Anda di halaman 1dari 61

AIRWAY MANAGEMENT

Dominika Bernadian Uge Rinu


2015-061-117
ANATOMI TRAKTUS
RESPIRATORIUS SUPERIOR
Anatomi
Perbedaan airway antara anak-
anak dan dewasa
PENILAIAN JALAN NAFAS
ANAMNESA
Riwayat alergi, asma
Riwayat penyakit sistemik
Riwayat sulit intubasi sebelumnya
Kebiasaan medengkur
Pemeriksaan Fisik
Look Inspeksi penyulit; obesitas, mikrognatia, riw. radiasi
leher, kel gigi, palatum yang tinggi dan melengkung,
leher pendek, trauma
Evaluatio
Aturan 3-3-2. Pasien dengan aturan ini memiliki
n anatomi yang relatif normal laringoskop dapat
dilakukan dengan sukses.
Mallamp
Adanya hubungan antara apa yang terlihat pada
ati visualisasi faring secara langsung dengan apa yang
dilihat dengan laringoskop
Obstruk
si Evalusai ; snoring, gurgling, stridor

Neck
Mobility Kemampuan fleksi dan ekstensi leher
Mallampati
Neck Mobility
Manajemen airway
Peralatan
Facemask
OPA (oropharyngeal airway
NPA (Nasopharyngeal airway)
LMA (Larygeal mask airway)
ETT (endotracheal tube)
Ventilasi dengan Facemask
Faktor Penyulit:
Usia > 55 tahun
BMI >26
Jenggot
Oedentulous
Riw mendengkur (OSA)
Mallampati III atau IV
Riwayat radiasi leher
Tidak dapat protrusi mandibular volunter
Penggunaan Facemask
Facemask harus pas pada
batang hidung dengan:
Atas: sejajar pupil
Samping: sejajar nasolabial
folds
Bawah: antara bibir bawah
dan dagu
Menunjang:
OPA atau NPA
Teknik
Sebelum diinduksi
anestesi: pemberian O2
100%.
One Hand (E-C)
Tangan kiri pada facemask +
manuever chinlift dan jaw
trust
Two Hand:
dengan bantuan orang lain
Two Hand
OPA dan NPA
Alat bantu untuk mempertahankan jalan nafas
tetap terbuka cegah jaruhnya lidah ke
belakang dan menutupi laring.
Digunakan pada pasien yang tidak sadar atau
tidak memiliki refleks muntah (OPA).
Alternatif: NPA (tapi sebaiknya tidak dipasang
pd pasien dengan curiga fraktur basis cranii
false route)
Pemilihan NPA: ukur dari puncak telinga pasien
ke puncak hidung, pilih diameter terbesar: lihat
diameter kelingking pasien.
Cara pemasangan OPA
Pemasang berdiri di belakang kepala
pasien
Buka mulut dgn teknik crossed
finger.
OPA dimasukan secara terbalik,
puncak OPA awalnya dimasukan
menghadap langit-langit pasien
kemudian diputar 180 derajat.
Apabila pasien mulai mau muntah,
lepaskan OPA. Berarti refleks muntah
Cara pemasangan NPA
Lubrikasi NPA dengan pelumas yang larut air.
Posisikan kepala pasien dalam posisi yang
netral, kemudian dorong ujung hidung
pasien ke belakang secara lembut.
Masukan NPA dengan posisi miring terhadap
septum nasi ke dalam lubang hidung kanan
mengikuti kurvatura alami dari hidung.
Ujung dari NPA harus diposisikan berlawanan
dengan bukaan hidung.
Ventilasi dengan LMA
Digunakan jika: ETT diperkirakan akan mengalami
kesulitan.
Dilakukan pada pasien yg rileks (teranestesi)
Indikasi:
Ventilasi elektif
Jalan nafas sulit
Pada pasien henti jantung
Kontraindikasi:
KI absolut: ps yg mulutnya tidak dapat dibuka, obstruksi
total SNA
KI relatif: ps obesitas morbid, hamil trimester 2 or 3,
belum puasa, GIB
Ukuran LMA
Teknik Pemasangan
Preoksigenasi dengan O2 100%
Pilih LMA yg sesuai, cek fungsinya, pastikan tidak
bocor kempeskan cuf
Lubrikasi pada permukaan posterior
Sedasi posisikan pasien
Memegang LMA seperti memegang pulpen
dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk
antara peralihan masker dan tabung.
Masukan LMA sepanjang palatum durum dengan
penekanan berlahan
Posisi tepat kembangkan cuf
Komplikasi pemasangan
LMA
Aspirasi isi lambung
Iritasi lokal
Trauma jalan nafas (lesi yg dipicu
oleh tekanan LMA)
Laringospasme dapat terjadi
INTUBASI ENDOTRAKEAL
Peralatan
STATICS
Scope / Laringoskop dan Stetoskop
Tube / selang oksigen
Airway device / NPA atau OPA
Tape / lekopor
Introducer / stilet / mandrin
Connector / ke mesin ventilator atau
anestesi
Suction
Laringoskop
Tipe Blade:
ABC Macintosh / curved
D Miller / straight
E McCoy
Ukuran
Ukuran Usia
Laryngoscope
Miller 1 <1 tahun
Whis-Hipple 1,5 1-3 tahun
Straight
Laryngoscope
Miller 2 3-10 tahun
Macintosh 3 >11 tahun
Miller 2 / 3 Dewasa
ETT
Terbuat dari karet atau pelastik,
sebagian memiliki spiral nilom atau
besi untuk mencegah pipa tertekuk.
Ukuran, laki-laki Indonesia: 7,5-8,5,
untuk perempuan: 7,0-8,0
ETT untuk bayi dan anak:
Diameter (mm): 4+14 umur(tahun)
Panjang pipa (cm): 12+12 umur (tahun)
Prosedur Intubasi
Persiapan: pasien sniffing position, persiapan
dan pengecekan alat
Oksigenasi: setelah anestesi dan obat pelumpuh
otot diberikan, ventilasi O2 100% min. 3 menit.
Laringoskop
Pemasangan pipa
Posisi pipa
Ventilasi: ventilasi diberikan sesuai dgn
kebutuhan pasien dengan volume tidal 6-8 mL
per kgBB
Sniffing Position
Laringoskop
Sellicks manuever
Pemasangan ETT
Menggunakan tangan kanan
Dapat gunakan introducer
Masukan melalui sudut mulut kanan
Sellicks manuever untuk bantu
visualisasi pita suara
Setelah capai trakea introducer
dikeluarkan, fiksasi
Posisi Pipa
Posisi benar jika:
Dada mengembang secara simetris
Terdengar suara nafas yg sama, ki dan ka pada
auskultasi
Jika:
dada kembang sebelah, suara ki dan ka beda, mengi,
sekret lebih banyak pipa masuk terlalu dalam ke
bronkus utama.
Lambung kembang, keluar cairan lambung, pasien jd
sianosis atau hipoksia masuk ke sal cerna
ETT ditarik perlahan hingga capai trakea
keluarkan ETT, preoksigenasi lagi, coba lagi.
Nasotracheal Intubation
Intubasi Nasotrakeal (1)

blind nasotracheal intubation memerlukan


pasien yang masih bernapas spontan
mengikuti aliran udara sampai ke dalam
laring
Penggunaan laringoskop untuk
mempermudah intubasi nasotrakeal under
vision dan laringoskop harus diposisikan
saat bagian ujung tube telah mencapai
orofaring
Intubasi Nasotrakeal (2)

Indikasi:
Operasi maxillofacial
Operasi gigi
pasien dengan kemungkinan cedera
servikal
Masa intra oral
Gangguan structural oral
Tidak dapat membuka mulut (trismus)
Intubasi Nasotrakeal (3)
Kontraindikasi Absolut:
penderita yang apnea
Instabilitas wajah
Fraktur basiler
Epiglotitis
Obstruksi saluran napas atas

Kontraindikasi Relatif :
Polip nasal besar
Benda asing di cavum nasi
Post operasi nasal
Hematoma atau infeksi pada leher atas
Riwayat sering mimisan
Koagulopati
trombolisis
Ekstubasi
Dilakukan dalam keadaan anestesi dalam
atau sudah tersadar dari anestesinya
Efek neuromuscular blocking agents mulai
hilang
Ekstubasi pada kondisi pasien yang
setengah sadar (between deep and
awake), meningkatkan risiko laryngospasm
Awaken extubation coughing (bucking)
meningkatkan HR, CVP, tekanan darah
arteri, TIK, TIA, TIO
Syarat Ekstubasi
Kriteria Subjektif Kriteria Objektif
Kapasitas vital 10 mL/kgBB
Mengikuti perintah Puncaktekananinspirasivolun
Orofaring / hipofaring ternegatif> -20 cmH2O
bersih Volume tidal > 6 cc/kgBB
Kontraksitetanikmenetap (5
Refleks muntah intak
detik)

Angkat kepala Ratio T1/T4 >0,7
menetap 5 detik Gradien PaO2 alveolar-arterial
Genggaman tangan (FiO2 1,0) < 350 mmHg
menetap Ratio dead space : volume
tidal 0,6
Kendala Ekstubasi
Anak-anak lebih rentan mengalami stridor dan
menghasilkan lendir setelah ekstubasi.
Biasanya terjadi pada kasus pemasangan ETT yang
terlalu besar dan saat cuf mengembang berlebih
edema dan kongesti vena, yang lebih parah
iskemik mukosa
Bengkak sebesar 1 mm pada anak sangat
bermakna dibandingkan 1 mm pada orang dewasa.
Lendir yang muncul bisa diakibatkan oleh berulang
kali memasukkan intubasi, durasi operasi yang
lama.
MANAJEMEN JALAN NAPAS
PADA PENYULIT
Diabetes Mellitus

Pada DM terdapat sindroma kaku sendi


diabetik karena glikolisasi non enzimatik
dari kolagen dan terdesposisi di sendi
Apabila sindroma ini mengenai pada os
servikal terbatasnya pergerakan sendi
atlanto-occipital sulit laringoskopi
Pemeriksaan : Prayer sign (+) phalang
proksimal digiti IV dan V tidak menempel
rapat
Hipertensi
Menggunakan Basic Rapid Sequence
Induction
Protokol Basic RSI :
Rapid-acting induction agent seperti, Ketamine 1-4
mg/kgBB, midazolam 0.1 mg/kg IV, atau propofol 1-
2,5 mg/kgBB, diinjeksikan secara cepat melalui
jalur IV. Agen induksi berguna untuk mencegah
takikardi, hipertensi, dan peningkatan TIK.
Neuromuscular blocking agent digunakan langsung
setelah agen induksi masuk paralisis.
Succinylcholine paling sering digunakan sebagai
muscle relaxant (onset cepat, durasi singkat)
Asthma
Preoperatif :
O2 tambahan, 2 agonists aerosol, dan glucocorticoids IV
Intra operatif :
Hindari :
Agen pelepas Histamin (seperti atracurium, morphine, dan
meperidine)
Thiopental menyebabkan bronkospasme
Desflurane menyebabkan bronkospasme
Dapat digunakan :
Agen induksi : propofol dan etomidate
Gas volatile : sevoflurane
Lidokain IV diberikan mencegah bronkospasme
Muscle relaxant : non-depolarizing neuromuscular blocking
agent seperti rocuronium
Jika terjadi bronkospasme intra-op naikkan dosis
gas anestesi, bronkodilator aerosol, dan steroid IV
Check List Pemasangan ETT
TERIMA KASIH

61

Anda mungkin juga menyukai