Pengertian
Elektrokardiografi (EKG) merupakan pemeriksaan noninvasif paling sering digunakan
sebagai alat bantu diagnosis penyakit jantung. Alat ini sudah lama ditemukan, murah dan aman
digunakan tetapi peranannya sekarang belum dpat digantikan oleh alat lain.
Berbagai keadaan jantung dapat dideteksi dengan tepat oleh alat ini, baik kelainan berupa
kelainan elektris (mis. Aritmia), kelainan anatomis (mis. Hipertropi bilik dan serambi), maupun
kelainan lain (mis. Perikarditis).
Untuk pemeriksaan secara rutin biasanya dilakukan pengambilan 12 sandapan (lead) yaitu I,
II, III, aVR, AVL, aVF, v1-6. Tetapi kadang-kadang dilakukan cara lain untuk keperluan tertentu,
misalnya monitor terus menerus (24 jam sehari) yang digunakan untuk mendeteksi adanya
perubahan-perubahan di jantung penderita dalam keadaan darurat (mis. Di ICCU dan bedah
jantung). Untuk mengetahui perubahan EKG pada kegiatan sehari-hari dilakukan rekaman
secara terus menrus dengan alat monitor holter. Serial EKG untuk jangka waktu tertentu dapat
untuk menegakkan diagnosis infark miokard akut secara pasti. Untuk lebih memastikan apakah
seseorang menderita penyakit jantung koroner atau tidak sering dilakukan uji latih jantung.
Penemuan yang terbaru dari Ekhokardiografi yang jauh lebih canggih dan mahal ternyata
peranannya tidak dapat menggantikan alat EKG yang jauh lebih sederhana. Dengan
menggabungkan kedua alat terssebut maka hasilnya sangat memuaskan.
Yang harus disadari adalah bahwa EKG merupakan suatu pemeriksaan penunjang, bukan
merupakan alat diagnosis yang mutlak. Orang sakit jantung bisa mempunyai gambaran EKG
normal, sedang orang sehat dapat mempunyai gambaran abnormal.
Indikasi :
Pemeriksaan Elektrokardiografi dilakukan untuk mengetahui :
1. Adanya kelainan-kelainan irama jantung
2. Adanya kelainan-kelainan miokard seperti infark
3. Adanya pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
4. Gangguan-gangguan elektrolit
5. Adanya perikarditis
6. Pembesaran jantung
Tujuan pembelajaran :
Tujuan Umum :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Melakukan penyadapan aktifitas otot jantung secara runtut dan benar
2. Mengenal elektrokardiogram otot jantung normal dan interpretasinya
Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu:
1. Mempersiapkan pasien dan alat
2. Meletakkan elektroda pada tempat penekanan
3. Melaksanakan penyadapan
4. Membuat elektrokardiogram dan keterangannya
5. Merawat EKG setelah pemeriksaan
6. Mengenal gelombang dan interpretasinya pada elektrokardiogram normal
Media dan alat bantu pembelajaran :
a. Daftar panduan belajar untuk pemeriksaan EKG
b. Alat EKG beserta kelengkapannya , probandus / manekin
c. Kertas interpretasi EKG, pulpen, pensil
Metode Pembelajaran
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Parsipasi aktif dalam skills lab. (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor
Penggunaan Umum EKG
Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu jantung,
gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA, iskemik
miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis, kinidin,
kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan, korpulmonale, emboli paru,
mixedema.
Sadapan Pada EKG
Untuk memperoleh rekaman EKG, pada tubuh dilekatkan elektroda-elektroda yang dapat
meneruskan potensial listrik dari tubuh ke sebuah alat pencatat potensial yang disebut
elektrokardiograf. Pada rekaman EKG yang konvensional dipakai 10 buah elektroda, yaitu 4
buah elektroda ekstremitas dan 6 buah elektroda prekordial. Elektroda-elektroda ekstremitas
masing-masing ditempelkan pada lengan kanan, lengan kiri, kaki kanan dan kaki kiri. Elektroda
tungkai kanan selalu dihubungkan dengan bumi untuk menjamin potensial nol yang stabil.
Lokasi penetapan elektroda sangat penting diperhatikan, karena penetapan yang salah akan
menghasilkan pencatatan yang berbeda. Elektroda-elektroda prekordial diberi nama V1-V6
dengan lokasi sebagai berikut:
V1 : Spatium Interkostal (SIC) ke IV pinggir kanan sternum
V2 : SIC ke IV sebelah pinggir kiri sternum
V3 : di tengah diantara V2 dan V4
V4 : SIC ke V garis mid klavikula kiria
V5 : Sejajar V4 garis aksilaris kiri
V6 : Sejajar V6 garis mid aksilaris
V7 : Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)
V8 : Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)
V9 : Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)
V3R : Lokasi sama dengan V3 tetapi pada sebelah kanan
Pada umumnya perekaman hanya 12 lead yaitu lead I, II, III, aVR, aVF, aVL, V1-V6
Dari elektroda di ekstremitas didapatkan tiga sadapan (lead) dengan rekaman potensial bipolar,
yaitu:
Lead I = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA),
dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+)
Lead II = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LL),
dimana tangan bermuatan negatif (-) dan kaki kiri bermuatan positif (+)
Lead III = Merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LL), dimana
tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+)
Ketiga sadapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga sama sisi, yang disebut segitiga
EINTHOVEN. Untuk mendapatkan sadapan unipolar, gabungan dari lead I, II, III disebut terminal
sentral dan dianggap berpotensial nol. Bila potensial dari suatu elektroda dibandingkan dengan
terminal sentral, maka didapatkan potensial mutlak elektroda tersebut dan sadapan yang
diperoleh disebut sadapan unipolar ekstremitas, yaitu:
Lead aVR = Merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana tangan kanan
bermuatan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda indifferen
(potensial nol)
Lead aVL = Merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri
bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifferen
(potensial nol)
Lead aVF = Merekam potensial listrik pada kaki kiri (LL), dimana kaki kiri bermuatan
positif (+), tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda indifferen (potensial nol)
Segmen Normal
1. Segmen P-R : adalah bagian dari akhir gelombang P sampai permulaan kompleks QRS.
Segmen ini normal adalah isoelektris.
2. RS-T junction (J point) : adalah titik akhir dari kompleks QRS dan mulai segmen RS-T.
Segmen RS-T (segmen S-T), diukur mulai dari J sampai permulaan gelombang T. Segmen
ini biasanya isoelektris tetapi dapat bervaraisi antara 0,5 sampai + 2 mm pada sandapam
prekordial. Elevasi dan depresinya dibandingkan dengan bagian garis dasar (base line)
antara akhir gelombang T dan permulaan gelombang P (segmen T-P).
DESKRIPSI KEGIATAN
KEGIATAN WAKTU DESKRIPSI
1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Bermain peran tanya & 20 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa
jawab 2. Satu orang dosen (instruktor/co-instruktur)
memberikan contoh bagaimana cara melakukan
perekaman EKG pada probandus/manikin.
Mahasiswa menyimak dan mengamati
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya dan dosen (instruktur) memberikan
penjelasan tentang aspek-aspek yang penting
4. Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan
pemeriksaan EKG pada manekin atau probandus
5. Mahasiswa dapat memperhatikan dan menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti dan dosen
(instruktur) menanggapinya.
3. Praktek bermain peran 80 menit 1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan.
dengan umpan balik Seorang mentor diperlukan untuk mengamati 2
pasangan
2. Setiap pasangan berpraktek, satu orang sebagai
dokter (pemeriksa) dan satu orang sebagai pasien
secara serentak
3. Mentor berkeliling diantara mahasiwa dan
melakukan supervisi menggunakan ceklis
4. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih satu kali
4.Curah pendapat/ diskusi 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : Apa yang dirasakan mudah
? Apa yang sulit ? Menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa yang berperan sebagai pasien. Apa yang
dapat dilakukan oleh dokter agar pasien merasa
lebih nyaman ?
2. Dosen (instruktur) menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan terakhir dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti
Total waktu 120 menit