Anda di halaman 1dari 14

Interpretasi Normal EKG

EKG normal harus mempunyai gelombang, interval, segmen dan satu kompleks.
Semuanya dijelaskan dibawah ini.

1. Gelombang : Defleksi positif atau negatif dari garis dasar menunjukan peristiwa
listrik tertentu. Gelombang pada EKG diantaranya gelombang P, gelombang Q,
gelombang R, gelombang S, gelombang T dan gelombang U.
2. Interval : Waktu antara dua peristiwa EKG yang spesifik. Interval yang biasanya
diukur pada EKG adalah interval PR, interval QRS (disebut juga durasi QRS),
interval QT dan interval RR.
3. Segmen : Panjang antara dua titik spesifik pada EKG yang seharusnya berada
pada amplitudo garis dasar (tidak negatif atau positif). Segmen pada EKG adalah
PR segmen, ST segmen dan TP segmen.
4. Kompleks : Kombinasi beberapa gelombang yang dikelompokan bersama. Satu-
satunya kompleks pada EKG adalah QRS Kompleks.
5. Poin : Hanya ada satu poin dalam EKG yang disebut Poin J atau titik J yang
merupakan titik dimana QRS Kompleks berakhir dan ST segmen dimulai.

Bagian utama dari EKG mengandung gelombang P, QRS Kompleks dan gelombang T.
Masing-masing akan dijelaskan secara individual dalam tutorial ini.

1. Gelombang P
 Gelombang P menunjukan depolarisasi atrium.
 Gelombang P terbentuk ketika sinus node (sinoatrial node – SA Node)
memberikan stimulus sehingga terjadi depolarisasi atrium.
 Gelombang P harus tegak lurus di lead II jika stimulus berasal dari SA node.
Dalam hal ini, gelombang EKG disebut irama sinus normal atau sinus rhytm atau
NSR (Normal Sinus Rhytm).
 Selama depolarisasi atrium mampu menyebar melalui atioventrikular (AV node)
ke ventrikel, setiap gelombang P harus diikuti oleh QRS kompleks.
 Pembesaran atrium dapat memperlebar gelombang P atau meningkatkan
amplitudo gelombang P. 
 Ritme atrium ektopik dapat mengubah morfologi normal gelombang P.
 Ada banyak irama jantung dimana gelombang P tidak dapat diidentifikasi,
termasuk alam fibrilasi atrium dan kadang-kadang dalam irama junctional.
 Kadang-kadang gelombang P terkubur di ujung QRS kompleks yang
menyebabkan skenario “short RP” seperti yang biasa terlihat dalam AVRT
(atrioventricular reentrant tachycardia).

2. QRS Kompleks
 QRS Kompleks yang terdiri dari gelombang Q, gelombang R dan gelombang S
mewakili depolarisasi ventrikel.
 Tidak semua lead dalam EKG mengandung ketiga gelombang ini.
 Sebagai contoh …QRS Kompleks normal pada lead V1 tidak mengandung
gelombang Q – hanya mengandung gelombang R dan gelombang S – namun tetap
saja kombinasi dari gelombang R dan gelombang S tersebut masih disebut sebagai
QRS Kompleks.
 Durasi normal (interval) ari QRS Kompleks adalah antara 0,08 dan 0,10 detik – 80
dan 100 milidetik .Ketika durasi antara 0,10 dan 0,12 detik,  disebut intermediate
atau prolonge QRS Kompleks (QRS Kompleks Memanjang).
 Durasi QRS yang lebih besar dari 0,12 detik dianggap tidak normal.
 Durasi QRS akan memanjang ketika aktivitas listrik membutuhkan waktu yang
lama untuk melakukan perjalanan ke seluruh miokardium ventrikel.
 Sistem konduksi normal dalam ventrikel disebut sistem His-Purkinje dan terdiri
dari sel-sel yang dapat menghantarkan listrik cukup cepat.Dengan demikian,
konduksi normal dari impuls listrik melalui AV node kemudian ke ventrikel
melalui sistem His-Purkinje haruslah cepat sehingga menghasilkan durasi QRS
yang normal.
 Ketika aktivitas listrik tidak melalui sistem His-Purkinje, tetapi melalui myocyte
ke myocyte, waktu perjalanan yang diperlukan akan lebih lama sehingga durasi
QRS akan lebih lama atau memanjang.
 Durasi QRS yang memanjang terjadi dalam ventrikular aritmia seperti ventrikular
takikardia dan non-specific intraventricular conduction delay. 

3. Gelombang T
 Gelombang T yang muncul setelah QRS Kompleks menunjukan repolarisasi
ventrikel.
 Gelombang T harus tegak lurus di sebagian besar lead, kecuali pada lead aVR dan
V1.
 Lebih lanjut, gelombang T harus bersifat asimetris.
 Bagian kedua dari gelombang T harus memiliki penurunan yang lebih curam jika
dibandingkan dengan kemiringan dari bagian pertama.
 Jika gelombang T muncul secara simetris, patologi jantung seperti iskemia
mungkin terjadi.

Gelombang T

Menghitung Heart Rate EKG


Salah satu cara mudah dan cepat dalam mengukur ventrikel rate atau laju ventrikel adalah
dengan memeriksa RR Interval – yaitu, jarak antara dua gelombang R berturut-turut – dan
menggunakan skala standar untuk menemukan angka tersebut.
1. Jika 2 gelombang R berturut-turut dipisahkan oleh hanya 1 kotak besar, maka
kecepatannya adalah 300 bpm (denyut per menit).
2. Jika 2 gelombang R berturut-turut dipisahkan oleh 2 blok besar, maka laju
ventrikel adalah 150 bpm.
3. Jika 2 gelombang R berturut-turut dipisahkan oleh 8 kotak besar, maka
kecepatannya adalah 37 bpm. 

Penjelasan bergambar dari metode ini ditunjukan dibawah ini.

Cara cepat lain untuk menghitung heart rate adalah dengan menghitung jumlah QRS
Kompleks dan dikalikan dengan 6, maka beat per minute (bpm) dapat diketahui.

Kenapa dikali 6? Karena standar EKG 12-Lead adalah 10 detik. Sedangkan 10 detik
dikali 6 sama dengan 60 detik atau 1 menit. Metode ini digunakan ketika QRS Kompleks
tidak teratur, seperti pada fibrilasi atrium yang dalam hal ini Interval RR dapat bervariasi.

Baca lebih lanjut mengenai cara menghitung heart rate EKG: Cara Mudah
menghitung Heart Rate EKG

Setelah memahami dasar-dasar EKG, selanjutnya kita juga harus memahami fisiologis
dari aktivitas elektrik jantung nya. Hal ini nantinya akan memperkuat pemahaman
mengenai aktivitas depolarisasi dan repolarisasi jantung.

Fisiologi Aktivitas Elektrik Jantung


Untuk memahami dan mampu menginterpretasikan gambaran elektrokardiografi (EKG)
dengan baik, kita harus memahami lebih dulu bagaimana fisiologi elektrik yang terjadi
dalam jantung. Berikut akan dipaparkan secara perlahan.

Jantung memiliki sistem konduksi mulai dari SA node sampai serat Purkinje. Dapat
dilihat pada gambar seperti berikut:
 Sinoatrial (SA) node: merupakan pacemaker dominan, terletak pada atrium
kanan, dengan laju intrinsik 60–100 denyut per menit. Ini yang dijadikan panduan
detak jantung normal.
 Internodal Pathway: impuls langsung antara SA node dan AV node dan
menyebar di sekitar otot-otot atrium.
 Atrioventrikular (AV) node: bagian dari jaringan AV junction, yaitu sebagian
jaringan sekitarnya, dan terhubung dengan Bundle of His. Di AV node ini
konduksi berjalan lambat karena terdapat delay electrical impuls menuju ventrikel.
Laju intriksi di AV node ini mencapai 40–60 denyut per menit.
 Bundle of His: terletak di atas septum interventrikel. Serat saraf ini terentang dari
AV node ke percabangan bundle tersebut.
 Left Bundle Branch: mengkonduksi impuls elektrik ke ventrikel kiri
 Right Bundle Branch: mengkonduksi impuls elektrik ke ventrikel kanan
 Sistem Purkinje: Di berkas cabang ini impuls akan disebarkan ke dinding
ventrikel. Kecepatan intrinsik mencapai 20–40 denyut per menit.

Selain itu terdapat 2 aktivitas utama elektrik jantung, yaitu depolarisasi dan repolarisasi.
Untuk lebih mudah memahaminya, dapat dilihat pada gambar berikut:

Terdapat 1 sel yang mengalami depolarisasi

Sel tersebut menimbulkan gelombang depolarisasi ke sel sebelahnya


Ketika semua sel terdepolarisasi, gelombang akan berhenti

Repolarisasi akan merestorasi polaritas dari tiap sel

Namun dalam tampilan makro, proses depolarisasi dan repolarisasi akan berlangsung
progresif dan simultan seperti gambar dibawah:
Elektrokardiograf (EKG) bekerja dengan mendeteksi aktivitas elektrik pada permukaan
kulit. Aktivitas elektrik jantung dapat diketahui dengan mengukur perbedaan voltase antar
elektroda lalu diamplifikasi dan ditampilkan dalam monitor.

Satu elektrode mewakili satu sudut pandang (arah) aktivitas jantung, sehingga beberapa
elektrode dapat menggambarkan aktivitas jantung secara menyeluruh.

Namun kesalahan dalam meletakkan elektrode juga dapat menimbulkan kesalahan dalam
interpretasi.
7 Langkah Mudah Interpretasi EKG
Untuk membaca EKG perlu kita ketahui standar dalam pembacaan. Kecepatan perekaman
standar yaitu 25 mm/detik.
Interpretasi EKG dapat mudah dilakukan secara sistematis dengan menyebutkan
komponen-komponen sebagai berikut:

 Ritme
 Laju
 Morfologi gelombang P
 Interval PR
 Kompleks QRS
 Segmen ST
 Gelombang T
 Interval Qt
 Kelainan yang ada: misal infark, LVH, RVH, RBBB, LBBB, dll.
Ritme: lihat Lead II panjang

 reguler dan ireguler, lihat interval P-P atau R-R, bila sama berarti reguler.
Gunakan kertas kosong untuk menandai interval P-P atau R-R.
 reguler: interval konsisten
 regularly irreguler: terdapat pola iregular yang berulang
 ireguler: tidak ada pola sama sekali

Laju: lihat Lead II panjang. Ada 3 metode:

 300 dibagi jumlah kotak besar R-R


 1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R-R
 Hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik (1 detik ada 5 kotak besar),
kemudian dikalikan 10 (metode ini untuk sinus aritmia saja). Atau jika
memungkinkan hitung R-R dalam 60 detik.
 rate normal 60–100 denyut per menit
 bradikardia itu <60 denyut per menit takikardia itu >100 denyut per menit

Morfologi Gelombang P: liat Lead II panjang, gelombang P selalu positif (menghadap


atas)

 normal /\
 berlekuk /\/\ = dilatasi atrium kiri
 runcing tinggi /\ = dilatasi atrium kanan
 inversi \/ = dilatasi atrium kiri
 jika tidak ada gelombang P, artinya irama junctional atau ventrikular

Interval PR: liat Lead II

 normal: 0,12–0,20 detik (3–5 kotak kecil) dan konstan

Kompleks QRS: liat Lead I, aVF, dan Lead II

 Axis: liat Lead I dan lead aVF, tentukan resultan “arah gaya”-nya, normal bila -
300 sampai +1100 namun bila sudah Lead I dan aVF positif sudah pasti normo
axis
 Durasi: liat Lead II
 kurang dari 0,10 detik (kecuali bila ada gangguan konduksi intraventrikel)

Interval QT: Jarak dari awal QRS ke akhir gelombang T.

 Jika ada maka liat aja dari bacaan analisis EKG, normalnya 0.3–0.44 detik, atau
kurang dari setengah interval R-R. QTc interval yaitu QT/akar dari R-R interval.

Kelainan Pada Hasil Interpretasi EKG


1. Infark Miokard
Lihat segment ST, gelombang Q, dan gelombang T

Segmen ST: lihat lead yang berdekatan. Elevasi bermakna bila:


 elevasi ≥ 1 kotak kecil pada sadapan ekstremitas
 elevasi ≥ 2 kotak kecil pada sadapan prekordial di dua atau lebih sadapan yang
menghadap daerah anatomi jantung yang sama
 Lokasi Infark, ada beberapa yaitu:
 Anterior = V3, V4
 Anteroseptal = V1, V2, V3, V4
 Anterior ekstensif = I, aVL, V2-V6
 Anterolateral = I, aVL, V3, V4, V5, V6
 Inferior = II, III, aVF
 Lateral = I, aVL, V5, V6
 Septum = V1, V2
 Posterior = V7, V8, V9
 Ventrikel Kanan = V3R, V4R

Gelombang Q patologis: menunjukkan adanya infark lama

 gelombang Q berdurasi 0.04 detik


 dalamnya minimal 1/3 tinggi gelombang R pada kompleks QRS yang sama

Gelombang T: normalnya <5 mm pada lead ekstremitas atau <10 mm pada lead
prekordial. Curigai adanya infark akut bila ada tall-T (infark fase hiperakut) atau T wave
inverted (infark fase akut lanjutan).

2. Pembesaran Atrium
Pembesaran Atrium Kiri:

 durasi P > 11 detik


 gelombang P berlekuk/notched di lead I, II, aVL, disebut P mitral
 gelombang P bifasik di lead V1 dengan inversi lebih dominan

Pembesaran Atrium Kanan:

 gelombang P tinggi > 2.5 mm di lead II, III, aVF, disebut P pulmonal
 gelombang P bifasik di lead V1 dan dominan defleksi positif

3. Hipertrofi Ventrikel
 Hipertrofi Ventrikel Kiri: tinggi gelombang R di aVL ≥ 11 mm, atau tinggi
gelombang R di V5 atau V6 > 27 mm, atau dalamnya gelombang S di V1 + tinggi
gelombang R di V5 atau V6 > 35 mm
 Hipertrofi Ventrikel Kanan: deviasi aksis ke kanan, gelombang R tinggi disertai
depresi segment ST dan T terbalik di lead II, III, aVF, atau gelombang R tinggi di
lead V1, rasio R/S > 1 atau durasi R > 0.03 detik

4. Blok Berkas Cabang


 Right Bundle Branch Block (RBBB): pola rSR’ di lead aVR dan V1 = kuping
kelinci, gelombang S lebar (durasi ≥ 0.04 detik) dan tumpul (slurred) di lead I,
aVL, V5, dan V6, durasi kompleks QRS > 0.12 detik (blok komplit) atau antara
0.10–0.12 detik (blok tidak komplit)
 Left Bundle Branch Block (LBBB): kompleks QRS lebar dan bertakik
(berbentuk huruf M) di lead I, aVL, V5, dan V6, tidak dijumpai gelombang Q di
lead I, V5, dan V6, kadang disertai depresi segment ST dan gelombang T inversi
di sadapan I, aVL, V5, dan V6, durasi kompleks QRS > 0.12 detik (blok komplit)
atau antara 0.10–0.12 detik (blok tidak komplit

5. Sindrom Long/Short QT
 Long QT: interval Qtc (corrected QT) >0.44 dianggap abnormal
 Short QT: interval Qtc (corrected QT) ≤ 0.30 dianggap abnormal

6. Ventricular Extra Systole (VES) atau Premature Ventricular


Complex (PVC)
 Uniformis atau multiformis
 R on T: gelombang R dari PVC jatuh pada gelombang T denyutan sebelumnya
 Berpasangan (couplet)
 Bigeminal: 1 PVC di antara 2 kompleks QRS
 Trigeminal: 1 PVC di antara 3 kompleks QRS
 Quadrigeminal: 1 PVC di antara 4 kompleks QRS

7. Blok AV (kuncinya lihat interval PR)


Derajat 1:

 interval PR >0.20 detik namun konstan/tetap

Derajat 2:

 Tipe 1: interval PR semakin lama makin panjang sampai suatu saat ada P yang
tidak diikuti QRS. Pada tipe ini blok terjadi di nodus AV
 Tipe 2: interval PR konstan namun tidak diikuti QRS. Pada tipe ini blok terjadi
pada berkas cabang

Derajat 3:

 interval P-P konstan namun QRS jalan sendiri. Pada tipe ini tidak ada hantaran
sama sekali dari atrium ke ventrikel

Gambaran EKG pada Kondisi Lain


1. Pacu jantung: adanya spike. Bila ada 1 berarti terpasang di salah satu chamber
[atrium kanan (akan terlihat spike diikuti gelombang P) atau ventrikel kanan
(spike diikuti QRS)]. Bisa terdapat 2 spike bila terpasang di 2 chamber dan
berjalan secara simultan menyerupai fisiologis jantung normal.
2. Efek Obat Digitalis: adanya depresi segmen ST asimetris berbentuk sekop,
pemendekan interval QT, pemanjangan PR, gelombang T datar atau inverted.
3. Hiperkalemia: gelombang T tinggi, kalau kalium >8 bisa asistol.
4. Hipokalemia: depresi segmen ST, pemanjangan interval QT, flat-T, serta muncul
gelombang U.
5. Hipokalsemia: pemanjangan interval QT, segmen ST mendatar dan bertambah
lebar.
6. Hiperkalsemia: pemendekan interval QT dan segmen ST memendek
7. Perikarditis: sinus takikardia dengan elevasi segmen ST difus hampir di semua
sadapan, dan ada depresi segmen PR di lead II.
8. Emboli paru akut: adanya hipertrofi ventrikel kanan, adanya pola S1Q3T3 (S
lebar di lead I, adanya gelombang Q dan T inverted di lead III. Sinus takikardia,
mungkin ada RAD, RBBB.
9. Kelainan SSP: kelainan berupa stroke non-hemoragik atau perdarahan
subarachnoid, yakni terdapat sinus bradikardia, inversi gelombang T difus yang
dalam dan lebar, gelombang U menonjol.
10. PPOK: dilatasi atrium kanan dan hipertrofi ventrikel kanan, deviasi aksis ke
kanan, kompleks dengan amplitudo rendah.

Anda mungkin juga menyukai