Anda di halaman 1dari 14

unggul dalam iptek

kokoh dalam imtaq

KONSEP ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) NORMAL

Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Keperawatan Penyakit Dalam

Oleh:

Valentino Febryandy 23.0904.00002

Sri Surani 23.0904.00018

Suci Rahmadia 23.0904.00019

Hindri Royiah Fatma 23.0904.00035

Fira Awanis Hazrina 23.0904.00054

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2024
A. Konsep Elektrokardiogram
1. Elektrokardiogram
Jantung merupakan organ muskular berlubang pada manusia yang
berfungsi sebagai pompa ganda sistem kardiovaskular. Sisi kanan
jantung memompa darah ke paru-paru. Sedangkan sisi kiri jantung
memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung mempunyai empat ruangan,
yakni atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri
(Lumbantaruan, 2014).

Jantung dapat membentuk impuls secara otomatis dan berkontraksi


dengan irama. Pembentukan dan hantaran impuls listrik ini
menimbulkan arus listrik lemah. Kegiatan impuls listrik pada jantung
ini dapat direkam oleh elektrokardiogram dengan meletakkan
elektroda-elektroda ke permukaan tubuh (sadapan/leads).
Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman potensial listrik yang
timbul sebagai akibat aktivitas jantung. Yang dapat direkam adalah
potensial-potensial listrik yang timbul pada waktu otot-otot jantung
berkontraksi, sedangkan potensial-potensial aksi pada sistem konduksi
jantung tak terukur dari luar karena terlalu kecil. Meskipun potensial
listrik yang timbul pada depolarisasi satu sel otot jantung adalah sangat
kecil, tetapi depolarisasi sekumpulan otot-otot jantung dalam jumlah
besar dalam posisi sejajar secara bersamaan dapat menimbulkan
potensial listrik yang dari luar tubuh dapat terukur dalam ukuran mili-
Volt. Rekaman EKG biasanya dibuat pada kertas yang berjalan dengan
kecepatan standar 25 mm/detik dan defleksi 10 mm sesuai dengan
potensial 1 mV (10 kotak kecil). Gambaran EKG yang normal
menunjukkan bentuk dasar sebagai berikut

Secara internasional, hanya terdapat 12 lead/sadapan yang diakui,


yakni (I,II,III,aVR,aVL,aVF,V1,V2,V3,V4,V5,V6). Terdapat
gelombang yang dihasilkan dari irama denyut jantung yang normal.
Gelombang P, Q, R, S, dan T yang ditunjukkan oleh elektrokardiogram
diperoleh dari tegangan listrik yang ditimbulkan oleh jantung
(Lumbantaruan, 2014). Sebuah elektroda yang digunakan sebagai lead
yang dilengkapi dengan bahan konduktif akan ditempatkan pada bagian
tubuh yang berbeda berdasarkan lead yang digunakan, sehingga
memungkinkan untuk melacak sinyal listrik pada jantung dari sudut
yang berbeda. Jika perjalanan sinyal listrik jantung mengarah menuju
ke lead, maka akan menghasilkan garis yang naik pada grafik (defleksi
positif). Jika perjalanan sinyal listrik jantung bergerak menjauhi lead,
maka akan menghasilkan garis turun pada grafik (defleksi negatif).
Elektroda elektroda diletakkan pada ekstremitas: lengan kanan (right
arm/RA), lengan kiri (left arm/LA), Tungkai Kanan (right
leg/RL).Elektroda RL selalu dihubungkan dengan bumi untuk
menjamin potensial nol stabil. Dari elektroda itu didapatkan 2 jenis
sadapan yaitu 3 sadapan bipolar, dan 3 sadapa unipolar. Sadapan
rekaman potensial bipolar diantaranya:
I = Potensial LA – Potensial LR
II = Potensial RA – Potensial LL
III = Potensial LL – potensial LA
Sadapan potensia bipolar yaitu
aVR = potensial RA
aVL = potensial LA
aVF = Potensial tungkai
elektroda-elektroda prekorsial terdiri dari 6 sadapan unipolar dari V1
sampia V6 yaitu:
V1 : garis parasternal kanan, pada interkostal IV
V2 : garis parasternal kiri, pada interkostal IV
V3 : titik tengah antara V2 dan V4
V4 : garis klavikula tengah, pada interkostal V
V5 : garis aksila depan, sejajar dengan V4
V6 : garis aksila depan, sejajar dengan V4 dan V5

Gambar sadapan elektroda


2. Konsep Vektor Elektrokardiogram
Dari sadapan sadapan onvensional, diperoleh sadapan terletak dalam bidang
frontal dan bidang horizontal yaitu:
Bidang frontal : I,II, III, aVR, aVL, aVF Bidang horizontal : V1, V2, V3, V4, V5,
V6.

Sistem sumbu bidang frontal yaitu sumbu-sumbu I, II, aVL dan VF, letaknya ialah:
0 = pusat jantung, I = garis mendatar 0 derajat, II = membuat sudut 60 derajat
dengan I, searah jarum jam, +60 derajat, III = +120 derajat, aVR = - 150 derajat ,
aVL = -30 derajat, aVF = + 90 derajat.

Sistem sumbu pada bidang frontal

Sistem sumbu horizontal disebut sumbu sumbu V1, V2, V3, V4, V5 dan V6, yaitu
V6 = garis mendatar 0 derajat , V5= +22 derajat, V4 = +47 derajat, V3 = + 58
derajat, V2 = + 94 derajat, V1 = +115 derajat.

Sistem sumbu pada bidang horizontal


3. Interpretasi Elektrokardiogram
a. Irama
Irama jantung terdiri dari 3 macam yaitu Irama Sinus, Irama
Junction, dan Irama Ventrikel. Masing-masing irama dinamai
sesuai dengan asal impuls listrik yang keluar. Bila pencetus impuls
keluar dari SA Node maka irama yang muncul disebut IramaSinus,
dari SA Node muncul Irama Junction dan dari Ventrikel disebut
Irama Idioventrikuler. Untuk irama sinus yaitu irama jantung
yang sumber pacemakernya berasal dari SA Node atau impulsnya
berasal dari SANode, ada beberapa irama yang impulsnya berasal
dari SA Node diantaranya :
Ciri-ciri irama jantung normal :
 Gelombang P(+) membentuk gambar cembung seperti bukit.
 Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak.

b. Frekuensi atau Heart Rate


Frekuensi jantung (atrial atau ventrikuler) dapat dihitung
berdasarkan kecepatan kertas. Karena kecepatan kertas ialah
25mm/detik, maka kertas menempuh 60 x 25 mm = 1500 mm
dalam 1 menit. Jadi frekuensi jantung = 1500 : jarak siklus dalam
mm (yaitu jarak R-R atau P-P). Nilai normal frekuensi jantung
antara 60 – 100 x/menit (Almeida et al., 2021).
c. Gelombang P
Gelombang ini merupakan depolarisasi atrium, tergambar
sebagai gambaran setengah lingkaran yang mulus dengan lebar dan
tinggi tidak melebihi 2,5 kotak. Oleh karena 1 kota kecil adalah
0,04 detik makan lebarnya (waktu depolarisasi atrium) tidak boleh
lebih 0,12 detik. Pada irama sinus (pada keadaan normal) aktivitas
elektrik atrium ini dimulai dari pusat rangsangannya di NSA dan
disebarkan ke seluruh otot atrium baik kanan maupun kiri dan
karena arus rangsang ini melewati antar otot di atrium, maka akan
dihasilkan gambaran dengan jarak yang lebar.

Pada irama sinun (pacemaker-nya pada NSA) salah satu,


dua, atau ketiga sadapan inferior ini (II,III,aVF) harus positif
(menghadap keatas). Sedangkan pada irama junctional
(pacemaker-nya di nodus A-V), sadapan inferior (II,III,dan aVF)
akan tergambar dengan setengah lingkaran yang menghadap ke
bawah (negative) karena aktivitas elektrik saat depolarisasi atrium
tersebut vektornya kea rah atas (berlawanan dengan arah sadapan
inferior). Pada irama sinus, maka gelombang P ini akan selalu
diikuti oleh gelombang kompleks QRS (depolarisasi ventrikel),
kecuali pada blok AV derajat II dan III, atrial flutter, serta fibrilasi
atrium (Irawan et al., 2018).

Kriteria gelombang P normal adalah sebagai berikut:

 Menggambarkan urutan aktivitas atrium kanan dan kiri


 Normal positif di sadapan I,II,aVF, dan V4-V6
 Normal negative di sadapan aVR
 Sadapan lain bisa bervariasi
 Durasi <0,12 detik
 Amplitudo <2,5 mm
 Aksis pada frontal plane 00 sampai 750

d. PR interval
PR interval adalah jarak yang ditempuh oleh rangsang sejak mulai
depolarisasi atrium sampai dengan sesaat sebelum depolarisasi
ventrikel, artinya sampai dengan rangsang mulai masuk dari
serabut Purkinje ke otot-otot ventrikel. Waktu yang diperlukan
antara 0,12 detik sampai dengan 0,20 detik. Interval PR yang
kurang dari normal menandakan jalur konduksi AV yang sangat
baik atau adanya bypass tract dari atrium ke ventrikel tanpa
melewati nodus AV dengan gambaran interval PR memanjang pada
blok AV derajat I (Irawan et al., 2018).
Kriteria PR interval normal adalah sebagai berikut:
 Waktu yang diperlukan untuk menghantarkan impuls dari
nodus sinoatrial ke nodus atrioventricular (nodus SA ke nodus
AV)
 Normal 0,12-0,20 detik (3-5,5 kotak kecil)
 Pemendekan interval PR. Pikirkan adanya sindroma
preeksitasi dan irama nodus AV/junctional.
 Pemanjangan PR interval. Pikirkan adanya hambatan
atrioventricular (blok AV).

e. Segmen PR
Segmen PR adalah bagian dari PR interval, dimulai dari akhir
gelombang P sampai awal kompleks QRS. Normalnya segmen PR
isoelektris, bila tidak isoelektris kemungkinan terjadi pada infark
atrial atau pericarditis akut (Irawan et al., 2018).
f. Gelombang kompleks QRS

Kompleks ini merupakan depolarisasi ventrikel kanan dan kiri


yang terbentuk dan berakhir Bersama. Bentuk normalnya runcing
dengan jarak tempuh waktu kurang dari 0,12 detik. Gambarannya
bisa berupa kompleks QRS lengkap qR,Rs,R,QS, dan beberapa
variasinya. Gelombang Q merupakan gelombang negative
pertama sebelum R, gelombang R merupakan gelombang positif,
dan S merupakan gelombang negative setelah R. pada irama sinus,
kompleks QRS ini selalu didahului oleh gelombang P (Irawan et
al., 2018).

Kriteria kompleks QRS:


1) Menggambarkan aktivasi ventrikel kanan dan kiri
2) Durasi 0,06-0,12 detik (<2,5 kotak kecil). Pengukuran
biasanya dilakukan pada sadapan ekstremitas.
3) Bila aplitudo kompleks QRS (jumlah tinggi gelombang R
ditambah dalamnya gelombang S) kurang darai 10 mm pada
sadapan precordial atau 5 mm pada sadapan ekstremitas
disebut low voltage (akibat efusi perikard, myxedema, dan
kelainan paru).
4) Kompleks QRS yang abnormal terlihat pada gangguan
konduksi
5) Aksis -30o sampai 90o
6) Nomenklatur komplekss QRS:
a) Defleksi negatif pertama disebut gelombang Q
b) Defleksi positif pertama kali disebut gelombang R
c) Defleksi negatif setelah gelombang R disebut
gelombang
d) Semua gelombang R diatas baseline
e) Semua gelombang Q dan S dibawah baseline
f) Amplitude yang kecil dari gelombang R ditulis dengan
huruf “r”, sama halnya dengan gelombang Q
g) Bila kompleks kedua terjadi, ditulis menggunakan (‘),
(rSR’)

g. Segmen ST
Merupakan gelombang repolarisasi dari ventrikel normal dengan
bentuk menyerupai garis lurus yang menjadi satu dengan garis
isoelektrik. Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang
menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T. Garis tersebut
bisa di atas garis isoelektrik yang disebut elevasi atau di bawah
garis isoelektrik yang disebut depresi (Irawan et al., 2018).
Kriteria segmen ST normal adalah sebagai berikut:
 Biasanya isoelektrik, apabila terdapat elevasi kurang dari 1
mm pada sadapan ekstremitas masih normal
 Depresi tidak lebih dari 0,5 mm
 Titik Dimana berakhirnya kompleks QRS disebut J point.
 Perubahan segmen ST primer adalah berpindahannya
segmen ST ke atas (upwars) atau turun (downward) dan
berhubungan dengan keadaan iskemia atau inflamasi.
Perubahan segmen ST sekunder berhubungan dengan
gangguan konduksi, hipertrofi ventrikel, efek obat-obatan,
atau elektrolit
 Penyebab tersering dari segmen ST elevasi adalah infark
miokard dan pericarditis
 Elevasi segmen ST J point mungkin suatu varian normal,
khususnya pada anak-anak, dewasa muda, atau laki-laki kulit
hitam.

h. Gelombang T
Gelombang ini menunjukkan repolarisasi dari ventrikel.
Gelombang T bisa positif, negatif, atau bifasik. Pada orang dewasa,
biasanya gelombang T adalah tegak di semua sadapan kecuali di
aVR dan V1. Amplitudo normal gelombang T yaitu <5mm pada
sadapan ekstremitas, <15mm pada sadapan precordial (Almeida et
al., 2021).
i. Gelombang U
Gelombang U adalah gelombang kecil yang mengikuti gelombang
T yang asalnya tidak jelas. Gelombang U biasanya tegak dan paling
besar terdapat di V2 dan V3. Sering gelombang U tidak jelas karena
bersatu dengan gelombang T (Almeida et al., 2021).
j. Gelombang QT
Interval ini diukur dari awal QRS hingga akhir dari gelombang T.
Interval ini tergantung dari frekuensi jantung, yang dapat
ditentukan dengan suatu rumus atau tabel (Almeida et al., 2021).
Untuk praktisnya, diberikan 3 nilai :
 Frekuensi 60 kali / menit : 0,33 - 0,43 detik
 Frekuensi 80 kali / menit : 0,29 - 0,38 detik
 Frekuensi 100 kali / menit : 0,27 - 0,35 detik

Harga normal untuk interval QT terkoreksi sesuai frekuensi jantung


biasa dihitung dengan menurut rumus Bazett :

𝑄𝑇 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)
QTc=
√𝑅𝑅 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)

QT-c : QT terkoreksi (corrected QT) (dalam detik)

QT : Interval QT yang terukur (dalam detik)

R-R : Interval R-R yang terukur (dalam detik)

Nilai batas atas untuk QT-c ialah < 0.44 detik pada laki-laki dan <
0.46 pada wanita (sama dengan QT pada frekuensi 60

kali/menit).
B. Interpretasi EKG

Interpretasi Sinus Rhythm (EKG normal)


 Menentukan irama jantung (jarak P-P Reguler dan jarak R-R Reguler)
 Menghitung heart rate (normalnya 60-100 x/menit)
300
Frekuensi jantung =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑅−𝑅
1500
Frekuensi jantung =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑅−𝑅

 Gelombang P selalu diikuti kompleks QRS (Gelombang P di sadapan II harus


positif, sedangkan sadapan aVR harus negatif).
 Gelombang P dengan lebar dan tinggi tidak melebihi 0,3 mv. Lebarnya (waktu
depolarisasi atrium) tidak boleh lebih atau sama dengan 0,12 detik.
 PR Interval (normalnya 0,12-0,20 detik)
 Durasi QRS 0,06-0,12 detik.
 ST Segmen isoelektrik
 Gelombang T Amplitudo normal yaitu < 0,5mm pada sadapan ekstremitas, <1
mm pada sadapan precordial.

a. Contoh EKG (Tn. A, berusia 22 tahun)


Hasil Interpretasi Kelompok dari contoh :
 Menentukan irama jantung reguler (jarak P-P Reguler dan jarak R-R Reguler)
 Menghitung heart rate (normalnya 60-100 x/menit)
300
 Frekuensi jantung =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑅−𝑅
300
Frekuensi jantung = = 75 x/menit
4
 Gelombang P diikuti kompleks QRS (Gelombang P di sadapan II positif,
sedangkan sadapan aVR negatif).
 Gelombang P
 Lebar: 2 x 0,04 = 0,08 detik
 Tinggi: 2 x 0,1 = 0,2 mv
 PR Interval (normalnya 0,12-0,20 detik)
 PR interval: 4 x 0,04 = 0,16 detik
 Durasi QRS 0,06-0,12 detik.
 Durasi QRS: 2 x 0,04 = 0,08 detik
 ST Segmen isoelektrik
 Gelombang T (gelombang positif di lead I,II,III, sampai V6 dan negatif di aVR)
 Lebar: 3 x 0,04 = 0,12 detik
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, C. S. de, Miccoli, L. S., Andhini, N. F., Aranha, S., Oliveira, L.


C. de, Artigo, C. E., Em, A. A. R., Em, A. A. R., Bachman, L.,
Chick, K., Curtis, D., Peirce, B. N., Askey, D., Rubin, J.,
Egnatoff, D. W. J., Uhl Chamot, A., El‐Dinary, P. B., Scott, J.;
Marshall, G., Prensky, M., … Santa, U. F. De. (2021).
Elektrokardiografi. In Revista Brasileira de Linguística Aplicada
(Vol. 5, Issue 1).
Hermaningsih, Susi., dkk. (2021) Elektrokardiografi Metode Pembelajaran
Praktis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. ISBN:
978-623-6528-78-5
Irawan, B., Setianto, budi yuli, Dinarti, L. kris, Taufiq, N., Maharani, E.,
Arso, irsad andi, Mumpuni, H., Ismail, M. taufik, Bagaswoto,
hendry P., & Anggrahini, dyah wulan. (2018).
Elektrokardiografi: Konsep dasar (2nd ed.). Ugm

Anda mungkin juga menyukai