Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Study : Program Kesehatan


Topik : pengenalan ISPA
Sasaran : Siswa Kelas 1 atau 2 di SMA Antartika desa Siwalanpanji Kecamatan
Buduran Kabupaten Sidoarjo
Tempat : Sekolah SMA ANTARTIKA
Hari/ tanggal : Selasa,19 November 2019
Waktu : 09.00 WIB- Selesai

A. LATAR BELAKANG

Infeksi Saluran Pernapasan Atas merupakan keadaan infeksi anak paling lazim,
tetapi kemakananya tergantung frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi pada anak.
Sindrom ini lebih luas dari pada orang dewasa. Biasanya anak dengan ISPA mengalami
penurunan nafsu makan tetapi tindakan memaksa dia untuk makan hidangan tidak ada
gunanya.

Sebagian besar penyakit pada anak-anak adalah infeksi, sebagian besar infeksi ini
terjadi pada saluran nafas, sebagian besar adalah ISPA, kebanyakan adalah virus. Ispa
dapat mencetus kejang demam, dan serangan asma (lectur, 2002).

Dinding dan seluruh sistem pernapasan dilapisi oleh mukosa yang saling
berhubungan sehinga infeksi yang terjadi disuatu tempat dengan mudah bisa
mempengaruhi bagian saluran pernapasan atas lainnya. ISPA juga menjadi alasan utama
mengapa pasien lebih memilih perawatan ambulatory atau rawat jalan. Oleh karena itu
menjadi penting bahwa perawat perlu dipersiapkan untuk memberikan perawatan terbaik,
memberikan penyuluhan dan informasi mengenai obat- obatan kepada pasien. Meskipun
teknologi kedokteran telah berkembang sedemikian pesatnya, namun pertanyaan-
pertanyaan klinis yang umum untuk penyakit ISPA selalu mementingkan pada strategi
yang efektif untuk pencegahan, diagnosa dan perawatan.

Anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang rentan untuk terserang berbagai


penyakit khususnya penyakit infeksi. Menurut temuan organisasi kesehatan dunia (WHO)
diperkirakan 10 juta anak meninggal tiap tahun. Yang disebabkan karena diare,
HIV/AIDS, Malaria dan ISPA (Depkes RI, 2007). Penyakit ISPA merupakan suatu
masalah kesehatan utama di indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA
terutama pada Anak-Anak dan balita. ISPA mengakibatkan sekitar 20% – 30% kematian
anak balita. ISPA merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien pada sarana
kesehatan. Sebanyak 40% – 60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15% – 30%
kunjungan berobat dirawat jalan dan rawat inap.

B. TUJUAN

1) Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran mampu memahami tentang
masalah ISPA.
2) Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan sasaran dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian dari ISPA.
2. Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari ISPA.
3. Menyebutkan kembali macam-macam dari ISPA.
4. Menjelaskan bahaya dari ISPA.
5. Menjelaskan kembali cara perawatan ISPA dirumah.
6. Menjelaskan cara pencegahan ISPA.
7. Menjelaskan penatalaksanaan ISPA.

C. KEPANITIAAN
Ketua Pelaksana : Fajriyyaul Mufidah
Sekretaris : Pratika Widya Sptiara
Bendahara : Sindi Mega Silvia

Sie Acara Sie Sekretariatan Sie Humas


 Fitri Nur Annisa  Cyndi Anggita  Aditya
Ashari Sulistyawati

Sie Perlengkapan Sie Konsumsi


 Fauzizah Amimy  Id’ilil Fitriyani
 Ikhlasul Amaliyah  Nur Ima Erviana
D. MATERI PENYULUHAN
1. PengertianISPA
2. Penyebab ISPA
3. TandadanGejalaISPA
4. Macam-macamISPA
5. Cara Penularan ISPA
6. PencegahanISPA
7. PenatalaksananISPA

E. SASARAN
Siswa kelas 1 atau 2 di SMA Antartika Desa Siwalanpanji Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo.
F. MATERI
Mata ajar ini berfokus pada pengenalan ISPA dan proses pembelajaran ini
menggunakan metode ceramah dan diskusi
G. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
H. MEDIA
Leaflet
LCD
Leaflet

I. KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PUNYULUH KEGIATAN
PESERTA
1. 3 menit Pembukaan:
a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan a. Menjawab salam
salam. b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri. c. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan d. Memperhatikan
d. Menyebutkan materi yang akan diberikan.
2. 30 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan kembali pengertian dari a. Memperhatikan
ISPA. dan mendengarkan
2. Menyebutkan kembali tanda dan gejala b. Memperhatikan
dari ISPA. Bertanya dan
3. Menyebutkan kembali macam-macam dari menjawab
ISPA. pertanyaan yang di
4. Menjelaskan bahaya dari ISPA. ajukan
5. Menjelaskan kembali cara perawatan c. Memperhatikan
ISPA dirumah. dan mendengarkan
6. Menjelaskan cara pencegahan ISPA.
7. Menjelaskan penatalaksanaan ISPA

3. 10 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta tentang materi Menjawab pertanyaan
yang telah di berikan, dan reinforcement
kepada peserta yang dapat menjawab
pertanyaan.
4. 2 menit Terminasi :
Mengucapkan terima kasih atas peran serta Mendengarkan
peserta Menjawab salam
Mengucapkan salam penutup

J. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Siswa kelas 1 atau 2 di SMA Antartika Desa Siwalanpanji Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo hadir di tempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di SMA Antartika Desa Siwalanpanji
Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo Pengorganisasian penyelenggaraan
penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Siswa kelas 1 atau 2di SMA Antartika Desa Siwalanpanji Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo antusias terhadap kegiatan penyuluhan
b. Siswa kelas 1 atau 2di SMA Antartika Desa Siwalanpanji Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c. Siswa kelas 1 atau 2 di SMA Antartika Desa Siwalanpanji Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo mengajukan pertanyaan dan dapat mengerti jawaban yang
diberikan serta dapat mengulangi jawaban secara benar

3. Evalusi Hasil
a. Siswa kelas 1 atau 2 di SMA Antartika Desa Siwalanpanji Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo.mengerti dan memahami tentang ISPA
b. Siswa kelas 1 atau 2 di SMA Antartika Desa Siwalanpanji Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo mampu mengulang pengertian dari ISPA
LAMPIRAN MATERI
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

A. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing yang terjadi secara
tiba-tiba, menyerang hidung, tenggorokan, telinga bagian tengah serta saluran napas
bagian dalam sampai ke paru-paru. Biasanya menyerang anak usia 2 bulan-5 tahun.
(Whaley and Wong; 1991; 1418).
B. Penyebab
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan
penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus,
haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu
ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh
didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit
maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan
nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim,
tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
C. Tanda dan Gejala
Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular,
hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya
karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa
hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya
akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis,
faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan
pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan
sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan
bernapas).
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran
pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum
(Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
Tanda dan gejala yang muncul ialah:
1) Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul
jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali
demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa
mencapai 39,50 C-40,5 0 C.
2) Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig
dan brudzinski.
3) Anoreksia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
5) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
6) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7) Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
9) Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

D. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpatarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

E. Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian ISPA


pada anakmenurut (Depkes, 2002) adalah sebagai berikut:
1. Usia / Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari
pada usia yang lebih lanjut.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5
tahun, sebagian besar kematian Balita di Indonesia karena ISPA. Balita merupakan
faktor resiko yang meningkatkan morbidibitas da mortalitas infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA). Khususnya pnemonia karena pada usia balita daya tahan
tubuh mereka belum terlalu kuat (Santoso, 2007).
2. Jenis kelamin
Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian yang
menunjukan perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.
3. Status Gizi
Setatus gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutriaen. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada dayta antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000).
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan
rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan
mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan
tubuh (Nadesul, 2001).
4. Status Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan
terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar dari suatu penyakit.
Oleh sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan lebih berisiko
terkena ISPA dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap (Nelson,
1992).
Tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil,
wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi
meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis
Campak. Pada ibuhamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak
sekolah tingkat dasar rneliputi 1 dosis DT, I dosis campak dan 2 dosis TT (Dinkes,
2009).
5. Status Pemberian ASI Eksklusif
Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) adalah susu yang dihasilkan oleh
kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi
(Wikipedia, 2008).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan
lain pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini (WHO, 2001).
Balita yang tidak diberi ASI juga berpotensi mengidap ISPA, bayi usia 0-11
bulan yang tidak diberi ASI mempunyai resiko 5 kalilebih besar meninggal karena
ISPA dibandingkan Bayi yang memperoleh ASI Ekslusif. Bayi yang tidakdiberi ASI
menyebapkan terjadinya defisiensi zatbesi, ini menjadikan resiko kematianya karena
ISPA sangat besar dibandingkan bayi yang secara ekslusif mendapatkan ASI dari si
ibu, Bayi yang diberi ASI ekslusif dapa ttumbuh lebih baik dan lebih jarang sakit
serta angka kematianya lebih renda dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI.
Ini terjadi karena pemberian ASI dapat meningkatkan reaksi Imonologis bayi,
hampir 90 % kematian bayi dan balita terjadi di negara berkembang dan jumlah itu
sekitar 4 % lebih kematian disebapkan oleh ISPA (Kartasasmita, 2003).
6. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit ISPA.
Faktor lingkungan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar rumah. Untuk faktor
yang berasal dari dalam rumah sangat dipengaruhi oleh kualitas sanitasi dari rumah itu
sendiri, seperti :
a. Kelembaban ruangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang
Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah menetapkan bahwa kelembaban yang
sesuai untuk rumah sehat adalah 40- 60%. Kelembaban yang terlalu tinggi maupun
rendah dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan mikrorganisme, termasuk
mikroorganisme penyebab ISPA (Kemenkes RI, 2011a).
b. Suhu ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini
berarti, jika suhu ruangan rumah di bawah 180C atau di atas 300C, keadaan rumah
tersebut tidak memenuhi syarat (Kemenkes RI,
2011a).
c. Penerangan alami
Rumah yang sehat adalah rumah yang tersedia cahaya yang cukup. Suatu rumah atau
ruangan yang tidak mempunyai cahaya, dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman,
juga dapat mendatangkan penyakit. Sebaliknya suatu ruangan yang terlalu banyak
mendapatkan cahaya akan menimbulkan rasa silau, sehingga ruangan menjadi tidak sehat.
d. Ventilasi
Ventilasi sangat penting untuk suatu tempat tinggal, hal ini karena ventilasi mempunyai
fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus udara dari
luar ke dalam dan sebaliknya. Dengan adanya jendela sebagai lubang ventilasi, maka
ruangan tidak akan terasa pengap asalkan jendela selalu dibuka. Untuk lebih memberikan
kesejukan, sebaiknya jendela dan lubang angin menghadap ke arah datangnya angin,
diusahakan juga aliran angin tidak terhalang sehingga terjadi ventilasi silang (cross
ventilation). Fungsi ke dua dari jendela adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar
(cahaya alam/matahari). Suatu ruangan yang tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik
akan menimbulkan beberapa keadaan seperti berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya
kadar karbon dioksida, bau pengap, suhu dan kelembaban udara meningkat. Keadaan
yang demikian dapat merugikan kesehatan dan atau kehidupan dari penghuninya, bukti
yang nyata pada kesehatan menunjukkan terjadinya penyakit pernapasan, alergi, iritasi
membrane mucus dan kanker paru. Sirkulasi udara dalam rumah akan baik dan
mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal 10% dari luas
lantai (Depkes RI, 1999).
e. Kepadatan hunian rumah
Kepadatan penghuni rumah merupakan perbandingan luas lantai dalam rumah dengan
jumlah anggota keluarga penghuni rumah tersebut. Kepadatan hunian ruang tidur menurut
Permenkes RI Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 adalah minimal 8 m2, dan tidak
dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di
bawah umur lima tahun (Depkes RI, 1999).
f. Penggunaan anti nyamuk
Pemakaian obat nyamuk bakar merupakan salah satu penghasil bahanpencemar dalam
ruang. Obat nyamuk bakar menggunakan bahan aktifoctachloroprophyl eter yang apabila
dibakar maka bahan tersebutmenghasilkan bischloromethyl eter (BCME) yang diketahui
menjadipemicu penyakit kanker, juga bisa menyebabkan iritasi pada kulit, mata
tenggorokan dan paru-paru (Kemenkes RI, 2011a).
g. Bahan bakar untuk memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas
udara menjadi rusak, terutama akibat penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan,
serta penggunaan sumber energi yang relatif murah seperti batubara dan biomasa (kayu,
kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian) (Kemenkes RI, 2011a).
h. Keberadaan perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri
dari 4.000 bahan kimia, 200 di antaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida
(CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain (Kemenkes RI, 2011a).
Berdasarkan hasil penelitian Nasution et al. (2009) serta Winarni et al. (2010), didapatkan
hubungan yang bermakna antara pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA pada Balita.
i. Debu rumah
Menurut Kemenkes RI (2011a), partikel debu diameter 2,5μ (PM2,5) dan Partikel debu
diameter 10μ (PM10) dapat menyebabkan pneumonia, gangguan system pernapasan,
iritasi mata, alergi, bronchitis kronis. PM2,5 dapat masuk ke dalam paru yang berakibat
timbulnya emfisema paru, asma bronchial, dan kanker paru-paru serta gangguan
kardiovaskular atau kardiovascular (KVS). Secara umum PM2,5 dan PM10 timbul dari
pengaruh udara luar (kegiatan manusia akibat pembakaran dan aktivitas industri). Sumber
dari dalam rumah antara lain dapat berasal dari perilaku merokok, penggunaan energi
masak dari bahan bakar biomasa, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
j. Dinding rumah
Fungsi dari dinding selain sebagai pendukung atau penyangga atap juga untuk melindungi
rumah dari gangguan panas, hujan dan angin dari luar dan juga sebagai pembatas antara
dalam dan luar rumah. Dinding berguna untuk mempertahankan suhu dalam ruangan,
merupakan media bagi proses rising damp (kelembaban yang naik dari tanah) yang
merupakan salah satu faktor penyebab kelembaban dalam rumah. Bahan dinding yang
baik adalah dinding yang terbuat dari bahan yang tahan api seperti batu bata atau yang
sering disebut tembok. Dinding dari tembok akan dapat mencegah naiknya kelembaban
dari tanah (rising damp) Dinding dari anyaman bambu yang tahan terhadap segala cuaca
sebenarnya cocok untuk daerah pedesaan, tetapi mudah terbakar dan tidak dapat menahan
lembab, sehingga kelembabannya tinggi (Depkes RI,1999).
k. Status ekonomi dan pendidikan
Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda dari satu individu dengan
individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit, persepsi terhadap penyakitnya merupakan
hal yang penting dalam menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi
ibu sangat menentukan tindakan pengobatan yang akan diterima oleh anaknya.
Berdasarkan hasil penelitian Djaja et al. (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang
membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Berdasarkan hasil uji
statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi
berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya
rendah. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi, akan lebih banyak membawa anak berobat ke
fasilitas kesehatan, sedangkan ibu dengan pendidikan rendah lebih banyak mengobati
sendiri ketika anak sakit ataupun berobat ke dukun. Ibu yang berpendidikan minimal
tamat SLTP 2,2 kali lebih banyak membawa anaknya ke pelayanan kesehatan ketika sakit
dibandingkan dengan ibu yang tidak bersekolah, hal ini disebabkan karena ibu yang tamat
SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakit yang diderita oleh balitanya.

F. Cara penularan penyakit ISPA


Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka penyakit
ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara
dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita
maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat
pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian
besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur
penyebab atau mikroorganisme penyebab (WHO, 2007)

G. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah
kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.
Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,
banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup,
kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh
yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga
dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2) Immunisasi.
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita
supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan
oleh virus / bakteri
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara
kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini
melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini
biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol
(anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni
Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari
tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran
antara bibit penyakit)

H. Penatalaksanaan
1. Medis
a) Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yangadekuat,
pemberian multivitamin dll.
b) Antibiotik :
 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab utama ditujukan pada S.
pneumonia, H. influensa dan S. aureus.
 Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
 Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin,
klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
 Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.
2. Keperawatan
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup,
dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan
lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,


oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk
lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda
bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya

Prinsip perawatan ISPA antara lain :

1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari.


2) Meningkatkan makanan bergizi.
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum.
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih.
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek.

I. Pengobatan
a) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres,
 Bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b) Mengatasi batuk
1) Tarik napas dalam dan batuk efektif.
Cara napas dalam dan batuk efektif :
 Ambil napas dalam (melalui hidung)
 Tahan sejenak ± 5-10 detik, lalu hembuskan pelan-pelan melalui
mulut
 Ulangi cara (1) dan (2) sebanyak 3 X
 Setelah itu, batukkan dengan keras
 Jika ada cairan/lendir/sekret yang keluar, langsung buang ke
tempat yang sudah disediakan (Sputum Pot atau jika tidak ada
boleh menggunakan botol /kaleng /wadah berisi pasir).
 Berkumur-kumur.
 Lakukan dengan teratur (minimal 3 x sehari).
Cara pembuatan larutan jeruk nipis-kecap, yaitu :
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan jeruk
nipis-kecap :
 Beberapa buah jeruk nipis yang masih segar.
 Setengah sendok teh kecap manis.
 Satu buah gelas minum ukuran belimbing.
b. Langkah-langkah :
 Peras jeruk nipis dan tempatkan dalam gelas.
 Campurkan dengan ½ - 1 sendok kecap manis, aduk rata.
 Diminum sekali habis, lakukan secara rutin, agar batuknya
hilang.
c. Aturan pakai larutan jeruk nipis – kecap adalah:
 Bagi orang dewasa, minum 3 x 1 sdm larutan tanpa dicampur
air.
 Bagi anak-anak, minumkan larutan 3 x ½ sdm larutan tanpa
dicampur air.
 Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air
matang yang masihhangat.
 Bila batuk tidak berkurang, segera periksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatanterdekat

c) Mengatasi pilek bisa dengan cara inhalasi uap/penguapan sederhana


(tradisional)
 Persiapkan alat dan bahan (baskom berisi air panas, minyak kayu putih,
kain/handuk kering).
 Campurkan minyak kayu putih dengan air panas dalam baskom dengan
perbandingan 2-3 tetes minyak kayu putih untuk 250 ml (1 gelas) air
hangat.
 Tempatkan penderita dan campuran tersebut di ruangan tertutup supaya uap
tidaktercampur dengan udara bebas (bisa ditutupi dengan kain/handuk
kering).
 Hirup uap dari campuran tersebut selama ± 5-10 menit atau penderita sudah
merasa lega dengan pernafasannya.

Kontra indikasi : pada balita karena bau minyak penghangat terlalu kuat
serta risiko kecelakaan terkena tumpahan air panas.

Anda mungkin juga menyukai