Anda di halaman 1dari 7

Interpretasi EKG Dasar dan Prosedur Perekaman EKG

A. Pengertian

Elektrokardiogram atau EKG adalah prosedur diagnostik yang penting dan


paling pertama dilakukan dalam mengevaluasi fungsi sistem kardiovaskuler pasien.
Tujuan dilakukan EKG adalah untuk memonitor denyut jantung pasien,
mengevaluasi efek dari penyakit atau injuri terhadap fungsi jantung, mengevaluasi
fungsi pacemaker, mengevaluasi respon terhadap obat-obatan dan mengevaluasi
tanda-tanda infark jantung atau iskemia jantung.
Suatu Gambaran EKG menunjukkan aktivitas listrik otot jantung berdasarkan
waktu dan amplitude nya. Otot jantung mempunyai kemampuan mengeluarkan dan
menghantarkan arus listrik secara teratur yang akan diikuti dengan kontraksi otot
jantung. Aktivitas listrik pada jantung terjadi karena ada pergerakan ion sodium,
Calcium dan Potassium melewati membrane sel. Pergerakan ion ini akan mengubah
muatan listrik pada membrane sel yang menyebabkan muatan didalam sel menjadi
sangat positif dan sel menjadi excitable proses ini disebut depolarisasi. Setelah
proses depolarisasi ion-ion akan bergerak kembali melewati membrane sel sehingga
keseimbangan ion didalam dan luar sel menjadi seperti semula atau keadaan
istirahat (repolarisasi).

B. Kertas EKG

1
Setiap kotak kecil berukuran tinggi 1 mm dan lebar 1 mm
- Arah horizontal menunjukkan time/ waktu : 1 kotak kecil = 0.04 second, 1
kotak besar 0.2 second
- Arah vertical menunjukan amplitude atau voltage, 1 kotak kecil = 0, 1 mV, 1
kotak besar = 0,5 mV
- Standard untuk Merekam EKG adalah kecepatan 25 mm/second dengan
amplitude 10 mm/mV
Ketika Tidak ada aktivitas listrik jantung yang terdeteksi, maka mesin EKG akan
menampilkan garis lurus horizontal yang disebut garis isoelektrik. Garis
isoelektrik berbeda dengan asystole. Pada asystole akan tampak gelombang listrik
walaupun kecil. Apabila mesin EKG hanya menampilkan garis isoelektrik, maka
kemungkinan terdapat kesalahan pemasangan elektroda, misalnya ada elektroda
yang terlepas.

C. Jenis-Jenis Lead EKG

1. Limb leads / bipolar leads, terdiri dari:


Lead I: melihat bagian lateral jantung
Lead II: melihat bagian inferior jantung
Lead III: melihat bagian inferior jantung
2. Lead Unipolar Extremitas, terdiri dari:
aVR: none
aVL: melihat jantung bagian lateral
aVF: melihat jantung bagian inferior
3. Lead Unipolar Precordial
V1, V2: melihat bagian septum jantung
V3, V4: melihat bagian anterior jantung
V5, V6: melihat bagian lateral jantung

2
D. Karakteristik EKG normal

Gambaran EKG yang normal dinamakan sinus rhythm atau irama sinus, yang
mempunyai karakteristik:
1. Irama reguler. Irama yang reguler dapat dilihat dari jarak antara gelombang R
dengan gelombang R selanjutnya selalu sama.
Jika iramanya irregular. Lihat apakah irama irregular terjadi secara teratur
(regularly irregular) atau tidak teratur (Irregularly irregular)
2. Rate 60-100 beats/minute dan impuls berasal dari SA node. Impuls yang berasal
dari SA node ditandai dengan dengan gelombang P yang selalu diikuti oleh QRS
kompleks dengan PR interval yang normal.
Cara menghitung heart rate adalah sebagai berikut:
a. Hitung jumlah gelombang R dalam 6 detik (30 kotak besar), kemudian dikali
10. Cara ini harus digunakan apabila irama jantung irregular.
b. 300 dibagi jumlah kotak besar diantara 2 gelombang R
c. 1500 dibagi jumlah kotak kecil diantara 2 gelombang R
cara diatas dapat dilakukan dengan syarat perekaman EKG pada kecepatan
standar yaitu 25 mm/second, 10 mm/mV.
Frekuensi nadi < 60 kali permenit dinamakan bradikardia dan frekuensi nadi >
100 kali per menit dinamakan takikardia.

3
3. Gelombang P
▪ Menggambarkan depolarisasi atrium
▪ Lebar Normalnya 0,08 seconds atau 2 kotak kecil
▪ Gelombang P yang normal adalah upright (positive) dan selalu diikuti dengan
QRS kompleks
Gelombang P yang abnormal menunjukkan ada gangguan pada atrium atau
supraventrikel. Apabila gelombang P tidak tampak, maka harus diperhatikan
apakah ada gelombang fibrilasi atau flutter (flutter: seperti gigi ikan hiu).
Gelombang lain yang mungkin muncul adalah pacing spikes berbentuk garis lurus
vertical yang menunjukkan adanya pacemaker buatan.

4. PR interval
▪ PR interval diukur dari awal gelombang P sampai akhir gelombang Q
▪ Normal PR interval adalah 0, 12 sampai 0, 2 seconds atau 3 sampai 5 kotak
kecil
▪ PR interval yang memanjang dapat terjadi pada kasus AV block, yang
menandakan tertundanya perjalanan impuls di AV node.

5. Kompleks QRS
• Menggambarkan deloparisasi ventrikel
• Lebar yang normal adalah < 0, 12 seconds atau < 3 kotak kecil
• Apakah Bentuk QRS normal?, QRS yang lebar dapat disebabkan oleh Bundle
Branch Block, Premature Ventricle Contraction (PVC) atau Pacemaker
buatan.

4
6. ST segmen
• Normalnya isoelekterik
• Tidak ada ST elevasi maupun ST depresi

• Elevasi segmen ST lebih dari 2 kotak kecil pada 2 lead dada yang berurutan
dan lebih dari 1 kotak kecil pada lead ekstremitas yang berurutan
menunjukkan adanya infark miokard.
• Depresi Segment ST menunjukkan adanya iskemik miokard.

7. Gelombang T
• Menggambarkan repolarisasi ventrikel
• Normal gelombang T adalah 0. 16 detik atau 4 kotak kecil
• Pada Gelombang T, tinggi lebih penting untuk dikaji. Tinggi yang normal
tidak lebih dari 5 mm atau 5 kotak kecil. Literature lain menyebutkan bahwa
gelombang T yang normal adalah yang lebih tinggi dari gelombang P
• Gelombang T yang tinggi berhubungan dengan kadar kalium yang tinggi
• Gelombang T yang rendah berhubungan dengan kadar kalium yang rendah
8. QT interval
• Menggambarkan waktu total depolarisasi dan repolarisasi ventrikel
• Diukur mulai dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang T
• Normal QT interval harus < dari setengah R-R interval.
• QT interval yang memanjang menandakan repolarisasi ventrikel yang
tertunda yang dapat menyebabkan disaritmia atau henti jantung yang
mendadak.
• QT interval akan menurun dengan meningkatnya heart rate

5
C. Prosedur Perekaman EKG

Prosedur Kegiatan K BK Ket


Persiapan Alat NamaAlat Jml
1. Mesin EKG 1
2. Tisu 1
3. Jelly EKG 1
4. Bengkok 1
Persiapan 1. Menjelaskan pada klien mengenai tujuan perekaman
Klien EKG
2. Kaji kembali keluhan klien dan disesuaikan dengan
indikasi, serta rencana tindakan yang ingin diberikan
kepada klien
3. Meminta persetujuan dari klien dan keluarga mengenai
tindakan yang akan diberikan (informed consent)
Pelaksanaan Fase orientasi
1. Mengucapkan salam kepada klien
2. Mengidentifikasi klien dengan : nama, tanggal lahir,
nomor rekam medis klien
Fase kerja
1. Mendekatkan alat-alat ke dekat klien
2. Menutup sampiran dan menjaga privasi
3. Mencuci tangan
4. Membuka dan melonggarkan pakaian bagian atas, bila
pasien memakai jam tangan, kalung dan logam lainnya
dilepas.
5. Membersihkan kotoran dan lemak menggunakan tisu
pada daerah dada, kedua pergelangan dan kedua tungkai
dilokasi pemasangan elektroda
6. Mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda. Bila
tidak ada jelly gunakan kapas basah
7. Memasang elektroda
8. Menyambung kabel EKG pada kedua pergelangan
tangan dan kedua tungkai pasien untuk rekam ekstermitas
lead (I, II, II, aVR, aVF, aVL) dengan cara sebagai berikut
:
a. Warna merah pada tangan kanan (RA)
b. Warna kuning pada tangan kiri (LA)
c. Warna hitam pada kaki kanan (F)
d. Warna hijau pada kaki kiri (LL)

6
9. Pasang elektroda pada daerah dada sebagai berikut :
V1 : Sela iga ke 4 pada garis sternal kanan
V2 : Sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : Diantara V2 dan V4
V4 : Sela iga ke 5 pada midclavicula kiri
V5 : Garis axils anterior (diantara V4 dan V6)
V6 : Mid axila sejajar dengan V4
10. Menghidupkan mesin EKG
11. Melakukan kalibrasi atau Memastikan output kertas
EKG 10 mm dengan kecepatan 25 mm volt/detik
12. Membuat rekaman secara berurutan atau secara
otomatis sesuai dengan lead yang terdapat pada mesin
EKG dan melakukan kalibrasi kembali setelah perekaman
selesai.
13. Memberi identitas pasien pada hasil rekaman : Nama,
umur dan nomor rekam medik pasien
14. Merapikan alat-alat
15. Mencuci tangan
Fase Terminasi
1. Menjelaskan hasil perekaman EKG kepada klien
2. Mengucapkan salam kepada klien
3. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah
diberikan kepada klien.
Sikap 1. Ramah dan sopan.
2. Teliti dan hati-hati dalam melakukan tindakan
keperawatan
3. Tidak tergesa-gesa dalam melakukan tindakan
keperawatan
4. Cermat dalam mengambil langkah-langkah tindakan
keperawatan.

Daftar Pustaka

Aehlert, B. (2012). ACLS Study Guide. 4th ed. St. Louis: Elsevier.

Morton, PG., Fontaine, D., Hudak, CM & Gallo, BM. (2011). Keperawatan Kritis:
Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai