Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYADAPAN EKG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Di Ruangan Interne


di RSUD SUNGAI DAREH

SIKLUS KDP

Oleh:

DESNITA

201000414901172

INSTUTUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA


BUKIT TINGGI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYADAPAN EKG
A. Pengertian EKG
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik
jantung
(Price, 2006). Sewaktu impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan
menyebar ke jaringan di sekeliling jantung, dan sebagian kecil dari arus listrik ini akan
menyebar ke segala arah di seluruh permukaan tubuh. Impuls yang masuk ke dalam
jantung akan membangitkan sistem konduksi pada jantung sehingga terjadi potensial
aksi.
Dalam potensial aksi jantung secara umum, terdapat dua fase yang terjadi,
yaitu depolarisasi dan repolarisasi. Depolarisasi adalah rangsangam ketika
gelombang rangsang listrik tersebar dari nodus SA melalui sistem penghantar
menuju miokardium untuk merangsang otot berkontraksi. Sedangkan repolarisasi
adalah pemulihan listrik kembali.

B. Tujuan Tindakan
Tujuan melakukan pemasangan EKG adalah untuk menentukan kelainan seperti:
1. Gangguan irama jantung (disritmia)
2. Pembesaran atrium atau ventrikel
3. Isemik atau infark miokard
4. Infeksi lapisan jantung (perikaraditis)
5. Efek obat - obatan
6. Gangguan elektrolit
7. Penilaian fungsi pacu jantung

C. Kompetensi Dasar yang Harus Dimiliki


Sebelum kita membahas mengenai penggunaan EKG, terlebih dahulu kita
mengetahui sistem konduksi (listrik jantung) yang berperan dalam pencatatan pada
EKG, yang terdiri dari :
1.SA Node ( Sino - Atrial Node ).
Terletak di posterior atrium kanan (RA) dekat muara vena cava superior (VCS).
Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan
impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 -100 kali permenit kemudian
menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.
2.AV Node (Atrio -Ventricular Node).
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup tricuspid, dekat
sinus koronaria. Sel -Sel dalam AV Node dapat juga mengeluarkan impuls dengan
frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena
AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang
mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan
oleh AV Node.
3.Berkas His.
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu Cabang berkas kiri
( Left undle Branch) dan Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch ). Setelah
melewati kedua Cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang - cabang yang
lebih kecil yaitu serabut purkinje.
4.Serabut Purkinje.
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel – sel ventrikel. Dari
sel - sel ventrikel impuls dialirkan ke sel - sel yang terdekat sehingga seluruh sel
akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel -sel pace maker (impuls) yang secara
otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali/menit.

Setelah mengetahui sistem konduksi pada jantung, sangat penting juga bagi
kita untuk memahami interpretasi dari EKG yang termanifestasikan dalam gelombang -
gelombang yang tercatat dari aktivitas EKG itu sendiri. Gelombang - gelombang yang
terdapat pada EKG antara lain:
1. Gelombang P : gelombang yang tercipta karena depolarisasi otot atrium
sebelum
atrium mengalami kontraksi. Normalnya setinggi 2,5 atau kurang dan
durasinya 0,11 detik atau kurang. Defleksi negatif pertama gelombang P
adalah gelombang Q. Durasinya sekitar 0,03 detik dengan amplitudo kurang dari
25% gelombang R. Defleksi positif pertama gelombang P adalah gelombang R.
Defleksi negatif pertama gelombang R adalah gelombang S.
2. Kompleks QRS menggambarkan depolarisasi otot ventrikel. Durasinya berkisar
antara 0,04 - 0,1 detik
3. Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot ventrikel.
4. Gelombang U menggambarkan repolarisasi serat Purkinje.
5. Segmen ST terjadi di akhir dari gelombang S sampai permulaan gelombang
T. segmen ini menggambarkan repolarisasi ventrikel awal.
6. Interval PR diukur dari permulaan gelombang p sampai permulaan gelombang Q
atau R. Gelombang ini menggambarkan waktu yang diperlukan untuk
depolarisasi atrium dan perlambatan impuls di nodus AV sebelum depolarisasi
ventrikel. Durasinya berkisar antara 0,12 sampai 0,2 detik.
7. Interval QT menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel,
diukur dari awal gelombang Q atau R, jika tidak ada gelombang Q, diakhiri dengan
gelombang T. Durasinya antara 0,32 sampai 0,4 detik.

D. Indikasi, Kontraindikasi, dan Komplikasi Tindakan


Indikasi:
1.Adanya anamnesis penyakit jantung
2.Terlihatnya TTV yang berbeda dari TTV normal:
a.Pergerakan dada yang tidak seimbang
b.Bunyi jantung 3 dan 4
3.Nyeri pada dada
4.Intoleransi aktivitas
E. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan EKG adalah:
1.Elektrokardiogram
2.Elektroda ekstremitas
3.Elektroda isap (“suction electrode”)
4.Kabel penghubung klien dan kabel penghubung tanah (“grounding”)
5.Kapas dan alkohol
6.Elektrolit jelly

F. Anatomi Dan Fisiologi


Anatomi daerah yang menjadi target pemeriksaan elektrokardiogram
terkait dengan pemasangan ke 12 sadapannya. Setiap sadapan memiliki area
pemeriksaan yang berbeda - beda.
1.Sadapan Bipolar
Sadapan ini terdiri dari dua elektroda, yaitu positif dan negatif. Istilah “bipolar”
berarti bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari dua elektroda
yang diletakkan pada tubuh dalam hal ini anggota badan. Sadapan ini diletakkan
pada pergelangan -pergelangan tangan atau kaki sehingga terbentuk tiga sadapan
ekstremitas bipolar untuk mencatat potensial bioelektrik jantung. Sadapn ini terdiri
dari:
a. Lead I : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan (Right
Arm/RA) dan lengan kiri (Left Arm/LA), di mana lengan kanan bermuatan (-)
dan lengan kiri bermuatan (+).
b.Lead II : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan (Right
Arm/RA) dan kaki kiri (Left Foot/LF), dimana lengan kanan bermuatan (-) dan kaki
kiri bermuatan (+).
c. Lead III : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kiri (LA) dan kaki
kiri (LF), di mana lengan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+).

2. Sadapan Unipolar
a. Sadapan Unipolar Ekstremitas
Sadapan ini merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, di mana
elektroda eksplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan
elektroda - elektroda pada ekstremitas lain membentuk elektroda indiferen
(potensial 0). Sadapan ini terdiri dari:
1) Lead aVR : merekam potensial listrik pada lengan kanan (RA), di mana
lengan kanan bermuatan (+), lengan kiri (LA) dan kaki kiri (LF)
membentuk elektroda indiferen.
2) Lead aVL : merekam potensial listrik pada lengan kiri (LA), di mana lengan
kiri
bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan kaki kiri (LF) membentuk
elektroda indiferen.
3) Lead aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), di mana
lengan kiri bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan lengan kiri (LA)
membentuk elektroda indiferen
b.Sadapan Unipolar Prekordial
Sadapan ini merekam besar potensial listrik jantung dengan meletakkan elektroda
positif secara horizontal pada dinding dada atau punggung mengelilingi jantung.
Sadapan ini terdiri dari:
1) Lead V1 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kanan
2) Lead V2 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kiri
3) Lead V3 : Elektroda ditempatkan pada pertengahan antara V2 dan V4
4) Lead V4 : Elektroda ditempatkan pada ICS V, garis midklavikula kiri
5) Lead V5 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila depan
6) Lead V6 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila tengah
3.Sandapan tambahan
Sadapan ini dipakai dalan keadaan tertentu saja. Terdiri dari:
a. V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
b. V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
c. V9 : batas kin dan kolumna vertebra sejajar dengan V4
d. V3R - 9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada sebelah kanan
G. Aspek Keamanan dan Keselamatan
1.Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG.
2.Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.
3.Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing -masing 2 - 4 kompleks
4.Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil.
5.Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor,
bergerak, batuk dan lain - lain.
6.Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.

H. Prosedur Tindakan
1.Persiapan Pasien:
 Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
 Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang
selama perekaman.
2. Cara Menempatkan Elektrode
Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan
manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
 Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan
kiri searah dengan telapak tangan.
 Pada ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
 Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang
sampai ke bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
 Kemudian kabel- kabel dihubungkan :
a. Merah (RA / R) lengan kanan
b. Kuning (LA/ L) lengan kiri
c. Hijau (LF / F ) tungkai kiri
d. Hitam (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)
 Hubungkan kabel dengan elektroda:
a. Kabel merah dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kanan
b. Kabel kuning dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kiri
c. Kabel hijau dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kiri
d. Kabel hitam dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kanan
Bersihkan pula permukaan kulit di dada klien yang
akan dipasang elektroda prekordial dengan kapas alkohol dan beri jelly pada
setiap elektroda, pasangkan pada tempat yang telah dibersihkan.
 Hubungkan kabel dengan elektroda:
a. C1 : untuk Lead V1 dengan kabel merah
b. C2 : untuk Lead V2 dengan kabel kuning
c. C3 : untuk Lead V3 dengan kabel hijau
d. C4 : untuk Lead V4 dengan kabel coklat
e. C5 : untuk Lead V5 dengan kabel hitam
f. C6 : untuk Lead V6 dengan kabel ungu
Pada C2 dan C4 merupakan titik -titik untuk mendengarkan bunyi jantung I dan II.
3. Cara Merekam EKG
 Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
 Periksa kembali standarisasi EKG antara lain :
a. Kalibrasi 1 mv (10 mm)
b. Kecepatan 25 mm/detik
Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah
kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2 -3 kali berturut -turut dan periksa
apakah 10 mm.
 Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara
berturut - turut yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR, aVL, aVF, VI, V2, V3, V4, V5,
V6.
 Setelah pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2 -3
kali, setelah itu matikan mesin EKG.
 Rapikan pasien dan alat- alat.
 Catat di pinggir kiri atas kertas EKG: Nama pasien,Umur,Tanggal/Jam,Dokter
yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah.
 Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa
I. Hal - hal Penting yang Harus Diperhatikan
1. Status kesehatan klien, pantau setiap saat
2. Pemasangan EKG harus sesuai dengan cara yang benar
3. Pasien diusahakan jangan terkena besinya, jangan batuk, dan tidak
mengobrol, karena akan mempengaruhi hasil EKG.
J. Dokumentasi
1. Nama pasien
2. Status klien (usia, jenos kelamin, berat badan, tinggi bdan, tekanan darah)
3. Tanggal/Jam
4. Dokter yang merawat
5. Yang membuat perekaman pada kiri bawah
6. Rekam Medik pasien
7. Frekuensi jantung per menit
8. Irama jantung
9. Gelombang P
10. Interval P - R
11. Kompleks QRS
12. Gelombang T
13. Gelombang U
14. Kelainan EKG yang ditemukan
K. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan pasien dengan penyakit jantung meliputi mendapatkan


riwayat kesehatan, melakukan pemeriksaan fisik, dan memantau hasil tes fungsi
jantung (Brunner dan Suddarth, 2014).
1. Pengkajian Primer
Airway : Apakah ada peningkatan sekret? Apakah ada suara tambahan?
Breathing : Adakah distress pernafasan? Adakah hipoksemia? Adakah retraksi
otot interkosta, dispnea, sesak napas? Apakah ada bunyi napas wheezing?
Circulation : Bagaimanakah perubahan tingkat kesadaran? Apakah ada
takikardia? Apakah ada takipnea? Apakah haluaran urin menurun? Apakah terjadi
penurunan tekanan darah? Bagaimana Capilary Refill Time (CRT)? Apakah ada
sianosis?
2. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat Penyakit : Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
hipertensi; riwayat penyakit sebelumnya (disaritmia), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung; penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti
aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi; keadaan
psikososial.
2) Pengkajian Fisik
Penting untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal-hal
berikut :
1. Aktivitas : kelemahan umum
2. Sirkulasi : perubahan tekanan darah; nadi tidak teratur; bunyi jantung
irama tak teratur; denyut menurun; kulit dan kelembapan berubah
misalnya pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun
bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak, marah, gelisah, menangis.
4. Makanan atau cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, perubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit.
5. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
6. Nyeri atau ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat
hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
7. Pernafasan : bunyi napas tambahan (creakles, ronchi, mengi).
8. Keamanan : demam, kulit kemerahan, inflamasi, eritema, edema
(thrombosis superfisial), kehilangan tonus otot atau kekuatan.

L. Diagnosa (Brunner dan Suddarth, 2014)


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantung,
perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan kontraktilitas miokard
2. Perfusi jaringan sebral tidak efektif berhubungan dengan aliran arteri terhambat
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas,
sekresi di bronkus, eksudat di alveoli, sekresi yang tertahan, benda asing di jalan
napas
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas,
kelelahan otor pernapasan, deformitas dinding dada
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
M. Intervensi
Berdasarkan diagnosa yang ditetapkan, maka intervensi yang akan dilakukan :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut dan irama jantung,
perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan kontraktilitas miokard
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, penurunan curah jantung dapat
teratasi
Kriteria hasil :
- Tekanan darah 120/80 mmHg
- HR 60-100 x/menit
- Tidak terdapat disaritmia
- Tidak terdapat suara jantung abnormal
- Tidak terdapat angina

Intervensi : vital sign monitor

1) Monitor TD, nadi dan RR sebelum dan sesudah beraktivitas


2) Monitor irama jantung
3) Monitor bunyi jantung
4) Catat adanya disaritmia jantung
5) Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit
6) Monitor adanya nyeri dada
7) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
8) Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
9) Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan
10) Monitor jumlah dan irama jantung

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri pasien berkurang
Kriteria Hasil :
- Pasien melaporkan nyeri dada berkurang
- Ekspresi wajah rileks atau tenang
- Tidak gelisah
- Nadi 60-100 x/menit
- TD 120/80 mmHg
Intervensi : Manajemen
Nyeri
1) Kaji nyeri secara komprehensif, catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas
lama dan penyebarannya.

2) Observasi adanya petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan


3) Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera.
4) Lakukan manajemen nyeri keperawatan yang meliputi, atur posisi, istirahat
pasien
5) Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker sesuai dengan
indikasi
6) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
7) Lakukan manajemen sesuai kebutuhan
8) Kolaborasi pemberian terapi farmakologis anti angina dan analgetik
9) Anjurkan pasien untuk melakukan tindakan pengurangan nyeri apabila
merasakan nyeri

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen


miokard dan kebutuhan, adanya iskemik atau nekrosis jaringan miokard
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan, pasien mampu melakukan aktivitas
secara mandiri.
Kriteria Hasil :
- Bernapas spontan saat beraktivitas
- Temuan/hasil EKG normal
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup harian
- Frekuensi napas setelah beraktivitas 12-20 x/menit

Intervensi : Perawatan Jantung


1) Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan curah jantung atau
memprovokasi serangan jantung
2) Dorong peningkatan aktivitas bertahap ketika kondisi sudah distabilkan
(misalnya., dorong aktivitas yang lebih ringan atau waktu yang lebih singkat
dengan waktu istirahat yang sering dalam melakukan aktivitas)
3) Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk segera melaporkan bila
merasakan nyeri dada; evaluasi episode nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi,
durasi dan faktor yang memicu serta meringankan nyeri dada)
4) Monitor EKG, adakah perubahan segmen ST, sebagaimana mestinya
5) Lakukan penilaian komprehensif pada sirkulasi perifer (misalnya., cek nadi
perifer, edema, pengisian ulang kapiler, warna ekstremitas dan suhu
ekstremitas) secara rutin sesuai kebijakan agen
6) Monitor tanda-tanda vital secara rutin
7) Monitor nilai laboratorium yang tepat (enzim jantung dan nilai elektrolit)
8) Kolaborasi pemberian obat antiaritmia
DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A. and Wilson, L.M. (1995). Fisiologi: Proses-Proses Penyakit Ed 4. Jakarta:
EGC
Smeltzer, S.C. and Bare B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner
&Suddartf Ed. 8. Jakarta : EGC
Sudoyo et al (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : PPIPD FK UI.

Anda mungkin juga menyukai