Anda di halaman 1dari 11

Nama : Aan Putra Ramadhan

NIM : 04011381924197

EKG dan X ray

Elektrokardiografi (EKG) 

Konsep dasar EKG 

Sel-sel otot jantung mempunyai susunan ion yang berbeda antara ruang dalam sel dan ruang
luar sel. Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion Natrium dan ion Kalium. Kadar  kalium
intraseluler sekitar 30 kali lebih tinggi dari ruang ekstraselular daripada intraselular. Membran
sel otot jantung pada saat istirahat berada pada keadaan polarisasi. Selisih potensial  antara
ruang ekstraseluler dan intraseluler disebut potensial membrane yang dalam keadaan istirahat
berkisar -90 mV. Kurva potensial aksi sel otot jantung menunjukkan karakteristik yang khas dan
dibagi menjadi 4 fase yaitu:

a. Fase 0: awal potensial aksi yang berupa garis vertical ke atas yang merupakan lonjakan
potensial hingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraselular ini
disebabkan oleh masuknya ion Na+ ke dalam sel.
b. Fase 1: masa repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali dari +20 mV
menjadi 0 mV.
c. Fase 2: fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak
masuk dari ion kalsium untuk mengimbangi gerak keluar ion kalium.
d. Fase 3: masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secra tajam pad tingkat awal.

Sistem konduksi jantung terdiri atas SA nodes yang terletak pada batas antara vena kava
superior dan atrium kanan, system konduksi intra-atrial yang terdiri dari 3 jalur intermodal
yang menghubungkan SA node dan AV node dan jalur Bachman yang menghubungkan atrium
kanan dan kiri, AV node yang terletak di bawah atrium kanan, antara sinus koronarius dan
daun katup tricuspid bagian septal, berkas his yang merupakan kelanjutan AV node, cabang
berkas yang bercabang menjadi cabang berkas kanan dan cabang berkas kiri, dan serabut
purkinje yang merupakan anyaman halus dan berhubungan erat dengan sel-sel otot jantung.

Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman potensial listrik yang timbul sebagai akibat aktivitas
jantung. Yang dapat direkam adalah aktivitas listrik yang timbul pada waktu otot-otot jantung
berkontraksi. Sedangkan potensial aksi pada sistem konduksi jantung tak terukur dari luar
karena terlalu kecil. Elektrokardiogram normal merupakan gambaran berskala yang
menunjukkan defleksi akibat aktivitas jantung sebagai perubahan besarnya tegangan dan
polaritas sepanjang waktu dan terdiri atas gelombang P, kompleks QRS, serta gelombang T dan
gelombang U.

Kertas EKG merupakan gulungan kertas grafik yang panjang dan bersambungan biasanya
berwama merah muda (tetapi warna lain juga boleh), dengan garis tebal dan tipis yang berjalan
vertikal dan horizontal. Garis tipis membentuk kotak kecil berukuran 1x1 mm; garis yang tebal
membentuk kotak besar berukuran 5x5 mm. Sumbu horizontal menunjukkan besarnya waktu.
Satu kotak kecil bernilai 0,04 detik. Satu kotak besar bernilai lima kali lebih besar, atau 0,2
detik. Sumbu vertikal menunjukkan besarnya voltase. Satu kotak kecil bernilai 0,1 mV dan satu
kotak besar adalah 0,5 mV.

Gelombang P pada umumnya berukuran kecil dan merupakan hasil depolarisasi atrium kanan
dan kiri. Bagian pertama gelombang P terutama menggambarkan depolarisasi atrium kanan
dan bagian kedua menggambarkan depolarisasi atrium kiri. Amplitudo gelombang P tidak
boleh melebihi 2,5 mm (0,25 mv), dan durasinya tidak boleh melebihi 0,11 detik (kurang dari
tiga kotak kecil). Amplitudo gelombang P biasanya paling positif pada sadapan II dan paling
negative pada sadapan AVR.

Setelah depolarisasi atrium, terdapat jeda yang berlangsung selama sepersekian detik sebelum
ventrikel mulai berkontraksi. Hal ini bertujuan untuk member waktu bagi atrium untuk
mengosongkan seluruh isi darahnya dengan sempurna ke dalam ventrikel sebelum ventrikel
berkontraksi. Jeda ini tercermin pada segmen PR. Segmen PR umumnya isoelektrik. Namun,
segmen ini dapat dibelokkan oleh kelainan repolarisasi atrium, seperti yang disebabkan oleh
infark atrium atau perikarditis.

Interval PR diukur dari awal gelombang P hingga awal bagian R dari kompleks QRS. (Ini
konvensional karena bagian Q kompleks sangat sering tidak terlihat.) Karena interval PR
dimulai dengan depolarisasi otot atrium dan diakhiri dengan dimulainya depolarisasi ventrikel,
seseorang dapat berasumsi bahwa impuls listrik melewati nodus AV ke ventrikel. selama
interval ini. Interval PR normal mengukur antara 0,12 dan 0,20 detik. Jika interval PR
diperpanjang, seseorang dapat menyimpulkan bahwa terjadi blok AV.

Depolarisasi ventrikel ditandai oleh kompleks QRS. Amplitudo kompleks QRS jauh lebih besar
daripada gelombang P karena massa otot ventrikel jauh lebih tebal daripada atrium. Bagian
paling awal pada kompleks QRS menggambarkan depolarisasi septum interventrikel oleh
fasikula septum yang berasal dari cabang berkas kiri. Ventrikel kanan dan kiri kemudian
berdepolarisasi hampir bersamaan tetapi gambaran yang sering kita lihat pada EKG
menggambarkan aktivasi ventrikel kiri karena massa otot ventrikel kiri berukuran sekitar tiga
kali lebih besar daripada massa otot ventrikel kanan.

Durasi kompleks QRS diukur antara 0,06 dan 0,10 detik. Gelombang Q tidak boleh melebihi
0,03 detik, dan kedalamannya umumnya tidak melebihi 3 mm. Ketinggian gelombang R
umumnya tidak melebihi 20 hingga 25 mm. Sumbu depan kompleks QRS berukuran antara -30
° dan 105 °, yang menunjukkan bahwa kompleks pada prinsipnya positif pada sadapan I dan
sadapan II. Pola amplitudo gelombang R yang meningkat secara progresif, dari kanan-ke kiri
pada sadapan prakordial ini disebut peningkatan gelombang R (R-wave progression).
Gelombang R paling kecil pada sadapan V1 dan paling besar pada sadapan V5 (gelombang R di
sadapan V6 biasanya sedikit lebih kecil daripada di sadapan V5). Gelombang q kecil umumnya
dicatat dalam tungkai kiri dan lead prekordial, mencerminkan kiri ke kanan aktivasi septum.
Setelah depolarisasi, sel miokardium mengalami masa refrakter singkat. Kemudian, mereka
berepolarisasi menghasilkan gelombang T. Amplitudi gelombang T yang normal adalah
sepertiga sampai dua pertiga gelombang R yang sebelumnya.
12 Leads EKG

EKG standar terdiri dari 12 sadapan dan masing-masing sadapan ditentukan oleh lokasi dan
orientasi berbagai elektroda pada tubuh. Setiap sadapan memandang jantung dari sudut
tertentu, yang memperkuat sensitivitasnya pada region jantung tersebut. Pada persiapan
pemeriksaan EKG 12 sadapan, dua elektrode dipasang di kedua lengan dan dua lagi di kedua
tungkai pasien. Elektroda-elektroda ini menghasilkan enam sadapan ekstremitas, yang meliputi
tiga sadapan standar dan tiga sadapan tambahan atau augmented. Enam elektroda juga
ditempatkan di sepanjang dada, menghasilkan enam sadapan prakordial.

Sadapan ekstremitas memandang jantung dalam sebuah bidang vertikal disebut bidang frontal.
Tiga sadapan ekstremitas standar didefinisikan sebagai berikut:

a. Sadapan I dihasilkan dengan cara menjadikan lengan kiri sebagai kutub positif dan
lengan kanan sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya 0˚.
b. Sadapan II dihasilkan dengan cara menjadikan tungkai sebagai kutub positif dan lengan
kanan sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya adalah 60˚.
c. Sadapan III dihasilkan dengan cara menjadikan tungkai sebagai kutub positif dan lengan
kiri sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya 120˚.

Tiga sadapan ekstremitas tambahan dihasilkan dengan cara yang agak berbeda. Satu sadapan
ditentukan sebagai kutub positif, dan sadapan-sadapan lainnya, yang pada prinsipnya berperan
sebagai elektroda negatif (common ground), ditentukan sebagai kutub negatif. Sadapan ini
disebut sadapan tambahan karena mesin EKG harus memperkuat gambaran untuk
mendapatkan rekaman yang jelas dilihat.

a. Sadapan aVL dihasilkan dengan cara menjadikan lengan kiri sebagai kutub positif dan
ekstremitas yang lain sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya - 30˚.
b. Sadapan aVR dihasilkan dengan cara menjadikan lengan kanan sebagai kutub positif dan
ekstremitas yang lain sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya - 150˚. c. Sadapan aVF
dihasilkan dengan cara menjadikan tungkai sebagai kutub positif dan ekstremitas yang
lain sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya +90˚.

Sadapan II, III, dan aVF disebut sadapan inferior karena merekalah yang paling lihai
memandang permukaan inferior jantung. Permukaan atau dinding inferior jantung merupakan
istilah anatomik untuk bagian dasar jantung, yaitu bagian yang bersandar pada diafragma.
Sadapan I dan aVL sering disebut sebagai sadapan lateral kiri karena mempunyai pandangan
paling jelas terhadap dinding lateral kiri jantung.

Keenam sadapan prakordial atau sadapan dada disusun sepanjang dada dalam bidang
horizontal. Enam elektroda positif, yang menjadi sadapan prekordial V1 sampai V6 diatur
sebagai berikut:

a. V1 : garis parasternal kanan, pada interkostal IV


b. V2 : garis parasternal kiri, pada interkostal IV
c. V3 : titik tengah antara V2 dan V4
d. V4 : garis klavikula tengah, pada interkostal V
e. V5 : garis aksila depan, sama tinggi dengan V4
f. V6 : garis aksila tengah, sama tinggi dengan V4 dan V5

Aksis Jantung

Perhitungan sumbu listrik yang tepat biasanya tidak diperlukan. Yang diperlukan ialah
menentukan apakah sumbu itu normal, menyimpang ke kanan ("deviasi sumbu kanan"), atau
ke arah kiri ("deviasi sumbu kiri"). Sesuai kesepakatan, sumbu normal berkisar dari - 30 °
hingga + 105 °. Deviasi sumbu kanan menunjukkan sumbu yang lebih besar dari 105 °, dan
umumnya menunjukkan dominasi gaya ventrikel kanan, akibat hipertrofi ventrikel kanan karena
sebab apa pun, atau hilangnya gaya lateral kiri, seperti yang disebabkan oleh infark dinding
lateral. Deviasi sumbu kiri menyimpulkan sumbu di sebelah kiri -30 °, dan umumnya
merupakan hasil dari hemiblock anterior kiri atau dominasi ventrikel kiri. Untuk menentukan
sumbu, hitung secara visual luas yang ditubuhkan oleh defleksi QRS positif dan negatif, dan
jumlahkan secara aljabar. Jika area tersebut pada prinsipnya tegak di sadapan I, maka deviasi
sumbu kanan dikecualikan; deviasi sumbu kanan didefinisikan sebagai sumbu yang lebih besar
dari 105 °, yang akan tercermin oleh defleksi yang pada prinsipnya negatif pada sadapan I.
Demikian pula, jika kompleks QRS pada sadapan II pada prinsipnya positif, maka deviasi sumbu
kiri dikecualikan karena, menurut definisi, deviasi sumbu kiri adalah ke sisi kiri atau negatif dari
-30 °, yang tegak lurus dengan lead II. Dengan kata lain, siswa dapat segera menentukan bahwa
sumbu itu normal hanya dengan mengamati defleksi yang pada prinsipnya tegak pada kedua
sadapan I dan II.

Interpretasi EKG

a. Sinus rhythm

Karakteristik dari ritme sinus adalah memiliki ritme 60-100 bpm regular, gelombang P
normal diikuti oleh kompleks QRS, gelombang P memiliki defleksi positif pada leads I dan II,
serta defleksi negative pada leads aVR, interval PR selalu sama, dan kompleks QRS kurang
dari <0.12 s.

b. Left axis deviation

Deviasi sumbu kiri menyimpulkan sumbu di sebelah kiri -30 °, dan umumnya
merupakan hasil dari hemiblock anterior kiri atau dominasi ventrikel kiri. Beberapa enyebab
LAD adalah variasi normal (fisiologis, seringkali perubahan terkait usia), hipertrofi ventrikel
kiri, defek konduksi: blok cabang berkas kiri, blok fasciculus anterior kiri, infark miokard
dinding inferior, sindrom praeksitasi (mis., Sindrom Wolff-Parkinson-White), ritme ektopik
ventrikel (mis., takikardia ventrikel), penyakit jantung bawaan (mis., defek septum atrium
primum, defek bantalan endokardial), hiperkalemia, emfisema, pergeseran mekanis, seperti
dengan ekspirasi atau peningkatan diafragma (misalnya, kehamilan, asites, tumor perut,
organomegali), ritme yang dihasilkan alat pacu jantung atau ritme pacu jantung.
Hipertensi yang berlangsung terusmenerus dan berat ini telah memaksa ventrikel kiri
bekerja terlalu berat dan terlalu lama sehingga mengalami hipertrofi. Oleh karena itu,
dominasi listriknya terhadap ventrikel kanan menjadi lebih besar. Vektor listrik rata-rata
tertarik lebih jauh ke kiri, dan hasilnya adalah deviasi aksis ke kiri.

c. Heart rate 104 bpm

Jika detak jantung teratur, hitung jumlah kotak besar (0,2 detik) di antara 2 kompleks
QRS yang berurutan dan bagi 300 dengan angka ini. Jumlah kotak waktu besar dibagi
menjadi 300 karena 300 × 0,20 = 60 dan detak jantung dihitung dalam denyut per menit
atau 60 detik. Misalnya, jika ada 3 kotak besar di antara kompleks QRS, detak jantungnya
adalah 100 detak / menit, karena 300 ÷ 3 = 100. Demikian pula, jika 4 kotak waktu besar
dihitung di antara kompleks QRS, detak jantungnya adalah 75 detak / menit.

Jika detak jantung tidak teratur, metode pertama tidak akan akurat karena interval
antara kompleks QRS bervariasi dari detak ke detak. Dalam kebanyakan kasus, kertas grafik
EKG diberi skor dengan tanda pada interval 3 detik. Dalam kasus seperti itu, cukup hitung
jumlah kompleks QRS setiap 3 atau 6 detik dan kalikan jumlahnya masing-masing dengan
20 atau 10.

Detak jantung yang normal adalah 60-100 bpm. Interpretasi dari kasus ini adalah
takikardia. Takikardia pada pasien dengan gagal jantung akut paling sering menunjukkan
peningkatan kompensasi pada frekuensi sinus untuk memenuhi kebutuhan hemodinamik.

d. Slow progression of R wave

Progresi gelombang-R yang buruk adalah temuan EKG yang sering secara tidak
meyakinkan ditafsirkan sebagai sugestif, tetapi tidak diagnostik, dari infark miokard anterior
(AMI). Progresi gelombang R yang buruk ditentukan oleh tinggi gelombang R ≤ 3 mm di V3.
Penyebab utama dari progresi gelombang R yang buruk adalah anteroseptal MI, hipertrofi
ventrikel kiri, hipertrofi ventrikel kanan, kesalahan penempatan sadapan, dan dilated
cardiomyopathy.

e. Pathological Q wave in V1-V3

Gelombang Q patologis adalah tanda infark miokard sebelumnya. Mereka adalah hasil
dari tidak adanya aktivitas listrik. Infark miokard dapat dianggap sebagai lubang listrik
karena jaringan parut mati secara elektrik dan karenanya menghasilkan gelombang Q
patologis. Gelombang Q patologis bukan merupakan tanda awal infark miokard tetapi
umumnya membutuhkan waktu beberapa jam hingga berhari-hari untuk berkembang.
Setelah gelombang Q patologis berkembang, mereka jarang hilang. Namun, jika infark
miokard reperfusi lebih awal (misalnya sebagai akibat dari PCI) jaringan miokard dapat
pulih dan gelombang Q patologis menghilang. Dalam semua situasi lain, mereka biasanya
bertahan tanpa batas.

Karakteristik dari gelombang Q patologis adalah

a) setiap gelombang Q di sadapan V2-V3 ≥ 0,02 s atau kompleks QS di sadapan V2 dan V3 b)


Gelombang-Q ≥ 0,03 detik dan dalam > 0,1 mV atau kompleks QS pada sadapan I, II, aVL,
aVF, atau V4 – V6 dalam dua sadapan dari pengelompokan sadapan yang berdekatan (I,
aVL, V6; V4 – V6; II, III, dan aVF). Gelombang Q patologis dapat disebabkan
mengindikasikan myocardial infarction, cardiomyopathies, rotation of the heart, dan
kesalahan peletakkan sadapan.

f. LV strain

Karakteristik dari LV strain adalah depresi R-ST diikuti oleh segmen ST cekung yang
berakhir dengan gelombang T terbalik asimetris. LV strain merupakan penanda dari
keberadaan left ventricular hypertrophy. Hal ini menunjukkan gangguan pada repolarisasi.
Chest X-Ray

Cara rontgen thorax

Radiografi toraks di baca dengan menempatkan sisi kanan foto (marker R) di sisi kiri pemeriksa
atau sisi kiri foto (marker L) di sisi kanan pemeriksa. Pada radiografi toraks, jantung terlihat
sebagai bayangan opak (putih) di tengah dari bayangan lusen (hitam) paru-paru.

Syarat layak baca radiografi toraks, yaitu:

a. Identitas Foto yang akan dibaca harus mencantumkan identitas yang lengkap sehingga
jelas apakah foto yang dibaca memang milik pasien tersebut.
b. Marker Foto yang akan di baca harus mencantumkan marker R (Right/ kanan) atau L
(Left/ kiri).
c. Os scapula tidak superposisi dengan toraks. Hal ini dapat tercapai dengan posisi PA,
tangan di punggung daerah pinggang dengan sendi bahu internal rotasi.
d. Densitas cukup. Densitas foto dikatakan cukup/ berkualitas jika corpus vertebra di
belakang jantung terlihat samar.
e. Inspirasi cukup. Pada inspirasi yang tidak adekuat atau pada saat ekspirasi, jantung akan
terlihat lebar dan mendatar, corakan bronkovaskular akan terlihat ramai/ memadat
karena terdorong oleh diafragma. Inpirasi dinyatakan cukup jika iga 6 anterior atau iga
10 posterior terlihat komplit. Iga sisi anterior terlihat berbentuk huruf V dan iga
posterior terlihat menyerupai huruf A

Gambaran rontgen jantung normal

a. Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan.


b. Atrium kanan bersambung dengan mediastinum superior yang dibentuk oleh v. cava
superior.
c. Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol di sebelah kiri
kolumna vertebralis. Di bawah arkus aorta ini batas jantung melengkung ke dalam
(konkaf) yang disebut pinggang jantung.
d. Pada pinggang jantung ini, terdapat penonjolan dari arteria pulmonalis.
e. Di bawah penonjolan a. Pulmonalis terdapat aurikel atrium kiri (left atrial
appendage).
f. Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan lengkungan
konvekske bawah sampai ke sinus kardiofrenikus kiri. Puncak lengkungan dari
ventrikel kiri itu disebut sebagai apex jantung.
g. Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus yang letaknya para-
vertebral kiri dari arkus sampai diafragma.
h. Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan iga disebut degan sinus kostofrenikus.
Sinus kostofrenikus normal berbentuk lancip.
i. Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan bayangan jantung disebut sinus
kardiofrenikus.
j. Diafragma terlihat sebagai kubah di bawah jantung dan paru. Perbedaan tinggi
kedua diafragma yang normal adalah 1-1,5 cm. Tinggi kubah diafragma tidak boleh
kurang dari 1,5 cm. Jika kurang dari 1,5 cm maka diafragma dikatakan mendatar.

Abnormalitas rontgen jantung

Perbesaran atrium kanan biasanya tak pernah berdiri sendiri (isolated) kecuali bila
terdapat atresia trikuspid kongenital atau kelainan Ebstein, namun keduanya jarang terjadi
meskipun pada kelompok usia anak. Atrium kanan dapat melebar pada kasus hipertensi
pulmonal atau regurgitasi trikuspid, namun pelebaran ventrikel kanan biasanya melebihi
atau rnenghalangi atrium. Kontur atrium kanan bergabung dengan vena kava superior,
arteri pulmonalis utama kanan dan ventrikel kiri.

Pembesaran ventrikel kanan ditandai dengan bentuk jantung "boot-shaped dan


pemenuhan (filling in) ruang ucara retrosternal. Pemenuhan tersebut disebabkan oleh
pergeseran letak tranversal apeks ventrikel kanan saat ventrikel kanan melebar. Karena
pada orang dewasa ventrikel kanan jarang melebar tanpa pelebaran ventrikel kiri secara
bersamaan, bentuk boot ini seringkali tidak jelas. Bentuk tersebut paling sering terlihat
pada penyakit jantung kongenital, biasanya pada tetralogi Fallot. Bersamaan dengan
melebarnya ventrikel kanan, ventrikel tersebut meluas secara superior juga secara lateral
dan posterior, mernenuhi ruang udara retrosternal. Ajaran yang klasik adalah pada foto
rontgen dada lateral, pada pasien normal densitas jaringan lunak terbatas pada kurang dari
sepertiga jarak dari suprasternal notch sampai ke ujung xyphoid. Jika jaringan lunak
tersebut memernuhi lebih dari setengah jarak ini, ha1 tersebut rnerupakan indikasi
pernbesaran bilik kanan yang dapat dipercaya. Pembesaran ventrikel kanan paling sering
citemutan pada penyakit katup mitral, setelah terjadi hipertensi pulmonal. Yang lebih
jarang adalah karena hipertensi pulmonal primer.

Terdapat beberapa tanda klasik yang menunjukkan pembesaran atrium kiri. Yang pertama
adalah pelebaran left atrial appendage di mana biasanya tarnpak sebagai cembungan fokal.
Dalam keadaan normal, terdapat cekungan di antara arteri pulmonalis utama kiri dan batas
kiri ventrikel kiri pada penampakan frontal. Yang kedua, dikarenakan lokasinya, bersamaan
dengan rnernbesarnya atrium kiri, hal tersebut akan mengangkat left main stem bronchus
sehingga akan melebarkan sudut ka-ina. Yang ketiga bersamaan dengan membesarnya
atrium kiri secara posterior, hal tersebut mungkin menjlebabkan membengkoknya aorta
torakalis tengah sampai yang rendah ke arah kiri. Pembengkokan ini dapat dibedakan dari
liku (tourtuous) yang terlihat pada aterosklerosis, yang melibatkan aorta torasik desendens
pada bagi~n atasnya atau keseluruhan. Selanjutnya, dengan pembesaran atrium kiri yang
khas, densitas ganda dapat dilihat pada pandangan frontal, karena atrium kiri rnernberikan
proyeksi secara lateral ke arah kanan juga secara posterior dan dikelilingi oleh paru-paru.
Yang terakhir, pada foto lateral, pernbesaran atrium kiri nampak sebagai tonjolan khas
yang rnengarah ke posterior. Pembesaran atrium kiri yang terbatas pada orang dewasa
paling sering terlihat pada stenosis mitral, dan pembesaran atrium kiri merupakan ciri
penyakit

Anda mungkin juga menyukai