sadapan yang mempunyai interval terpanjang, biasanya pada V1
atau V3. Dalam keadaan normal, interval QRS tidak melebihi 0,12 detik .
P-EKG.12 Interval QT diukur dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang T.
Interval Q-T menggambarkan aktivitas ventrikel total. Pada frekuensi denyut
jantung 60x/menit, nilai QT interval normalnya tidak lebih dari 380 ms. Besarnya
QT interval bervariasi sesuai dengan frekuensi denyut jantung dan harus dikoreksi
dengan menggunakan normogram.
P-EKG.13. Kriteria kompleks QRS pada sadapan prekordial yang normal adalah:
Pada sadapan V1 terdapat R kecil dan S besar, pada V6 terlihat R besar dan S
kecil, dan pada V2 sampai V5 terlihat bentuk peralihan antara V1 dan V6 (lihat
gambar 2).
P-EKG.16. Gelombang T normal pada umumnya mempunyai polaritas yang positif, kecuali
pada sadapan V1 dan aVR, yang sering memperlihatkan gelombang T yang
negatif.

KEPUSTAKAAN
1. Sherwood L. Human Physiology, from cells to system. Cardiac Physiology.
2. Silverthorn DL. Human Physiology, an integrated approach. Cardiovascular Physiology.

Diadaptasi dari: Penuntun Praktikum Fisiologi FKUI


SIMULASI SPIROMETRI: PHYSIO-EX 9.1

LEARNING OBJECTIVES
1. To define the following terms: ventilation, inspiration, expiration, diaphragm, external
intercostals, internal intercostals, abdominal-wall muscles, expiratory reserve volume
(ERV), forced vital capacity (FVC), tidal volume (TV), inspiratory reserve volume (IRV),
residual volume (RV), and forced expiratory volume in one second (FEV1).
2. To understand the roles of skeletal muscles in the mechanics of breathing.
3. To understand the volume and pressure changes in the thoracic cavity during ventilation
of the lungs.
4. To understand the effects of airway radius and, thus, resistance on airflow.

INSTRUMENTS
1. Laptop (brought by the students, min. 1 laptop/group)
2. Internet access

PROCEDURES
I. ACCESSING THE PHYSIO EX 9.1 WEBSITE
1. Connect your laptop to the wireless internet access in the physiology laboratory.
2. Open your browser, go to www.physioex.com
3. Choose the PhysioEx 9.1 book.
4. Type “physiologyui” in the login name.
5. Ask your tutor to fill in the password.

II. SIMULATING SPIROMETRY: MEASURING RESPIRATORY VOLUMES AND


CAPACITIES
1. Click Exercise 7: Respiratory System Mechanics from the main menu
2. Click Overview
3. Choose Activity 1: Measuring Respiratory volumes and calculating capacities. The
opening screen will appear in a few seconds.
4. Do the experiment by clicking the tabs from left to right (from Overview to Review
Sheet) or by clicking the page direction at the bottom of the page.
5. Do the Pre-lab quiz and submit it
6. Do the Experiment by following the instructions at the left side of the page.
7. Do the Post-lab Quiz and submit it
8. Answer the questions and statements in the Review Sheet and submit it
9. Save your lab report by clicking Save to PDF at the upper right area of the page

Diadaptasi dari: Penuntun Praktikum Fisiologi FKUI


PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI MANUSIA

SASARAN PEMELAJARAN
Mampu melakukan pengukuran tekanan darah a. brachialis dengan benar

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Sfigmomanometer air raksa.
2. Stetoskop

TATA KERJA
1. Orang Percobaan (OP) dalam keadaan duduk dengan tenang.
2. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas OP.
Syarat pemasangan manset:
- Lengan baju digulung setinggi-tingginya sehingga tidak terlilit oleh manset.
- Tepi bawah manset letaknya ± 2-3 cm di atas fossa cubiti.
- Balon dalam manset harus menutupi lengan atas di sisi ulnar (di atas a. brachialis).
- Pipa karet manset jangan menutupi fosa kubiti.
- Manset diikat cukup ketat.
Kriteria manset yang tepat: Ukuran lebar balon dalam manset 20% lebih besar dari
diameter lengan dan panjangnya cukup melingkari ½ lengan.
3. Dengan cara palpasi, carilah denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan denyut a.
radialis pada pergelangan tangan OP.
Catatan : Perabaan denyut a. brakhialis diperlukan untuk memperoleh tempat yang
sesuai dengan peletakan stetoskop. Perabaan denyut a. radialis atau a.
brachialis sangat diperlukan untuk proses pengukuran tekanan darah secara
palpasi.
4. Setelah duduk tenang, siapkan stetoskop di telinga saudara. Pompa manset sambil
meraba a. radialis pada pergelangan tangan atau a. brachialis pada daerah lipat siku
(fosa kubiti) sampai denyut nadi tidak teraba lagi (=tekanan sistolik).

P-TD.1. Mengapa saat manset dipompa a. radialis/a. brachialis perlu diraba?

5. Naikkan lagi tekanan dalam manset sebesar ± 30 mmHg di atas tekanan sistolik
palpasi.
Catatan : Bila denyut sudah tidak teraba lagi, kita telah melampaui tekanan sistolik.
6. Letakkan stetoskop di daerah lipat siku (fossa cubiti) sesuai dengan letak a. brachialis

P-TD.3. Perlukah kita menekan stetoskop sekuat-kuatnya pada fosa kubiti?

7. Sambil melakukan auskultasi pada a. brachialis, turunkan tekanan manset secara


perlahan-lahan (+ 2-3 mmHg/detik) dan tetapkan ke-5 fase Korotkoff.

P-TD.4. Bagaimana kecepatan penurunan tekanan di dalam manset? Apa akibatnya


bila diturunkan terlampau cepat/lambat?

Keterangan:
Sound of Korotkoff. Best & Taylor's Physiol. Basis of Medical Practice, edisi ke 9, 1973,
halaman 150.
Ph.I Sudden appearance of clear, but often faint, tapping sound growing louder
during the succeeding 10 to 14 mmHg fall in pressure.
Ph.II The sound takes on a murmuring in quality during the next 15 to 20 mmHg fall in
pressure.
Ph.III Sound changes little in quality but becomes clearer and louder during the next 5
to 7 mmHg fall in pressure.
Ph.IV Muffled quality lasting throughout the next 5 to 6 mmHg fall in pressure. After
this all sound disappears.
Ph.V Point at which sound disappear.

Gambar TD-1. Posisi lengan, manset, dan stetoskop yang benar pada pengukuran
tekanan darah

8. Catatlah hasil pengukuran saudara (Tekanan sistolik/Tekanan diastolik mmHg).


Menurut penilaian dengan metode baru, tekanan sistolik sesuai dengan fase I dan
tekanan diastolik sesuai dengan fase V.
9. Ulangi kembali pengukuran butir 5 - 8 sehingga diperoleh 2 hasil pengukuran. Nilai
tekanan darah adalah nilai rata-rata ke-2 pengukuran.
Perhatian : Sebelum mengulangi pengukuran tekanan darah, air raksa dalam
sfigmomanometer harus dikembalikan pada angka 0. Hal ini untuk
menghindari terjadinya pembendungan yang dapat mempengaruhi hasil
pengukuran. Berilah waktu istirahat selama 1-2 menit antara tiap
pengukuran, untuk memulihkan aliran darah di bagian distal pembendungan.
JAWABAN PERTANYAAN

P-TD.1. Untuk menghindari kesalahan pengukuran bila terdapat silent gap.


P-TD.2. Apa yang dimaksud dengan silent gap?
P-TD.2. Baca buku Ganong ed. 22, 2005, bab 30, halaman 590: Palpation Method.
P-TD.3. Tidak perlu, bahkan tekanan tidak boleh terlalu kuat sehingga terjadi pembendungan.
Yang penting meletakkan stetoskop dengan cermat agar tidak terjadi kebocoran
(seluruh tepi corong stetoskop merapat pada kulit).
P-TD.4. Dianjurkan untuk menurunkan tekanan dengan kecepatan + 2-3 mmHg per interval
denyut nadi. Bila terlampau cepat, nilai yang dicari dapat luput/lebih rendah daripada
seharusnya. Bila terlampau lambat, darah terlalu lama terbendung di lengan sehingga
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi, yang juga akan mempengaruhi hasil
pengukuran.

Diadaptasi dari: Penuntun Praktikum Fisiologi FKUI


PENGUKURAN SUHU TUBUH MANUSIA

SASARAN PEMELAJARAN
Sasaran pemelajaran terminal
Bila dihadapkan pada skenario tentang pengukuran suhu tubuh manusia, mahasiswa
mampu menggunakan pengetahuan tentang cara pengukuran suhu tubuh manusia dan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran, dalam menganalisis skenario tersebut.

Sasaran pemelajaran penunjang


Bila dihadapkan pada skenario tentang pengukuran suhu tubuh manusia, mahasiswa
mampu
1. Menyebutkan 2 cara pengukuran suhu tubuh manusia
2. Menjelaskan perbedaan dasar fisiologis pada kedua cara pengukuran suhu tubuh
manusia
3. Menjelaskan karakteristik termometer maksimum (klinik), dan perbedaannya dengan
termometer kimia
4. Menjelaskan cara pengukuran suhu tubuh manusia dengan menggunakan termometer
maksimum
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari kedua cara pengukuran suhu
tubuh manusia

ALAT DAN BAHAN


1. Alkohol dan kapas
2. Air es untuk kumur
3. Termometer maksimum

TATA KERJA
I. PENGUKURAN SUHU MULUT
1. Bersihkan termometer maksimum dengan alkohol

P-SH.1. Apakah perbedaan antara termometer maksimum (termometer klinik) dan


termometer kimia?

2. Turunkan meniskus air raksa sampai di bawah skala dengan mengayun-sentakkan


termometer tersebut beberapa kali
3. Letakkan reservoir termometer di bawah lidah dan suruh orang percobaan menutup
mulutnya rapat-rapat.
4. Setelah 3 menit baca dan catat suhu mulut orang percobaan.
5. Turunkan meniskus air raksa sampai di bawah skala seperti butir 2.
6. Letakkan reservoir termometer di bawah lidah seperti butir 3.
7. Baca dan catat suhu mulut OP setelah 6 menit.

P-SH-2. Apakah ada perbedaan antara hasil pemeriksaan 3 menit dan 6 menit?
Jelaskan jawaban saudara.
8. Suruh orang percobaan berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit.
Segera setelah tindakan ini ulangi langkah 1 s/d 3.

P-SH.3. Apakah ada perbedaan suhu mulut pada masing-masing tindakan?

II. PENGUKURAN SUHU KETIAK


1. Keringkan ketiak orang percobaan

P-SH.4. Mengapa ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diukur suhunya?

2. Usahakan meniskus air raksa termometer maksimum terletak di bawah skala dengan
mengayun-sentakan termometer tersebut beberapa kali.
3. Suruh orang percobaan berbaring terlentang
4. Letakkan reservoir termometer maksimum di ruang ketiak dan suruhlah OP menjepit
dengan baik
5. Setelah 3 menit baca dan catat suhu ketiak orang percobaan

P-SH.5. Apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut? Apa sebabnya?
JAWABAN PERTANYAAN

P-SH.1. Pada pipa kapiler termometer maksimum, di atas reservoir terdapat penyempitan
sehingga bila suhu reservoir meninggi, air raksa terdorong ke atas, sedangkan bila
suhu reservoir menurun air raksa dalam pipa kapiler tidak dapat turun. Dengan
demikian termometer maksimum hanya menunjukkan suhu maksimum yang terukur.
Pada termometer kimia, pipa kapilernya tidak memiliki penyempitan sehingga air raksa
dapat turun naik secara bebas sesuai dengan suhu yang sedang diukur.
P-SH.2. Hasil pengukuran suhu mulut setelah 3 menit dan 6 menit diharapkan tidak ada
perbedaan karena manusia termasuk golongan homoiterm.
P-SH.3. Suhu pada akhir 3 menit setelah berkumur dengan air es lebih rendah dari pada suhu
pada akhir 3 menit setelah bernapas melalui mulut.
P-SH.4. Agar suhu ketiak tidak dipengaruhi oleh penguapan keringat
P-SH.5. Ada perbedaan, suhu mulut lebih tinggi daripada suhu ketiak. Suhu mulut lebih
menggambarkan suhu inti tubuh.

Diadaptasi dari: Penuntun Praktikum Fisiologi FKUI


PENGUKURAN DENYUT NADI PERIFER MANUSIA

SASARAN PEMELAJARAN
Mampu melakukan pengukuran denyut nadi perifer pada a. brachialis dan a. radialis dengan
benar

ALAT DAN BAHAN


1. Jam tangan yang memiliki penunjuk waktu untuk detik (dibawa oleh mahasiswa sendiri)

TATA KERJA
1. Pemeriksa berdiri di samping Orang Percobaan (OP).
2. Carilah dengan palpasi menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, denyut a. brachialis
pada fossa cubiti lengan kanan OP (lihat Gambar DAP-1.).
3. Lokasi a. brachialis terletak di sisi medial lengan, tepat di bawah tendo otot biceps.
4. Lakukan penilaian denyut arteri tersebut yang meliputi:
a. Frekuensi denyut arteri perifer
Pemeriksaan denyut dilakukan dengan palpasi selama 1 menit.
Frekuensi denyut arteri yang normal adalah 60-100 kali per menit. Frekuensi denyut
<60x/menit disebut bradikardia (pulsus rasus), frekuensi denyut >100x/menit
disebut takikardia (pulsus frequent).
b. Kekuatan denyut arteri perifer
Kuat atau lemah
c. Irama denyut arteri perifer
Tentukan irama denyut teratur (regular) atau tidak teratur (irregular).
5. Ulangi langkah 1-4 untuk memeriksa denyut arteri radialis. Pembuluh darah tersebut
terletak di sisi lateral pergelangan tangan (lihat Gambar DAP-2.)
Gambar DAP-1. Palpasi denyut a. brachialis

Gambar DAP-2. Palpasi denyut a. radialis

Diadaptasi dari: Penuntun Praktikum Fisiologi FKUI

Anda mungkin juga menyukai