Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

TEKNIK DASAR ANAMNESIS

Oleh :

Bimo Rizky Wibowo

202110330311137

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berkontraksinya otot jantung disebabkan oleh perubahan-perubahan listrik yang disebut electric
phenomenon dari otot jantung. Perubahan listrik ini juga dekenal sebagai potensial aksi otot jantung
yang normalnya diawali oleh SA node sebagai pace maker, kemudian timbul perangsangan pada
atria dan otot ventrikal melalui sistem konduksi. Menurut hipotesa dari Einthoven, jantung dapat
dianggap sebagai sumber listrik dan perubahan-perubahan potensi yang terjadi dapat direkam
dipermukaan tubuh karena cairan tubuh merupakan elektrolit yang dapat menjadi penghantar listrik
yang baik. Hasil rekaman perubahan potensial berupa gambaran grafik yang disebut
Elektrokardiogram.

Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perakaman potensial listrik jantung berkaitan
dengan denyut jantung. Hasil rekaman berupa grafik potensi listrik yang disebut elektrokardiogram
(EKG). Sedangkan alat yang digunakan untuk merekam disebut elektrokardiograf. Seorang dokter
harus mampu melakukan perekaman jantung pasien menggunakan alat elektrokardiograf (EKG).
Dokter juga harus mampu dalam menginterpretasikan hasil yang didapatkan dari hasil rekaman
jantung pasien. Selain itu, dokter juga harus mampu menjelaskan kepada pasien terkait ada atau
tidaknya ketidaknormalan yang didapatkan dari elektrokardiogram. Oleh karena itu, pemeriksaan
EKG ini sangat penting bagi setiap dokter.

Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep pengetahuan tentang pemeriksaan elektrokardiografi


(EKG)
2. Mahasiswa mampu memahami secara umum cara kerja perekaman jantung (EKG)
3. Mahasiswa mampu memahami indikasi dilakukan pemeriksaan EKG 2.
4. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan EKG
5. Mahasiswa mampu melakukan interprestasi hasil EKG sederhana normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

JENIS SADAPAN
Rekaman standar EKG 12 sadapan, terdiri dari 3 sadapan ekstremitas standar, 3 sadapan ekstremitas
diperkuat (augmented) dan 6 sadapan precordial.
1. Sadapan bipolar
Terdiri dari sadapan I, II dan III . Ketiga sadapan ini membentuk segitiga sama sisi
dan jantung berada di tengah yang disebut segitiga Einthoven. Aksis listrik ini disebut
system referensi aksial dan digunakan untuk menghitung aksis jantung.

 Kabel R untuk elektroda yang dipasang dipergelangan tangan kanan


 Kabel L untuk elektroda yang dipasang dipergelangan tangan kiri
 Kabel F untuk elektroda yang dipasang dipergelangan kaki kiri
 Kabel N untuk elektroda yang dipasang dipergelangan kaki kanan
2. Sadapan ektremitas diperkuat (augmented)
Sadapan unipolar (VR, VL dan VF) yang diperkuat telah digunakan secara luas karena lebih
mudah dibaca.
RA = right arm, LA = left arm, LL = left leg, aVR = augmented Voltage Right arm, aVL =
augmented Voltage left Foot (+) = elektroda bermuatan positif, (-) = elektroda negative
3. Sadapan precordial

 Kabel VI merah untuk electrode diruang intercostals IV pada sternal kanan


 Kabel V2 kuning untuk electrode diruang intercostals IV pada sternal kiri
 Kabel V3 hijau untuk electrode dipertengahan garislurus antara V2 dan V4
 Kabel V4 coklat untuk electrode dititik potong antara linie medio clavicularis dan ruang
interkostal V5.
 Kabel V5 jingga/hitam untuk electrode dititik potong antara linea axilaris anterior dan garis
mendatar melalui V4
 Kabel V6 ungu untuk electrode dititik potong antara linea axilaris media dan garis mendatar
melalui V4 dan V5
GAMBARAN GELOMBANG EKG

1. Makna Gelombang P-Q-R-S-T pada EKG


- P: dihasilkan dari depol atrium Normal : - Tinggi : kurang dari 2,5 mm - Durasi
( lebar ): kurang dari 2,5 mm (bervariasi antara 0,08-0,10)
- Q : Defleksi negatif pertama, hasil dari depol ventrikel
- R : Defleksi positif pertama selama depolarisasi ventrikel.
- S : Defleksi negatif pertama setelah R Normal Gelombang QRS : 0,08 – 0,10 detik
- T: Defleksi hasil repolarisasi ventrikel Amplitudo normal Gelombang T:  < 10 mm di
sandapan dada  < 5 mm di sandapan ekstremitas  Minimum 1 mm
- U: Defleksi positif setelah T hasil repolarisasi lambat septum interventrikularis
2. Interval EKG
- R-R: interval antara dua puncak R  untuk menghitung laju jantung :
o 300 dibagi jumlah kotak besar diantara 2 gelombang R, atau
o 1500 dibagi jumlah kotak kecil diantara 2 gelombang R
- PP: interval antara dua permulaan P
- P-R: interval awal P sampai awal QRS (0,12-0,20 detik)
o Depolarisasi atrium
o Keterlambatan di AV node
o Perjalanan impuls ke bundle of His
- QRS: interval dari awal Q sampai akhir S
3. Segmen EKG
- R segment: dari akhir P s/d awal QRS
o Keterlambatan impuls di AV Node –
- ST segment: akhir QRS (J point) s/d awal T Menunjukkan waktu dimana kedua
ventrikel dalam keadaan aktif sebelum dimulainya repolarisasi
o Panjang waktu ST segmen 0,05-0,15 dtk - Normal isoelektris, atau 1 mm diatas
(elevasi) atau 1 mm dibawah (depresi)
o Untuk mengetahui adanya keterlambatan repolarisasi ventrikel setelah
depolarisasi ventrikel tuntas
AXIS / ARAH VEKTOR / POSISI JANTUNG
1. Dengan standart lead I, II, III:
- Membuat triaxsial reference system yang pada porosnya dibuat skala yang sama
- Tinggi QRS lead I, II, III diukur, lalu tempatkan hasil pengukuran itu pada masing-
masing leadnya dengan memberi tanda titik
- Tariklah garis tegak lurus dari titik-titik tersebut shg saling berpotongan pada porosnya
- Hubungkan titik potong dengan titik pusat, maka diperoleh vektor rata-rata QRS

2. Cara menghitung axis dengan cara lain


Kita dapat menentukan dengan cepat normal tidaknya aksis QRS pada suatu EKG hanya
dengan melihat sadapan I dan AVF. Jika kompleks QRS positif pada sadapan I dan AVR
aksis QRS pasti normal

MENGENALI JENIS IRAMA JANTUNG


Langkah pertama dalam menentukan irama jantung adalah menentukan frekuensi jantung.
Frekuensi jantung mudah ditentukan dari EKG. Sumbu horizontal pada EKG menggambarkan
waktu. Jarak antara setiap garis halus (satu kotak kecil atau 1 mm) sama dengan 0,04 detik, dan
jarak antara setiap garis tebal (satu kotak besar atau 5 mm) sama dengan 0,2 detik. Jadi, lima kotak
besar sama dengan 1 detik. Satu siklus yang berulang tiap lima kotak besar mewakili satu denyut
per detik, atau frekuensi jantungnya sebesar 60 denyut per menit.

SINYAL EKG JANTUNG NORMAL


Berdasarkan Gambar 2 irama sinus normal memilki ciri antara lain, morfologi gelombang P
normal, tiap gelombang P diikuti satu kompleks QRS, Gelombang P defleksi positif disadapan I,
Gelombang P dan kompleks QRS defleksi negatif di lead avR. Fibrilasi atrium merupakan ritme
denyut jantung abnormal pada jantung yang ditandai dengan aktivitas atrium yang cepat dan tidak
efektif serta kontraksi ventrikuler yang tidak teratur. Berdasarkan Gambar 3 sinyal EKG Atrial
Fibrilasi memilki ciri antara lain, ciri khas dari AF adalah tidak adanya gelombang P dan iramanya
ireguler, morfologi gelombang P berupa fibrilasi.

PANDUAN TATA CARA PEMERIKSAAN


1. Alat yang di butuhkan
- Mesin ECG yang dapat merekam 12 lead
- 10 lead pads ECG  4 lead ekstremitas, 6 lead dada
- Elektroda ECG
2. Bahan – bahan yang dibutuhkan
- Hand sanitiser.
- Non steril handscoon.
- Water based gel
- Kapas
- Alkohol
- Tissue
3. Langkah-langkah Prosedur pemasangan EKG
- Perkenalan diri
- Senyum, salam, dan sapa
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan maksud dan tujuan perekaman jantung (ECG)
- Konfirmasi identitas pasien
- Menjelaskan maksud dan tujuan perekaman jantung
- Meminta dan mendapatkan izin pemeriksaan secara verbal
4. Prosedur pemasangan ECG
- Persiapkan alat dan bahan pemeriksaan ECG
- Meletakkan alat serta bahan di tempat yang baik dan mudah terjangkau
- Masing-masing elektroda dipasang dengan memasangkan pada batalan.
- Standarisasi. Cek kalibrasi dan kecepatan kertas ECG sebelum digunakan
o ( 1 mV harus menciptakan defleksi vertikal sekitar 10 mm dan kecepatan kertas
25 mm/detik atau setara 5 kotak besar/ detik). Pastikan bahwa kecepatan kertas
sudah benar.
- Memasukkan data pasien kedalam mesin ECG

5. Persiapan pasien
- Posisikan pasien pada posisi yang nyaman (duduk atau tidur)
- Meminta izin kepada pasien untuk melepas baju agar bagian atas badan dan lengan
terlihat.
- Meminta pasien untuk melepaskan benda atau material yang melekat pada tubuh terbuat
dari logam.
- Menjelaskan pada pasien jika selama prosedur perekaman jantung, pasien tidak boleh
banyak bergerak.

6. Pemasangan lead elektroda pada pasien


- Pemeriksa cuci tangan serta menggunakan handscoon non-steril.
- Membersihkan lokasi badan yang akan dipasang elektroda dengan kapas beralkohol
- Mencukur rambut dada jika rambut mengganggu pemasangan lead untuk mencegah
hambatan hantaran gelombang elektrik.
- Memberikan gel pada lokasi penempelan lead elektroda
- Meskipun disebut ECG 12 sadapan, anda hanya memerlukan 10 bantalan lead, yaitu 4
untuk sadapan ekstremitas dan 6 untuk sadapan dada. Tempatkan sandapan tersebut di
lokasi berikut:
o Pergelangan tangan kanan (ring merah).
o Pergelangan tangan kiri (ring kuning).
o Pergelangan kaki kanan (ring hijau).
o Pergelangan kaki kiri (ring hitam).
o V1 di ruang interkostal ke-4 di para-sternal line.
o V2 di ruang interkostal ke-4 di para-sternal line.
o V3 diantara V2 dan V4.
o V4 di ruang interkostal ke-5 di mid-klavikula line.
o V5 segaris atau horizontal V4 di anterior axila line.
o V6 segaris atau horizontal ke V4 dan V5 di mid-axillary line.

7. Proses Perekaman Jantung


- Setelah semua lead dipasang, minta pasien untuk berbaring diam dan tidak banyak
bergerak.
- Rekam bacaan dan cetak salinannya. Jika pasien mengalami nyeri dada pada saat
perekaman, anda harus mencatatnya di ECG.
- Cek kembali identitas seperti nama dan umur pasien pada cetak kertas ECG, apakah
sudah sesuai.
- Lakukan Kalibrasi pada alat EKG
- Lepaskan lead yang terpasang setelah selesai melakukan perekaman jantung.
- Tawarkan tisu untuk membersihkan sisa gel karena bekas bantalannya lengket.
- Izinkan pasien untuk berpakaian dan berterima kasih kepada mereka.
- Mempersilahkan pasien untuk kembali duduk di tempat periksa untuk diberitahukan
hasil perekaman jantung.
- Pemeriksa membuang handscoon dan kemudian cuci tangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemeriksaan elektrokardiogram berguna untuk menegakkan diagnosis dokter, memahami
penyetelan, mempersiapkan pasien, dan menginterpretasikan hasil elektrokardiogram.
Penting untuk diketahui bahwa pembacaan EKG dapat membedakan gelombang jantung
normal dari gelombang patologis untuk mempercepat kelangsungan hidup pasien.
Elektrokardiogram adalah studi yang merekam potensi listrik jantung dalam kaitannya
dengan detak jantung. Catatan tersebut berupa grafik potensial yang disebut
elektrokardiogram (EKG). Elektrokardiogram itu sendiri dapat membantu mendiagnosis
penyakit jantung dengan mendeteksi hipertrofi atrium atau ventrikel, aritmia, dan iskemia
miokard. Elektrokardiogram sendiri memiliki cara dan tahapan yang berbeda untuk
membaca gelombang, salah satunya melalui sadapan, ada sadapan bipolar standar,
sadapan ekstremitas yang disempurnakan, sadapan prekordial. Bentuk gelombang EKG
sendiri memiliki banyak gelombang yaitu gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang
T. Selain arah gelombang vektor aksial juga harus dilihat dengan sadapan standar I, II,
dan III. Penting juga untuk mengetahui apakah irama jantung normal, beberapa detak
jantung patologis seperti takikardia, bradikardia juga dapat dideteksi pada
elektrokardiogram.
DAFTAR PUSTAKA

 Dharma Surya. 2010. Sistematika interprestasi EKG: pedoman praktis. EGC. Jakarta
 Thaler Malcolm S, 2009. Satu-satunya buku EKG yang anda perlukan, edisi 5. EGC,
Jakarta
 Rifali, M., & Irmawati, D. (2019). Sistem Cerdas Deteksi Sinyal Elektrokardiogram
(EKG) untuk Klasifikasi Jantung Normal dan Abnormal Menggunakan Jaringan
Syaraf Tiruan (JST). Elinvo (Electronics, Informatics, and Vocational
Education), 4(1), 49-55.
 Cakrawati, H., 2021. Pemeriksaan EKG. Malang: s.n.

Anda mungkin juga menyukai