PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ventilator adalah suatu sistem alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan
atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator
mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki
fungsi pernafasan kembali keadaan normal.(Bambang Setiyohadi,2016).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tujuan dan indikasi dari pemasangan EKG serta untuk mengetahui
letak sandapan dan standar operasional prosedur dalam pelaksanann pemeriksaan
EKG.
2. Untuk mengetahui tujuan dan indikasi dari pemasangan ventilator dan bagian bagian
ventilator
BAB I I
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah lektrokardiograf, yang
merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Elektrokardiogram terdiri atas
sejumlah bagian nama yang berbeda yaitu elektro karena berkaitan dengan elektronika, kardio
berasal dari kata Yunani untuk jantung, sedangkan gram berasal dari kata Yunani yang berarti
"menulis".
B. Tujuan
5. Perikarditis
C. Indikasi
1. Bentuk Gelombang
Dalam satu gelombang EKG ada yang disebut titik, interval dan segmen. Titik terdiri
dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan
Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR
segmen, dan ST segmen. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks
QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang
terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan. Sinyal
EKG terdiri atas:
a. Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil
karena otot atrium yang relatif tipis.
b. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga
gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama
kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah
setelah gelombang R disebut gelombang S.
c. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik
istirahat(repolarisasi).
2. Pembentukan Gelombang
a. Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan
repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P
defleksi positif, terkecuali di aVR yang menjauhi arah aVR sehingga
defleksinya negatif. Setelah dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, berkas
His, LBB dan RBB, serta serabut purkinje. Selanjutnya, terjadi depolarisasi di
kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi positif, kecuali di aVR.
Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel, ventrikel kemudian mengalami
repolarisasi. Repolarisasi di kedua ventrikel menghasilkan gelombang T
defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR. (F. Sangadji)
b. Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah “Kompleks
QRS” , dan sebuah gelombang T. kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang
tersendiri, gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di sebabkan
oleh lewatnya impuls jantung melalui ventrikel ini. Dalam elektrokardigram
yang normal, gelombang Q, dan S sering sangat menonjol dari pada gelombang
R dan kadang kadang benar benar absen , tetapi walau bagaimanapun
gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks QRS atau hanya gelombang
QRS.
c. Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu atrium
mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks QRS di sebabkan
oleh arus listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel mengalami depolarisasi
sebelum berkontraksi. Oleh karna itu, gelombang P dan komponen komponen
kompleks QRS adalah gelombang depolarisasi. Gelombang T di sebabkan oleh
arus listrik yang di bangkitkan sewaktu ventrikel kembali dari keadaan
depolarisasi.
a. Interval P-Q atau Interval P-RLama waktu antara permulaan gelombang P dan
permulaan gelombang QRS adalah interval waktu antara permulaan kontraksi
ventrikel. Periode ini disebut sebagai interval P-Q. Interval P-Q normal adalah
kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang interval ini juga disebut sebagai interval P-
R sebab gelombang Q sering tidak ada.
b. Interval Q-TKontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang
Q sampai akhir gelombang T. Interval ini juga disebut sebagai interval P-R
sebab gelombang Q sering tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki sifat- sifat khas
yang lain yaitu: Amplitudo rendah (sekitar 10μV – 10mV) dan frekuensi rendah
(sekitar 0,05 – 100Hz).
b. Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang
QRS sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik.
1) Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik,
dalam <1/3>
2) Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
a) Tinggi ; tergantung lead.
b) Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
c) Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
3) Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-). Gel.
S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
d. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan
dalam keadaan normal tidak terlihat.
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap
jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung jantung
dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap
kerusakan-kerusakan bagian-bagian jantung. Sadapan pada mesin EKG secara garis besar
terbagi menjadi dua:
1. Sadapan bipolar
Sadapan Bipolar (I, II, III). Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam
perbedaan potensial dari dua elektrode. Sadapan ini memandang jantung secara arah
vertikal (ke atas-bawah, dan ke samping). Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang
berbeda, yaitu kutub dan kutub negatif. Masing-masing elektrode dipasang di kedua
tangan dan kaki. Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang
diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua
tangan dan kaki. Masing-masing LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF
(right foot). Dari empat kabel elektrode ini akan dihasilkan beberapa sudut atau
sadapan sebagai berikut.
a. Sadapan I
Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang dibuat
bermuatan negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah
listrik jantung bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri).
Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan I.
b. Sadapan II.
Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan
negatif dan LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar
positif 60 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian
inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.
c. Sadapan III.
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan
negatif dan RF yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak
sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian,
bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.
3. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini
terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.
a. Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada ekstremitas.
Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent
(potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan
menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung
dalam arah vertikal.
1) Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang
dibuat bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian
lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
2) Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat
bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke
arah positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung
selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.
3) Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang
dibuat bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak
ke arah berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya
kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi
dengan unipolar prekordial (sadapan dada).
b. Unipolar Prekordial
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin
EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.
E. PENGERTIAN VENTILATOR
Ventilasi Mekanik Ventilator adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang
berfungsi bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan dan juga
merupakan mesin bantu nafas yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. Ventilator adalah peralatan elektrik dan
memerlukan sumber listrik. Beberapa ventilator, menyediakan back up batere, namun batere
tidak didesain untuk pemakaian jangka lama. Ventilator adalah suatu metode
penunjang/bantuan hidup (life - support). Maksudnya adalah jika ventilator berhenti bekerja
maka pasien akan meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag
di samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika ventilator berhenti bekerja
dapat langsung dilakukan manual ventilasi.
1. Pasien Dengan Gagal Nafas. Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas
(apnu) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan
indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan
ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan
disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa
kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan
dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung. Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan
pernafasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan
kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas
dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi
mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologis. Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami
apnoe berulang juga mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga
berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian
hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan
sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas
selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan
ventilasi mekanik.
Dan berikut adalah kriteria indikasi pemasangan ventilasi mekanik. Kriteria Pemasangan
Ventilasi Mekanik menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi
mekanik (ventilator) bila :
2. Suction Regulator berfungsi berfungsi untuk memompa dan mengatur jumlah gas
yang masuk kedalam paru-paru pasien, dan filter karbondioksida berfungsi untuk
memfilter kadar karbondioksida dari saluran pernafasan pasien.
3.Vaporize Berfungsi sebagai, alat membantu pernafasan lebih lega. Vaporizer ini
bisa memberikan pengaruh positif baik itu secara fisik maupun mental. Aroma terapi
pada Vaporizer tersebut akan memicu otak untuk lebih rileks serta mendapatkan banyak
sekali manfaat yang mempengaruhinya.
4. Flow meter berfungsi untuk mengatur besarnya aliran gas yang masuk pada pasien.
6.Carbon dioxida (O2) absorbe Berfungsi sebagai penyerapan dan penyarigan carbon
dioxida (O2) yang di hirup dan di keluarkan dari tubuh manusia.
10. Pipile inlets Berfungsi untuk mentransport fluida pada sebuah plan selama masa
service.
11. Main Circuit Breake Berfungsi sebagai pengaman hubung singkat (konsleting)
dan juga berfungsi sebagai pengaman beban lebih.
12. Bellows assembly Berfungsi sebagai kantong pernafasan pada sirkuit anestesi.
13. Oxygen power outlet Berfungsi untuk mensuplay gas ke sirkuit pernafasan.
14. Oxygen (O2) Flush button Berfungsi memberikan aliran besar (35-55I/mnt) dari
oksigen langsung ke common gau outlet.
16. Secondary gas supply pressure gauges adalah alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan fluida (gas atau liquid) dalam tabung tertutup.
17. Sistem Switch adalah perangkat telekomunikasi yang menerima pesan dari
perangkat yang terhubung dengannya dan kemudian mengirimkan pesan hanya untuk
perangkat yang pesan dimaksud atau sebagai sentral/konsentrator pada sebuah
network.
18. Display Berfungsi sebagai output dari memori komputer atau central processing
unit berupa biner. Fungsi lainya dari display adalah menampilkan data-data berupa
grafis tampilan dari prosesor untuk ditampilkan agar pengguna bisa melihat apa yang
sedang dioperasikanya.
19. Alarm Akan berbunyi jika Pressure turun dibawah yang diset. Juga digunakan
untuk mendeteksi kebocoran sistim
Keterangan :
Pada permulaan di berikan 50% selanjutnya lihat analisa gas darah pada
pasien dengan pasca ‘’cardiac arrest’’ FiO2 harus diberikan 100.
a. 1.Metode Pemeliharaan
– Pemeliharaan harian
i. Bersihkan badan pesawat dari kotoran yang ada.
ii. Periksa kondisi O2 dan Air pressure,jangan sampai kosong atauhabis.
iii. Uji cobakan ventilator sebelum digunakan kepasien
b. –Pemeliharaan mingguan
– Ganti selang dari ventilator
– Buang cairan dari water trap
c. –Pemeliharaan bulanan
– Bersihkan ekspirasi port
– Bersihkan Expirasi valve
– Pemeliharaan tahunan
d. Kalibarsi ventilator teersebut layak atau tidaknya dipakai
Metode perbaikan dan troubel shooting
Didalam alat ventilator biasanya juga terdapat kerusakan karena tidak adanya
pemeliharaan atau pemantauan. Disini teknisi elektromedik sangat berperan penting
membuktikan keahlianya dalam memperbaiki alat ventilator. Kerusakan yang sering didapat
dalam alat ventilator sebagai berikut:
1. O2 tidak keluar
Tindakan : bersihkan expirasi valve dengan menggunakan air bersih atau alkohol.
Tindakan : periksa jala-jala sumber tegangan terhubung atau tidak, periksa regulator
pada ventilator.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa hal yang menjadikan tujuan dan manfaat penggunaan ventilasi mekanik
ini dan juga beberapa kriteria pasien yang perlu untuk segera dipasang ventilator.
Tujuan Ventilator antara lain adalah sebagai berikut :
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan
Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum
terbuka.
DAFTAR PUSTAKA