Anda di halaman 1dari 46

FARMAKOTERAPI 2

HASIL EKG dan CARA


PEMBACAANNYA
KELOMPOK 1 :
Aldina Wahyuningrum (180105008)
Chandra Lucyana Widya (180105018)
Faaizani Putri (180105030)
Gunawan Laturama (180105036)
Rizky Natasya Aurellia (180105090)
Saida Rahmawati (180105091)
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Pengertian EKG.
• Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Tujuan dan Indikasi dari Pemasangan EKG.
• Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Macam dan Makna Gelombang EKG
• Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Morfologi Gelombang Elektrokardiografi (EKG).
• Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Nilai-Nilai EKG Normal.
• Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Letak Sandapan Pada EKG.
• Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pemasangan EKG.
• Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Interpretasi Hasil Elektrokardiografi (EKG).
• Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Contoh Hasil Pemeriksaan.
• Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Data Yang Harus Diperhatikan Ketika Melakukan
Interpretasi EKG.
EKG Elektrokardiogram
• Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah
lektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu
tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena
berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram berarti
"menulis".
• Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman
aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif
khusus jantung. Jantung normal memiliki impuls yang muncul dari simpul SA
kemudian dihantarkan ke simppul AV dan serabut purkinje. Perjalanan impuls
inilah yang akan direkam oleh EKG sebagai alat untuk menganalisa kelistrikan
jantung.
Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem
konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari :
1. SA Node ( Sino-Atrial Node )

Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA
Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik)
dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga
menyebabkan seluruh atrium terangsang.

2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)

Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam
AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA
Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih
rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node
rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem
konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari :
3. Berkas His

Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :

a) Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)

b) Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )

Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-
cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.

4. Serabut Purkinye
• Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel
ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan
dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis
engeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali permenit.
Tujuan dan Indikasi Penggunaan EKG
Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah :
• Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung / disritmia
• Kelainan-kelainan otot jantung
• Pengaruh / efek obat-obat jantung
• Ganguan-gangguan elektrolit
• Perikarditis
• Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
• Menilai fungsi pacu jantung.
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan
indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal
depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.

a) Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung

b) EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut

c) EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia)

d) EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas kanan dan kiri)

e) EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung

f) EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau
hipotermia)
Macam dan Makna Gelombang EKG
1. Bentuk Gelombang.
Dalam satu gelombang EKG  ada yang disebut titik, interval dan segmen. Titik terdiri dari titik P,
Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri
dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen.
Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang
T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q,
gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan.  Sinyal EKG terdiri atas :
a) Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena otot
atrium yang relatif tipis.
b) Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga gelombang QRS
cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke
atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut gelombang S.
c) Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat
(repolarisasi)
2. Pembentukan Gelombang
• Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan repolarisasi di atrium dan semua
sadapan merekamnya sebagai gelombang P defleksi positif, terkecuali di aVR yang menjauhi arah aVR sehingga
defleksinya negatif. Setelah dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut
purkinje. Selanjutnya, terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi positif, kecuali
di aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel, ventrikel kemudian mengalami repolarisasi. Repolarisasi di
kedua ventrikel menghasilkan gelombang T defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR. (F. Sangadji)
• Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah “ kompleks QRS “ , dan sebuah gelombang T.
kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang tersendiri, gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di
sebabkan oleh lewatnya impuls jantung melalui ventrikel ini. Dalam elektrokardigram yang normal, gelombang Q,
dan S sering sangat menonjol dari pada gelombang R dan kadang kadang benar benar absen , tetapi walau
bagaimanapun gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks QRS atau hanya gelombang QRS.
• Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu atrium mengalami depolarisasi sebelum
berkontraksi , dan kompleks QRS di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel mengalami
depolarisasi sebelum berkontraksi. Oleh karna itu, gelombang P dan komponen komponen kompleks QRS adalah
gelombang depolarisasi. Gelombang T di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu ventrikel kembali
dari keadaan depolarisasi.
3. Durasi atau Interval Gelombang

a. Interval P-Q atau Interval P-R

Lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS adalah interval waktu
antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode ini disebut sebagai interval P-Q. Interval P-Q normal
adalah kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab
gelombang Q sering tidak ada.

b. Interval Q-T

Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang T.
Interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada. Sinyal EKG ini
memiliki sifat- sifat khas yang lain yaitu: Amplitudo rendah (sekitar 10μV – 10mV) dan frekuensi
rendah (sekitar 0,05 – 100Hz).
Morfologi Gelmbang Elektrokardiografi
(EKG)

milivolt

Time (second/ detik)

Gambar Morfologi gelombang EKG (atas) dan kertas EKG


dengan kalibrasi standar (bawah) (Sulastomo, 2019).
Ukuran kotak kecil: 1mm dan ukuran kotak besar: 5 mm. Kecepatan kertas pencatatan 25 mm/detik,
berarti satu kotak kecil adalah 0,04 detik. Amplitudo standar 1 milivolt (mV) (Sulastomo, 2019).
Keterangan (Sulastomo, 2019) :
1. Gelombang P: aktivasi atrium (depolarisasi atrium)
a) Panjang/durasi< 0,12 detik
b) Tinggi/amplitudo< 0,3 mV atau < 3 mm
c) Selalu positif dilead II dan negatif di lead aVR
2. Interval PR: durasi konduksi AV
d) Dari awal gelombang P hingga awal kompleks QRS
e) Durasi normal 0,12–0,20 detik
3. Kompleks QRS: aktivasi ventrikel kanan dan kiri (depolarisasi ventrikel)
a) Morfologi bervariasi di antara tiap lead
b) Gelombang Q defleksi negatif pertama
c) Gelombang R defleksi positif pertama
d) Gelombang S defleksi negatif setelah gelombang R
4. Durasi kompleks QRS: durasi depolarisasi otot ventrikel
 Lebar 0,06–0,12 detik

5. Interval PP: durasi siklus atrium


6. Interval RR: durasi siklus ventrikel
7. Interval QT:durasi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel
8. Segmen ST
 Dari akhir gelombang S hingga awal gelombang T
 Normal: isoelektrik

9. Gelombang T
 Positifdilead I, II, V3–V6 dan negatif di aVR
Nilai-Nilai EKG Normal
1. Gelombang P yaitu depolarisasi atrium.
a) Nilai-normal ; lebar <>
b) Tinggi <0,25>
c) Bentuk + ( ) di lead I, II, aVF, V2 - V6
d) - ( ) di lead aVR
e) +  atau - atau + bifasik ( ) di lead III, aVL, V1
Nilai-Nilai EKG Normal
2. Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang QRS sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik.

a. Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam <1/3>

b. Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)

• Tinggi ; tergantung lead

• Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)

• Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.

c. Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-). Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6

d. Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel

 (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.


 (-) di lead aVR.
 (±) / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif)
e. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan dalam keadaan normal tidak terlihat.
Letak Sandapan Pada EKG
• Fungsisadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut
pandang yang jelas terhadap jantung. Sadapan ini
dibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati
jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak
sudut pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap
kerusakan-kerusakan bagian-bagian jantung. Sadapan
pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua:
1. Sadapan Bipolar (I, II, III)
2. Sadapan unipolar
Sadapan Bipolar (I, II, III)
• Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari dua elektrode.
Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (ke atas-bawah, dan ke samping).
Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub dan kutub negatif.
Masing-masing elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki.
• Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung
melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-
masing LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari empat kabel
elektrode ini akan dihasilkan beberapa sudut atau sadapan yaitu:
a. Sadapan I
Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang dibuat bermuatan negatif
dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah listrik jantung bergerak ke sudut 0 derajat
(sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh
sedapan I.

b. Sadapan II
Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LF yang
bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar positif 60 derajat (sudutnya ke arah
inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.
c. Sadapan III
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan negatif dan RF yang
dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke arah
inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan
Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat
indifferent. Sadapan ini terbagi menjadi sadapan unipolar
ekstremitas dan unipolar prekordial.
a. Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial
listrik pada ekstremitas. Gabungan elektrode pada
ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent (potensial
0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki
dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada
sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut
pandang terhadap jantung dalam arah vertikal.
1. Sadapan aVL

Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat bermuatan positif
dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah -30 derajat
(sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh
sadapan aVL.

2. Sadapan aVF

Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat bermuatan positif
dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat
ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga
dilihat oleh sadapan aVF.

3. Sadapan aVR

Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat bermuatan positif
dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan dengan arah
lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).
Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut pandang
jantung dapat diringkas seperti yang digambarkan berikut.
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati
adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang
akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan dada).
b. Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode
eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0)
diperoleh dari penggabungan ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini
memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral,
posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel
yang terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.
a) V1 : Ruang interkostal IV garis sternal kanan
b) V2 : Ruang interkostal IV garis sternal kiri
c) V3 : Pertengahan antara V2 dan V4
d) V4 : Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
e) V5 : Sejajar V4 garis aksila depan
f) V6 : Sejajar V4 garis mid-aksila kiri
Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan
Pemasangan EKG
Dalam pelaksanaan pemeriksaan dan
pemasangan EKG dilakukan dengan 3 cara :
1. Persiapan alat-alat EKG
2. Persiapan Pasien
3. Cara Menempatkan Elektrode
1. Persiapan alat-alat EKG

a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :


• Satu kabel untuk listrik (power)
• Satu kabel untuk bumi (ground)
• Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna.

b. Plat elektrode yaitu


4 buah elektrode extremitas dan manset
6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
Jelly elektrode / kapas alcohol
Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
Kertas tissue

2. Persiapan Pasien

a. Pasieng diberitahu tentang tujuan perekaman EKG

b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan selama perekaman
3. Cara Menempatkan Elektrode

Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar


pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan
pasien.

a) Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan


kiri searah dengan telapak tangan.

b) Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah
dalam.

c) Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah


dipasang sampai ke bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan
Kemudian kabel-kabel dihubungkan : Merah kananØ(RA / R) lengan Kuning (LA/ L) lengan kiriØHijau
(LF / F) tungkai kiriØ(RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)ØHitam

Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead)

a) Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III.

b) Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang ditandai dengan simbol aVR, aVL,
aVF.

c) Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan
disertai angka di belakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium.
Pada pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial) harus dipasang pada :
• VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
• V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
• V3 : terletak diantara V2 dan V4
• V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
• V5 : garis aksilla depan sejajar dengan V4
• V6 : garis aksila tengah sejajar dengan V4

Sandapan tambahan
• V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
• V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
• V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4
V3R - V9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada
sebelah kanan. Jadi pada umumnya pada sebuah EKG dibuat
12 sandapan (lead) yaitu I II III aVR aVL aVF
VI V2 V3 V4 V5 V6. Sandapan yang lain dibuat bila perlu.
Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG,
seperti:
a) Anterior : V2, V3, V4
b) Septal : aVR, V1, V2
c) Lateral : I, aVL, V5, V6
d) Inferior : II, III, aVF
Aksis terletak antara : - 30 sampai + 110 (deviasi aksis normal) Lebih dari – 30 : LAD (deviasi aksis kiri)
Lebih dari dari + 110 : RAD (deviadi aksis kanan).
Cara Merekam EKG yaitu :

1. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.

2. Periksa kembali standarisasi EKG antara lain :

a) Kalibrasi 1 mv (10 mm)

b) Kecepatan 25 mm/detik Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah
kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
3. Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut yaitu sandapan
(lead) I, II, III, aVR,aVL,aVF,VI, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi
seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin EKG.

4. Rapikan pasien dan alat-alat.

a) Catat di pinggir kiri atas kertas EKG

b) Nama pasien

c) Umur

d) Tanggal/Jam

e) Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah
5. Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa, Perhatian !

a) Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG.

b) Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.

c) Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks

d) Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil.

e) Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor, bergerak, batuk dan
lain-lain.

f) Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.


IRAMA  
a. Irama Sinus Ritmis c. Atrial Fibrillation (AF)

b. Sinus Aritmia

d. Ventricular Tachycardia (VT)


e. Ventricular Fibrillation (VF)

f. Supraventricular Tachycardia (SVT)


Frekuensi
Frekuensi jantung pada orang dewasa normal antara 60 sampai
100 kali/menit.Sinus takikardia ialah irama sinus dengan
frekuensi jantung pada orang dewasa lebih dari 100 kali/menit,
pada anak-anak lebih dari 120 kali/menit dan pada bayi lebih
dari 150 kali/menit. Sinus bradikardia ialah irama sinus dengan
frekuensi jantung kurang dari 60 kali/menit

a. Cara menghitung frekuensi jantung bila teratur/regular

b. Cara menghitung frekuensi jantung bila tidak teratur/irreguler


Aksis
Aksiis pada manual ini yang akan dibahas adalah aksis frontal
plane dan horizontal plane

1. Aksis Frontal Plane


A. Posisi lead ekstremitas terhadap frontal plane.
B. Pembagian kuadran berdasar posisilead ekstremitas pada
front plane. Keterangan : LAD : Left Axis Deviation ;
RAD : Right Axis Deviation ; EAD : Extreme Axis
Deviation
2. Horizontal Plane
beberapa kondisi dapat terjadi perputaran jantung pada
aksis longitudinal, yaitu
A. Jantung berputar ke kiri atau searah jarum jam
(clock wise rotation=CWR)
B. Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan
arah jarum jam (counter clock wise
rotation=CCWR)
GELOMBANG P

a. Durasi dan amplitudo gelombang P normal


b. Gelombang P mitral dan P pulmonal
P mitral adalah gelombang P yang melebar (>0,12 detik) dengan
notch yang menandakan pembesaran atrium kiri.
P pulmonal adalah gelombang P yang tinggi dengan amplitudo >3 Gelombang P normal (kiri), P mitral
(tengah) dan P Pulmonal (kanan).
kotak kecil yang menandakan pembesaran atrium kanan

INTERVAL PR
Nilai interval P-R normal ialah: 0,12-0,20 detik

a. Blok AV derajat 1 c. Blok AV derajat 2 tipe 2


b. Blok AV derajat 2 tipe 1 d. Blok AV derajat 3 (Blok AV total)
KOMPLEKS QRS

Yang perlu diperhatikan pada kompleks QRS adalah sebagai berikut:

a. Durasi kompleks QRS

b. Gelombang Q patologis

c. Morfologi kompleks QRS

d. Hipertrofi Ventrikel

SEGMEN S-T

Segmen S-T disebut juga segmen Rs-T, ialah pengukuran waktu


dari akhir kompleks QRS sampai awal gelombang T. Ini
menunjukkan waktu dimana kedua ventrikel dalam keadaan
aktif (excited state) sebelum dimulai repolarisasi
a. Segmen ST Isoelektrik c. ST depresi

b. ST elevasi
GELOMBANG T
Gelombang T ialah suatu defleksi yang dihasilkan oleh proses
repolarisasi ventrikel jantung. Panjang gelombang T biasanya
0,10-0,25 detik
Tipe-tipe gelombang T:
A. normal.
B. Peaked T Wave.
C. inversi gelombang T karena iskemia transmural.
D. Inversi simetris gelombang T, tetapi tidak sedalam gambaran
iskemia transmural.
E. Inversi dangkal gelombang T.
F. gelombang T bifasik.
G. gelombang T flat atau isoelektrik.
GELOMBANG U INTERVAL Q-T
Gelombang U adalah defleksi yang positif dan Interval Q-T diukur mulai dari permulaan gelombang
kecil setelah gelombang T sebelum gelombang Q sampai pada akhir gelombang T, menggambarkan
P, juga dinamakan after potensial. Gelombang U lamanya proses listrik saat sistolik ventrikel
yang negatif (inversi) selalu abnormal (duration of electrical systole) atau depolarisasi
ventrikel dan repolarisasinya

LAIN-LAIN
a. VES = Ventricular Extra Systole b. SVES = Supraventricular Extra Systole
CONTOH HASIL PEMERIKSAAN
Contoh hasil pemeriksaan
Gambar 1
Irama jantung Irama sinus ritmis
Frekuensi denyut jantung 69 x/mnt
Aksis jantung 60˚(aksis normal)
Transitional zone Lead V3 (normal)
Durasi gelombang P 0,04-0,06 detik
Amplitudo gelombang P 0,1-0,2 mV atau 1-2 mm
Interval P-R 0,14 detik
Durasi kompleks QRS 0,4 detik
Morfologi kompleks QRS Normal
Gelombang Q Tidak ada
Segmen ST Isoelektrik (normal)
Gelombang T Normal
Gelombang U Tidak ada
Interval QT 0,38 detik
Kesimpulan interpretasi Irama sinus ritmis
normal
Gambar 2
Irama jantung Sinus aritmia
Frekuensi denyut jantung 48x/menit, bradikardi
Aksis jantung 60˚(aksis normal)
Transitional zone Lead V3
Amplitudo gelombang P 0,1 mV atau 1 mm
Durasi gelombang P 0,04-0,06 detik
Interval P-R 0,20 detik
Morfologi komplek QRS Normal
Durasi kompleks QRS 0,08 detik
Gelombang Q Tidak ada Q patologis

Segmen ST Isoelektrik (normal)


Gelombang T Upward (Normal)
Gelombang U Tidak ada
Interval QT 0,40 detik
Kesimpulan interpretasi Sinus Bradi Aritmia
DATA YANG HARUS DIPERHATIKAN KETIKA
MELAKUKAN INTERPRETASI EKG

Untuk membaca/interpretasi sebuah EKG, kita harus memperhatikan data-data dibawah ini:
1. Umur dan jenis kelamin penderita: karena bentuk EKG normal pada bayi dan anak-anak sangat berbeda
dengan EKG normal orang dewasa.
2. Tinggi, berat dan bentuk badan: orang yang gemuk mempunyai dinding dada yang tebal, sehingga amplitudo
semua komplek EKG lebih kecil, sebab voltase berbanding berbalik dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel
otot jantung.
3. Tekanan darah dan keadaan umum penderita: Hal ini penting apakah peningkatan voltase pada komplek
ventrikel kiri ada hubungannya dengan kemungkinan hipertofi dan dilatasi ventrikel kiri.
4. Penyakit paru pada penderita: posisi jantung dan voltase dari komplek-komplek EKG dapat dipengaruhi oleh
adanya empisema pulmonum yang berat, pleural effusion dan lain-lain.
5. Penggunaan obat digitalis dan derivatnya: akan sangat mempengaruhi bentuk EKG. Maka misalnya diperlukan
hasil EKG yang bebas dari efek, digitalis, perlu dihentikan sekurang-kurangnya 3 minggu dari obat digitalis
tersebut.
6. Kalibrasi kertas EKG.
7. Deskripsikan morfologi gelombang EKG lalu disimpulkan (Baltazar, 2013).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai