KELOMPOK 1
Bentuk Gelombang.
Dalam satu gelombang EKG ada yang disebut titik, interval dan segmen. Titik terdiri dari
titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan
Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR
segmen, dan ST segmen. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah
kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga
gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun
jarang ditemukan. Sinyal EKG terdiri atas :
1. Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil
karena otot atrium yang relatif tipis.
2. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga
gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama
kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah
setelah gelombang R disebut gelombang S.
3. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat
(repolarisasi)
Pembentukan Gelombang
Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan repolarisasi
di atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P defleksi positif, terkecuali
di aVR yang menjauhi arah aVR sehingga defleksinya negatif. Setelah dari atrium, listrik
menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut purkinje. Selanjutnya,
terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi positif,
kecuali di aVR. Setelah terjadi depolarisasi dikedua ventrikel, ventrikel kemudian
mengalami repolarisasi. Repolarisasi dikedua ventrikel menghasilkan gelombang T
defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR.
Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah “ kompleks QRS “ ,
dan sebuah gelombang T. kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang tersendiri,
gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya disebabkan oleh lewatnya impuls
jantung melalui ventrikel ini. Dalam elektrokardigram yang normal, gelombang Q, dan S
sering sangat menonjol dari pada gelombang R dan kadang-kadang benar-benar absen,
tetapi walau bagaimanapun gelombang ini masih dikenal sebagai kompleks QRS atau
hanya gelombang QRS.
Gelombang P disebabkan oleh arus listrik yang dibangkitkan sewaktu atrium mengalami
depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks QRS disebabkan oleh arus listrik yang
dibangkitkan ketika ventrikel mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi. Oleh karna
itu, gelombang P dan komponen-komponen kompleks QRS adalah gelombang
depolarisasi. Gelombang T disebabkan oleh arus listrik yang dibangkitkan sewaktu
ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi.
Durasi atau Interval Gelombang
a. Interval P-Q atau Interval P-R
Lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS adalah
interval waktu antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode ini disebut sebagai interval P-
Q. Interval P-Q normal adalah kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang interval ini juga
disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada.
Interval Q-T
Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai akhir
gelombang T. Interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering
tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki sifat- sifat khas yang lain yaitu: Amplitudo rendah
(sekitar 10μV – 10mV) dan frekuensi rendah (sekitar 0,05 – 100Hz).
Contoh gambar
D. Sandapan pada EKG (Bipolar dan Unipolar)
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap
jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung dari berbagai
arah. Semakin banyak sudut pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan-
kerusakan bagian-bagian jantung.
Sadapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua:
1. Sadapan bipolar
Sadapan Bipolar (I, II, III). Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan
potensial dari dua elektrode. Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (ke atas-bawah,
dan ke samping). Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub dan kutub
negatif. Masing-masing elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki.
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung
melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA (left
arm), RA (right arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari empat kabel elektrode ini akan
dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut.
a. Sadapan I.
sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang dibuat bermuatan
negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah listrik jantung bergerak ke sudut 0
derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh
sadapan I.
b. Sadapan II.
Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LF
yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar positif 60 derajat (sudutnya ke arah
inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.
c. Sadapan III.
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan negatif dan RF
yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke
arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.
2. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini terbagi
menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.
Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada ekstremitas. Gabungan
elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent (potensial 0). Sadapan ini
diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada
sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam
arah vertikal.
a. Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat
bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah -30
derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat juga
oleh sadapan aVL.
b. Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat
bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah positif
90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung selain sadapan II dan
III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.
c. Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat
bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah
berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).
Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut pandang jantung dapat
diringkas seperti yang digambarkan berikut.
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di
seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar
prekordial (sadapan dada).
Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode eksplorasi
diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari penggabungan
ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian
anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin
EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.
V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V4
V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri
B. INTERPRETASI EKG
1). Irama :
Dalam keadaan normal impuls untuk kontraksi jantung berasal dari nodus SA dengan
melewati serabut-serabut otot atrium impuls diteruskan ke nodus AV, dan seterusnya
melalui berkas His cabang His kiri dan kanan jaringan
Purkinyeakhirnya ke serabut otot ventrikel. Disini nodus SA menjadi pacemaker utama
dan pacemaker lain yang terletak lebih rendah tidak berfungsi. Apabila nodus SA
terganggu maka fungsi sebagai pacemaker digantikan oleh pacemaker yang lain.
Irama jantung normal demikian dinamakan irama sinus ritmis yaitu iramanya
teratur, dan tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS. Irama sinus merupakan
irama yang normal dari jantung dan nodus SA sebagai pacemaker. Jika irama jantung
ditimbulkan oleh impuls yang berasal dari pacemaker yang terletak di luar nodus SA
disebut irama ektopik.
- Irama reguler dengan frekuensi 60-100 kali per menit dan R ke R reguler
QRS
b. Sinus Aritmia
- Terdapat >3 irama ventrikuler dengan frekuensi 100-250 kali per menit
(kebanyakan di atas 120 kali per menit)
2) Frekuensi :
Frekuensi jantung pada orang dewasa normal antara 60 sampai 100 kali/menit.Sinus
takikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung pada orang dewasa lebih dari 100
kali/menit, pada anak-anak lebih dari 120 kali/menit dan pada bayi lebih dari 150
kali/menit. Sinus bradikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung kurang dari
60 kali/menit.
1500 dibagi dengan jumlah kotak kecil antara R-R interval atau P-P interval.
300 dibagi jumlah kotak besar antara R-R interval atau P-P interval.
Menghitung frekuensi jantung jika irama jantung tidak teratur yaitu dengan cara
mengitung jumlah kompleks QRS dalam 6 detik lalu dikalikan dengan 10.
Contoh: dalam 6 detik (30 kotak kecil, pada gambar di bawah adalah antara 2 panah)
didapatkan 13kompleks QRS lalu dikalikan 10 sehingga frekuensi jantung adalah 130
kali/menit)
3) Aksis :
Yang dimaksud dengan posisi jantung dalam elektrokardiografi adalah posisi listrik
dari jantung pada waktu berkontraksi dan bukan dalam arti posisi anatomis. Axis pada
manual ini yang akan dibahas adalah aksis frontal plane dan horizontal plane.
a. Frontal plane
Pada pencatatan EKG kita akan mengetahui posisi jantung terhadap rongga dada.
Untuk menghitung aksis jantung bisa menggunakan resultan vektor kompleks QRS di lead
I dan lead aVF karena kedua lead tersebut memiliki posisi yang saling tegak lurus.
A. B.
Pada gambar berikut ini (Gambar 11) dapat dilihat cara perhitungan aksis jantung
frontal plane serta contoh aksis normal, right axis deviation (RAD), dan left axis
deviation (LAD).
Gambar 11.Contoh perhitungan aksis jantung. A. Aksis normal (+)72⁰ yang diperoleh dari
resultan vektor kompleks QRS di lead I (+)4,5 dan di lead aVF (+)6. B. Right axis deviation
(RAD) (+)140⁰ yang diperoleh dari resultan vektor kompleks QRS di lead I (-
)9,5 dan di lead aVF (+)7. C. Left axis deviation (LAD) (-) 60⁰ yang diperoleh dari
resultan vektor kompleks QRS di lead I (+)5 dan di lead aVF (-)7.
b. Horizontal Plane
Pada beberapa kondisi dapat terjadi perputaran jantung pada aksis longitudinal,
yaitu:
a) Jantung berputar ke kiri atau searah jarum jam (clock wise rotation=CWR)
Arah perputaran ini dilihat dari bawah diafragma ke arah kranial. Pada keadaan ini
ventrikel kanan terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kiri lebih ke
belakang. Ini dapat dilihat pada lead prekordial dengan memperhatikan transitional
zone,dimana pada keadaan normal terletak pada V3 dan V4(transitional zone
= R/S = 1/1). Pada clock wise rotation tampak transitional zone lebih ke kiri,
yaitu pada V5 dan V6.
b) Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan arah jarum jam (counter
Pada keadaan ini ventrikel kiri terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kanan lebih ke
belakang. Pada counter clock wise rotation tampak transitional zone
pindahkekanan, yaitu V1atau V2.
Gambar Lead prekordial V1 hingga V6 pada potongan melintang jantung yang dilihat dari
kaudal. Kompleks QRS equiphasic di lead V3 (dilingkari). Lead V3 dan V4 menggambarkan
transitional zone antara gelombang S yang dalam di lead V1 dan V2 dengan gelombang R yang
tinggi di lead V5 dan V6. LV, left ventricle/ ventrikel kiri; RV, right ventricle/ ventrikel kanan. A.
Clockwise rotation. B. Normal. C. Counterclockwise rotation.
4) Gelombang P :
c. biasanya defleksi ke atas (positif) pada lead-lead I, II, aVL dan V3-V6
d. biasanya defleksi ke bawah (negatif) pada aVR, sering pula pada V1 dan
kadang-kadang V2
P mitral adalah gelombang P yang melebar (>0,12 detik) dengan notch yang
menandakan pembesaran atrium kiri. Pada kondisi ini juga bisa ditemukan P bifasik
di lead V1. P pulmonal adalah gelombang P yang tinggi dengan amplitude >3 kotak
kecil yang menandakan pembesaran atrium kanan.
Bila ditemukan gelombang P yang inversi (defleksi negatif pada lead yang
seharusnya defleksi positif) menandakan depolarisasi atrium dengan arah yang
abnormal atau pacemaker bukan nodus SA, melainkan pada bagian lain atrium
atau dextrocardia.
5) Interval PR:
Interval P-R atau lebih teliti disebut P-Q interval, diukur dari permulaan timbulnya
a. Blok AV derajat 1
6) Segmen PR:
Segmen P-R adalah jarak antara akhir gelombang P sampai permulaan kompleks
QRS. Dalam keadaan normal segmen PR berada dalam garis isoelektrik atau sedikit
depresi dengan panjang tidak lebih dari 0,8 mm.Segmen P-R ini menggambarkan delay of
exitation pada nodus AV (atau kelambatan transmisi impuls pada nodus AV).
7) Kompleks QRS:
b. Gelombang Q patologis
Kelainan morfologi kompleks QRS yang paling sering adalah blok berkas his. Blok
berkas his dibedakan menjadi 2 macam, yaitu right bundle brach block (RBBB) dan
left bundle brach block (LBBB). Pada RBBB ditemukan gambaran rSR di lead V1-V2,
sedangkan pada LBBB ditemukan gambaran RSr di lead V5-V6.
Gambar 19.Kelainan kompleks QRS berupa right bundle brach block (atas) dan left bundle
brach block (bawah).
d. Hipertrofi Ventrikel
8) Segmen S-T :
Segmen S-T disebut juga segmen Rs-T, ialah pengukuran waktu dari akhir
Isoelektrik atau
garis dasar
Gambar Penilaian segmen ST (atas) dan penentuan isoelektrik atau garis dasar.
b. ST elevasi
Gambar Cara menilai ST elevasi (kiri) dan tipe-tipe ST elevasi (kanan).
b. ST depresi
Gambar Tipe-tipe ST depresi: downsloping (kiri), upsloping (tengah) dan horizontal (kanan).
9) Gelombang T :
- positif (upward) di lead I dan II; dan mendatar, bifasik atau negatif di lead III
- negatif (inversi) di aVR; dan positif, negatif atau bifasik pada aVL atau aVF.
Gambar Tipe-tipe gelombang T: A. normal. B. Peaked T Wave. C. inversi gelombang T karena iskemia
transmural. D. Inversi simetris gelombang T, tetapi tidak sedalam gambaran iskemia transmural. E.
Inversi dangkal gelombang T. F. gelombang T bifasik. G. gelombang T flat atau isoelektrik. Walaupun
konfigurasi gelombang T pada gambar B, C, dan D merupakan kecurigaan iskemia, abnormalitas
gelombang T tersebut mungkin disebabkan oleh penyebab lainnya.
10) Gelombang U :
Interval Q-T diukur mulai dari permulaan gelombang Q sampai pada akhir
60x/menit. Q-Tc normal pada laki-laki tidak boleh lebih dari 0,42 detik dan pada wanita tidak
boleh lebih dari 0,45 detik (dr.R. Mohammad Saleh mengatakan 0,35-0,44detik).
12) Lain-lain :
Contraction)
Gambar 1.
a. Umur dan jenis kelamin penderita: karena bentuk EKG normal pada bayi dan
28
b. Tinggi, berat dan bentuk badan: orang yang gemuk mempunyai dinding dada
yang tebal, sehingga amplitudo semua komplek EKG lebih kecil, sebab voltase
berbanding berbalik dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel otot jantung.
c. Tekanan darah dan keadaan umum penderita: Hal ini penting apakah
d. Penyakit paru pada penderita: posisi jantung dan voltase dari komplek-komplek
EKG dapat dipengaruhi oleh adanya empisema pulmonum yang berat, pleural
effusion dan lain-lain.
EKG. Maka misalnya diperlukan hasil EKG yang bebas dari efek, digitalis, perlu
dihentikan sekurang-kurangnya 3 minggu dari obat digitalis tersebut.
29