Anda di halaman 1dari 5

Dongeng ini menceritakan Kelinci yang sombong.

Ia selalu membanggakan dirinya yang bisa


berlari cepat.

Suatu hari, kelinci bertemu dengan kura-kura. Ia kaget karena kura-kura begitu lambat dalam
berjalan. Ia pun mulai menyombongkan diri dan mengolok-olok kura-kura.

Kura-kura berusaha tidak memedulikan ucapan kelinci. "Setiap hewan bergerak dengan
langkahnya sendiri. Saya mungkin lambat, tetapi saya bisa pergi kemana saka yang saya mau.
Saya bahkan bisa mencapai tujuan lebih cepat dari pada kamu," kata si kura-kura.

Kelinci tidak percaya dengan perkataan kura-kura. Dia pun menantang kura-kura lomba lari.
Keduanya pun setuju untuk lomba lari.

Saat lomba, kelinci berlari kencang, memimpin, dan meninggalkan kura-kura jauh di
belakang. Ia yakin bisa menang, sehingga berhenti lari dan beristirahat sejenak. Tanpa
disadari, kelinci justru tertidur lelap dan tak mengetahui bahwa kura-kura sudah
membalapnya.

Saat dia bangun, kelinci begitu kaget karena kura-kura sudah sampai di garis finish. Si kelinci
menghela napas, sementara kura-kura tersenyum ke arahnya.
Dongeng kura-kura dan kelinci ini memiliki pesan moral agar anak tak menganggap remeh
orang lain. Kita juga bisa mengajarkan mereka untuk tidak sombong dan selalu rendah hati.

KANCIL MENCURI MENTIMUN

Hutan saat itu sedang dilanda kekeringan


yang panjang. Akibatnya, makanannya
habis dan sungai pun ikut mengering.
Mau tidak mau, hewan hutan harus keluar
dari hutan untuk mencari makanan. Tidak
terkecuali si kancil. Dia bingung mencari
makanan karna di hutan sudah tidak ada
sumber makanan.

“Di mana saya harus mencari makanan?


Jika saya tinggal di hutan ini, saya bisa kelaparan,” kata si Kancil.

Kancil keluar dari hutan. Ketika dia berjalan, dia tiba-tiba melihat ladang petani dipenuhi
mentimun yang sangat segar.

Seketika keinginan si kancil untuk tampak melahap mentimun segar tersebut.

“Hmmm… Jika aku makan mungkin tidak apa-apa mentimun milik petani tersebut,” kata
Kancil.

Hmm, mentimun itu ternyata sangat bagus. Tanpa sadar, Si Kancil memakan mentimun
sampai perutnya kekenyangan. Kancil pun kembali dengan hati yang bahagia.

“Untuk apa aku keluar dari hutan untuk bersusah payah mencari makanan. Di ladang si
petani, ada banyak makanan tersedia,” kata Si Kancil.

Benar, hari-hari berikutnya, Kancil sering mengunjungi ladang petani. Dia makan mentimun
milik petani. Pada akhirnya, para petani menjadi geram dan sangat marah.

“Aku harus memberi pelajaran pada si pencuri timun-timunku. Tapi bagaimana?” pikir
Petani.

Petani itu terus berpikir sampai akhirnya dia menemukan ide. Para petani mengambil
pakaian, pita, dan kelapa yang tidak digunakan. Lalu dia menyatukan semuanya,
mengubahnya menjadi orang-orangan sawah. Lalu dia meletakkannya di ladang mentimun.

“Si petani yakin setelah dia memasang boneka orang sawah tersebut maka si pencuri akan
takut jadinya ,” Kata Si Petani.

Kancil yang lapar kembali ke ladang petani. Dia berharap untuk makan mentimun sesegera
mungkin, Si Kancil berfikir di ladang tersebut dia akan kenyang jadi dia tidak perlu kembali
ke ladang tersebut untuk beberapa kali. Jika perlu, aku akan membawa mentimun pulang
untuk aku makan,” kata Kancil.
Olala, betapa terkejutnya Kancil ketika dia menemukan seseorang yang menjaga ladang
petani. Si Kancil yang berniat mencuri, lalu bersembunyi, menunggu kepergian orang ini.

Tetapi untuk waktu yang lama dia menunggu, orang ini juga tidak meninggalkan tempatnya.
Kancil, yang sudah sangat lapar, akhirnya menyerah. Dia pulang tanpa membawa mentimun.
KISAH BUAYA YANG SERAKAH

Suatu hari terdapat buaya yang sedang kelaparan di pinggir sungai karena belum
makan selama 3 hari. Sang buaya melihat seekor bebek yang sedang berenang,
kemudian menangkapnya untuk dijadikan mangsa.

Bebek berkata “Tolong jangan makan aku, dagingku sangat sedikit. Sebaiknya kamu
memakan kambing saja”. Buaya pun terpengaruh perkataan bebek, lalu menyuruh
bebek untuk mengantarkan dimana keberadaan kambing.

Kambing yang ditangkap buaya juga berkata kepada buaya “Lebih baik kamu
memakan gajah yang dagingnya lebih banyak”. Akhirnya buaya menyuruh kambing
untuk menunjukkan keberadaan gajah.

Sesampainya di persembunyian gajah, buaya berhasil menangkap anak gajah.


Kemudian anak gajah itu teriak “Tolong…tolong”. Segerombolan gajah dewasa pun
datang dan menghampiri buaya tersebut.

Gajah-gajah dewasa menginjak tubuh buaya secara bersamaan hingga buaya tidak bisa
bernafas. Apalagi tubuh buaya lemas karena belum makan sama sekali dan akhirnya
mati. Pesan moral yang dapat diambil ialah bersyukurlah ketika mendapat sesuatu
meskipun jumlahnya sedikit.
Pada saat musim panas ada seekor belalang yang sedang memainkan biola dengan hati yang
gembira. Bernyanyi, menari, bermain biola, dan bersenang-senang merupakan hobi belalang.
Setiap hari belalang melakukan hal yang menyenangkan tersebut tanpa terpikirkan untuk
bekerja.

Belalang pun tidak sadar bahwa musim panas yang sedang ia nikmati akan segera berakhir.
Tidak lama lagi musim panas akan berubah menjadi musim dingin. Biasanya saat musim
dingin akan terjadi hujan lebat disertai badai, sehingga membuat binatang tidak bisa
beraktivitas.

Oleh karena itu, belalang berpikir untuk menikmati musim panas dengan melakukan aktivitas
yang menyenangkan. Ketika bermain biola, belalang melihat semut yang sedang mondar-
mandir melewati rumahnya.

Belalang memutuskan untuk mengajak semut bermain bersama. Tidak hanya sekedar
bermain, belalang mengundang semut untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan di
rumahnya. Akan tetapi, dengan kesopanan semut menolak ajakan belalang.

Semut berkata “Maaf belalang, aku harus bekerja untuk menyiapkan makanan dan rumah
sebagai bekal musim dingin nanti”. “Ayolah semut, jangan terlalu memikirkan hal yang tidak
penting seperti itu, lebih baik kau menikmati musim panas ini dengan senang-senang” Jawab
belalang.

Mendengar ajakan belalang yang menarik tersebut, semut tetap melanjutkan pekerjaannya
karena ia sadar bahwa musim dingin akan segera tiba. Belalang yang terbiasa bersenang-
senang tetap melanjutkan kebiasaannya tanpa berpikir apapun.

Tidak lama kemudian musim berakhir dan berubah menjadi musim dingin. Dari yang
awalnya riang, mendadak belalang berubah menjadi panik. Hal tersebut dikarenakan belalang
tidak mempunyai persediaan makanan yang cukup di rumahnya.

Selain itu, rumah belalang yang tadinya tidak diperbaiki kini menjadi rusak dan tidak layak
huni karena diterjang oleh badai. Belalang pun memutuskan untuk meminta bantuan kepada
semut, bahkan ia menaruh harapan tinggi kepada semut.

Sesampainya di rumah semut, belalang memohon untuk bisa tinggal di rumah semut dan
meminta makanan. Mendengar permintaan tersebut semut menjawab, “Maafkan aku
belalang, bukan maksudku tidak mau membantu kamu. Akan tetapi, rumahku kurang besar
untuk tubuhmu”

“Selain itu, makanan yang aku kumpulkan hanya cukup untuk keluargaku saja” lanjut
jawaban semut. Dengan penuh penyesalan dan perasaan yang sedih belalang pergi
meninggalkan rumah semut.

Belalang pun bergumam “Anda saja dahulu aku mendengarkan kata semut untuk menyiapkan
makanan dan rumah sebagai bekal musim dingin”. Kini belalang sedang kedinginan terkena
hujan dan badai serta ia merasa lapar.

Anda mungkin juga menyukai