Anda di halaman 1dari 90

LATIHAN BACA EKG

Dr. Sri Hastuti SpJP

RSUD DR.M.YUNUS
BENGKULU
Sifat-Sifat Listrik Sel Otot Jantung
1. Sel otot jantung: susunan ion berbeda, kadar K+
intrasel 30 kali K+ ekstrasel
2. Permeabilitas membran sel ion K+ >ion Na+
3. Polarisasi: Membran sel otot jantung saat istirahat
Depolarisasi: Perubahan permeabilitas membran
bila ada stimulus dan akan timbul potensial aksi
disertai kontraksi
Bila depolarisasi selesai, potensial membran
kembali normal disebut repolarisasi disertai
relaksasi
..sifat-sifat listrik sel otot jantung..
4. Proses stimulasi-kontraksi-konduksi-relaksasi
akan diteruskan dari satu sel otot jantung ke
sekitarnya; penerusan ini disebut konduksi
5. Sel otot jantung:
- sel otot jantung biasa
- sel otot jantung khusus (sifat
otomatisitas dan ritmisitas→sistem
konduksi jantung)
Proses aktivasi otot jantung

Istirahat Aktifasi
(depolarisasi) Repolarisasi
(polarisasi)

Polarisasi membran sel istirahat,potensial membran – 90 mV, ion K


dominant di intrasel, ion Na dominan di extra sel. Depolarisasi
perbahan potensial membran krn stimulus ion Na masuk ke dalam sel,
potensial membran +20 MV. Repolarisasi fase istirahat.
Potensial Aksi
 Definisi: Perubahan potensial listrik sebagai fungsi
dari waktu, setelah sel otot jantung mendapat
stimulus
 Kurva potensial aksi menunjukkan karakteristik yang
khas, dibagi menjadi 4 fase:
 Fase 0 : -90 mV - +20 mV (ion Na+
masuk)
 Fase 1 : +20 mV – 0 mV
 Fase 2 : 0 mV (ion Ca++ masuk, K+
keluar)
 Fase 3 : -90 mV
Kurva Potensial Aksi
SANDAPAN EKG (ECG LEADS )
Pada pemeriksaan EKG rutin dilakukan rekaman
pada 12 sandapan yang terdiri dari :
1. Tiga buah sandapan bipolar baku (sandapan I, II
dan III)
2. Tiga buah sandapan unipolar ekstremitas
(sandapan aVR, aVL dan aVF)
3. Enam buah sandapan unipolar prekordial
(sandapan V1 sampai dengan V6)
SANDAPAN BIPOLAR BAKU
• Sandapan I : selisih potensial antara lengan kanan (RA)
dengan lengan kiri (LA), LA bermuatan lebih positif dari RA
• Sandapan II : selisih potensial antara lengan kanan (RA)
dengan tungkai kiri (LL), LL bermuatan lebih positif dari RA
• Sandapan III : selisih potensial antara lengan kiri (LA)
dengan tungkai kiri (LL), LL bermuatan lebih positif dari LA
SANDAPAN UNIPOLAR EKSTREMITAS
Frank Wilson menciptakan sandapan ekstremitas unipolar
dengan meletakkan tiga elektroda positif mengikuti tiga
tempat elektroda bipolar yang setiap elektroda positif
tersebut dihub dengan elektroda negatifnya. Gab elektroda
negatifnya disebut terminal sentral.

Modifikasi sandapan ekstremitas unipolar yang dimodifikasi


ini diberi tamb huruf “a” (augmented), sehingga disebut :
- Sandapan aVL : ke lengan kiri
- Sandapan aVR : ke lengan kanan
- Sandapan aVF : ke tungkai kiri
SANDAPAN UNIPOLAR PREKORDIAL
Sandapan unipolar prekordial ini ditandai dengan huruf V
(Voltage) dan disertai angka di belakangnya yang
menunjukkan lokasi di atas prekordium

Enam tempat di prekordial yang umum dipakai adalah :


V1 : sela iga ke-4 di garis sternalis kanan
V2 : sela iga ke-4 di garis sternalis kiri
V3 : terletak antara V2 dan V4
V4 : sela iga ke-5 di garis midklavikula kiri
V5 : garis aksilaris anterior kiri setinggi V4
V6 : garis mid-aksila kiri setinggi V4
TAMBAHAN SANDAPAN EKG
• SANDAPAN PREKORDIAL KANAN
– Tambahan sandapan di V3R – V6R
– Pada infark inferior yang dicurigai disertai infark
ventrikel kanan
– Pada infark dengan penurunan tekanan darah
yang belum jelas etiologinya
• SANDAPAN PREKORDIAL KIRI POSTERIOR
– Tambahan sandapan di prekordial kiri posterior :
V7 – V9
– Bila dicurigai terdapat infark posterior, misalnya
terdapat depresi segmen ST di sandapan
prekordial kiri (V1- V3)
SANDAPAN PREKORDIAL EKG
BENTUK DASAR EKG DAN INTERVAL
CONTOH EKG NORMAL
KERTAS EKG
• Merupakan kertas grafik yang dibagi dengan garis tipis (1 mm x 1
mm) dan garis agak tebal (5 mm x 5 mm) secara horizontal dan
vertikal

• Aksis horizontal menggambarkan kurun waktu

• Kecepatan mencatat mesin EKG : 25 mm/dtk

• Setiap 1 mm horizontal mewakili 0,04 detik, dan 5 mm mewakili 0,2


detik

• Aksis vertikal menggambarkan voltage

• Standarisasi baku voltage (amplitudo) adalah 1, 10 kotak kecil vertikal


(1 cm) mewakili 1 mV
BACA DAN INTERPRETASI EKG
- Frekuensi atau Kecepatan
- Irama
- Aksis QRS
- Gelombang P
- Interval PR
- Gelombang Q
- Kompleks QRS
- Interval QT
- Segmen ST
Menghitung Frekuensi Jantung
1. Tentukan satu gelombang R (atau P) yang tepat di
garis vertikal kotak sedang
2. Tentukan puncak gelombang R (atau P) ke II
3. Hitung jarak antara R pertama dan kedua dalam
ukuran kotak sedang
4. Frekuensi jantung kemudian ditentukan dengan
rumus :

a. Jarak 1 kotak sedang : 300 x/menit


b. Jarak 2 kotak sedang : 150 x/menit
c. Jarak 3 kotak sedang : 100 x/menit
d. Jarak 4 kotak sedang : 75 x/menit
e. Jarak 5 kotak sedang : 60 x/menit
f. Jarak 6 kotak sedang : 50 x/menit
IRAMA JANTUNG :
SISTEM KONDUKSI JANTUNG
SISTEM KONDUKSI JANTUNG
• PACEMAKER JANTUNG NORMAL : simpul SA dengan
frekuensi 70-80 x/menit

• Terdapat PACEMAKER JANTUNG POTENSIAL lain yaitu :


1. Atrium : 75 x/menit
2. Simpul AV : 60 x/menit
3. Berkas His : 50 x/menit
4. Serabut Purkinje dan ventrikel : 30-40 x/menit
POROS
ATAU AKSIS
DAN
SEGITIGA
EINTHOVEN
AKSIS
• Untuk vektor ruang dipergunakan sumbu ruang
• Terdapat 3 buah bidang yang saling tegak lurus :
horizontal (H), frontal (F) dan sagital (S)
• Biasanya cukup dipakai 2 bidang saja : H dan F
• Horizontal : sandapan di V1-V6
• Frontal : sandapan di I, II, III, aVR, aVL dan aVF
- Paling mudah dan
cepat dengan
menentukan aksis
menggunakan
sandapan I dan aVF
(tegak lurus)
- Nilai normal aksis :
antara - 30° sampai +
105°
- menentukan jumlah
aljabar amplitudo
gelomb EKG (skala
mm)
- diekstrapolasikan di
sandapan yang
CARA MENENTUKAN AKSIS bersangkutan
DEVIASI AKSIS
• Deviasi aksis kiri (Left Axis Deviation) :
– Left Anterior Hemiblock
– Left Bundle Branch Block : kadang-kadang
– Hipertrofi ventrikel kiri : jarang ditemukan LAD
kecuali terdapat LAHB
– Non-kardiak : diafragma letak tinggi, asites,
tumor abdominal dll
– Individu normal
DEVIASI AKSIS
• Deviasi aksis kanan (Right Axis Deviation) :
– Hipertrofi ventrikel kanan
– Bila perubahan aksis terjadi tiba-tiba : dicurigai
terjadi emboli paru atau infark miokard lateral
– Gangguan konduksi : left posterior hemiblock,
RBBB, WPW syndrome, gangguan irama
ventrikular
– Hipertensi pulmonal
– PPOK
– Perikarditis Konstriktiva
GELOMBANG P
Menggambarkan aktivitas depolarisasi atrium.
Karekteristik Gelombang P :
• Tinggi kurang dari 2,5 mm (0,25 mV)
• Lebar (Durasi) kurang dari 3 mm (0,08-0,11 dtk)
• Gambarannya :
– Selalu positif di sandapan II dan selalu negatif di
sandapan aVR
– Defleksi positif di sandapan lateral (I, aVL, V5 dan
V6)
– Biasanya bifasik pada sandapan V1
JENIS-JENIS GELOMBANG P
• P-Pulmonal
• P-Mitral
• Gabungan P-Pulmonal dan P-Mitral : pada
pembesaran biatrial
• Tidak terdapat Gelombang P
– Memang tidak ada gel P : sinus arrest, blok SA, FA
– Gel P tertutup kompleks QRS yang lebar :
junctional tachycardia, takikardia
supraventrikular
• Gelombang P yang berbeda-beda (wandering atrial
pacemaker )
• Gelombang Ta (Auricular T-wave)
Beberapa bentuk gelombang P
P-Pulmonal
• Kelainan gel P akibat depolarisasi atrium kanan
yang lebih besar dari normal
• Terdapat pada : Penyakit pada katup Trikuspid,
hipertensi pulmonal yang disertai hipertrofi atrium
kanan
• Arus depolarisasi atrium kanan : inferior dan
anterior. Gamb P-Pulmonal paling sering terlihat
pada sandapan inferior dan anterior
P-Mitral
• Gelombang P yang berbentuk bifida dengan lebar >
3 mm (0,12 detik)
• Tanda khas dari pembesaran atrium kiri
• Arus depolarisasi lebih besar sehingga waktu
depolarisasi lebih lama.
• Sering ditemukan pada penyakit katup mitral dan
aorta
GELOMBANG Q
• Defleksi ke bawah yang pertama pada kompleks
QRS
• Awal dari fase depolarisasi ventrikel
• Gelombang Q patologis :
– Lebarnya sama atau lebih dari 0,04 detik (1 mm)
– Dalamnya lebih dari 25% amplitudo gel R
– Gel Q pada sandapan aVR : Normal
– Menggambarkan adanya nekrosis miokard
KOMPLEKS QRS
• Mewakili depolarisasi ventrikel atau penyebaran
impuls di seluruh ventrikel
• Komponen yang membentuk kompleks ini : - Gel Q
yaitu defleksi negatif sebelum defleksi positif
- Gel R yaitu defleksi positif yang pertama muncul
disertai atau tidak disertai gel Q
- Gel S yaitu defleksi negatif setelah gel R
GELOMBANG R
• Defleksi positif pertama dari kompl QRS
• Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel
• Abnormal :
1. Adanya hipertrofi ventrikel
2. Adanya tanda-tanda bundle branch block
GELOMBANG S
• Defleksi negatif setelah gelombang R
• Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel
• Kepentingan hampir sama dengan gel R
GELOMBANG T
• Menggambarkan fase repolarisasi ventrikel
• Bila abnormal menunjukkan :
– Adanya iskemia/infark
– Kelainan elektrolit
• Amplitudo normal :
– < 10 mm di sandapan prekordial
– < 5 mm di sandapan ekstremitas
– Minimum 1 mm
• Normal bila :
– Arah sesuai dengan arah gelombang utama kompleks
QRS
– Positif di sandapan II
GELOMBANG U
• Gelombang kecil yang kadang-kadang terlihat
setelah gel T
• Bagian akhir dari repolarisasi yang seb nya masih
termasuk bag gel T
• Normal :
– Kurang dari 2 mm
– Selalu lebih kecil dari gel T di sandapan II
• Abnormal :
– Amplitudo > 2 mm atau > T, tdp hipokalemia
– Gel U terbalik (sandapan I, II, V5 dan V6) : pada
iskemia dan hipertrofi
INTERVAL PR
• Waktu mulai depolarisasi atrium sampai onset
depolarisasi ventrikel
• Jarak antara permulaan gel P-permulaan kompleks
QRS
• Batas normal : 0,12-0,20 detik
• Interval PR < 0,12 detik : pada keadaan hantaran
dipercepat (sindrom WPW)
• Interval PR > 0,20 detik : terdapat blok AV
• Interval PR berubah-ubah : wandering pacemaker
INTERVAL QRS
• Lamanya aktivitas depolarisasi ventrikel
• Jarak antara permulaan gel Q – akhir gel S
• Nilai normal : < 0,12 detik
• Abnormal pada :
– Bundle branch block
– Hiperkalemia
– Gangguan konduksi ventrikel
– Aritmia ventrikel
INTERVAL QT
• Jarak antara permulaan gel Q – akhir gel T
• Lamanya aktivitas depolarisasi dan repolarisasi ventrikel
• Nilai interval dipengaruhi : frekuensi jantung
• Batas nilai normal dilihat dalam tabel/kurva
• Interval QTc (corrected QT interval) : nilai interval QT yang
telah dikoreksi dengan interval QT pada frekuensi jantung
60 x/menit dan nilainya ditentukan dengan NOMOGRAM
• Rumus : QTc = QT (dtk)/√ R-R (dtk). Nilai normal QTc = 0,38
– 0,42 detik
Interval QT memanjang
• Risiko timbulnya aritmia
• Kongenital : Long QT syndrome (autosomal
dominan)
• Didapat :
– Pengaruh obat-obatan antiaritmia : quinidin,
prokainamid, hipnotik, major tranquilizer
– Gangguan elektrolit : hipokalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia
Interval QT memendek
• Pemakaian digitalis
• Hiperkalsemia
VAT
(VENTRICULAR ACTIVATION TIME)
• Jarak antara permulaan gelombang Q ke puncak gelombang
R
• Menggambarkan waktu yang diperlukan oleh impuls untuk
menyebar dari permukaan dalam ventrikel (endokardium)
ke permukaan luar ventrikel (epikardium)
• Bila nilai memanjang : bundle branch block, hipertrofi
ventrikel
• Nilai normal :
– V1-V2 : < 0,03 detik
– V5-V6 : < 0,05 detik
TITIK J ( J POINT )
• RS – T Junction
• Titik dimana kompleks QRS berakhir dan awal
segmen ST
• Sebagai titik acuan untuk menentukan adanya
deviasi segmen ST
SEGMEN S-T
• Mulai dari titik J sampai permulaan gelombang T
• Normal : isoelektrik ( range antara – 0,5 mm sampai
+ 2 mm )
• Guna :
– Elevasi segmen ST : infark miokard akut,
aneurisma LV, perikarditis
– Depresi segmen ST : iskemia, efek digitalis, LV
strain
HIPERTROFI ATRIUM
• Gel P merupakan depolarisasi atrium kanan dan kiri
• Defleksi awal gel P : depol atrium kanan
• Defleksi akhir gel P : depol atrium kiri
• Peninggian gelombang P menunjukkan adanya
abnormalitas di atrium
• Peninggian gel P ini tidak spesifik, dapat berarti :
– Hipertrofi dinding atrium
– Pembesaran ruang atrium
– Perlambatan konduksi di atrium
HIPERTROFI ATRIUM KANAN
• Harus dicurigai bila ditemukan gel P tinggi di
sandapan inferior (terutama sand II)
• Etiologi : setiap tekanan atau overload volume di
sisi kanan jantung
• Paling banyak disebabkan oleh :
– Regurgitasi trikuspid
– Stenosis trikuspid
– Regurgitasi pulmonal
– Stenosis pulmonal
– Hipertensi pulmonal
– PPOK
– RVH
Kriteria EKG untuk Abnormalitas
Atrium Kanan
• Gel P tinggi dan lancip di II, III dan aVF : tinggi >
atau sama dengan 2,5 mm dan interval > atau sama
dengan 0,11 detik
• Defleksi awal di V1 > atau = 1,5 mm
• P pulmonal
• Rasio P/segmen PR < 1
HIPERTROFI ATRIUM KIRI
• Durasi gel P bertambah besar (> 0,12 detik).
• Bentuk gel P lebar dengan puncak bergelombang
(broad and notched ). Terutama di sandapan I dan II
• Bentuk gel P di sini sering disebut P mitral
• Di sandapan dada seb kanan (V1 dan V2) gel P
difasis, dengan bagian akhir yang lebar dan negatif
(durasi 0,04 dtk dan dalam 1 mm). Disebut P
terminal force
• Rasio P/segmen PR > 1
• Pembesaran atrium kiri paling banyak disebabkan
oleh kelainan katup mitral (Stenosis Mitral), kmd
stenosis aorta, regurgitasi aorta, LVH
HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI
• Peningkatan voltage QRS
• Hipertrofi ventrikel dengan dinding yang tebal serta
permukaan yang lebih luas menyebabkan potensial
listrik yg lebih besar
• Letak lebih dekat pada dinding dada sehingga
potensial yang dicatat lebih besar
• Etiologi : pressure overload pada ventrikel kiri
Kriteria EKG untuk LVH
• Kriteria voltage : dapat dipilih salah satu
– R atau S di sandapan ekstremitas > 20 mm atau
– S di kompleks ventrikel kanan > 25 mm, atau
– R di kompleks ventrikel kiri > 25 mm, atau
– S di ventrikel kanan + R di ventrikel kiri > 35 mm
Kriteria EKG untuk LVH
 Depresi ST dan inversi T di kompleks ventrikel kiri.
Disebut strain pattern
 Abnormalitas atrium Kiri
 Sumbu QRS pada bidang frontal > atau = -15°
 Interval QRS (> atau = 0,09 detik) atau waktu aktivasi
ventrikel memanjang (> atau = 0,04 detik)
INDEKS SOKOLOW-LYON :
 Jumlah amplitudo gelombang S di V1 dan tinggi
gelombang R di V5 atau V6 > atau = 3,5 mV
 Amplitudo gelombang R di aVL > atau = 1,1 mV
Kriteria EKG untuk LVH
KRITERIA VOLTAGE CORNELL :

 LAKI-LAKI : S V3 + R aVL > 2,8 mV


 PEREMPUAN : S V3 + R aVL > 2,0 mV
HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI
HIPERTROFI VENTRIKEL KANAN
• Perubahan EKG baru tampak bila ada pembesaran
yang nyata
• Etiologi : tekanan tinggi yang terus menerus di
ventrikel kanan
• Rasio R/S yang terbalik :
– R/S di V1 > 1
– R/S di V6 < 1
• Perubahan bentuk kompleks QRS :
– Gelombang R yang besar
– Terdapat kompleks R’
HIPERTROFI VENTRIKEL KANAN
BLOK CABANG BERKAS KANAN
(RIGHT BUNDLE BRANCH BLOCK = RBBB )
• Depolarisasi septum dari ventrikel kiri normal
• Depolarisasi ventrikel kanan terjadi perlambatan
akibat blok di right bundle branch
• Setelah depolarisasi septum dan ventrikel kiri atau
setelah terbentuk gamb rS di V1dan qR di V5, baru
terekam depolarisasi ventrikel kanan yang
datangnya terlambat ke V1.
• Sehingga kompleks QRS di V1 menjadi bentuk rSR’
atau rabbit ear appearance
• Sedangkan di V5 akan menjadi gamb qRS
KRITERIA RBBB :
• Interval QRS memanjang > 0,12 detik
• S yang lebar di I dan V6
• R yang lebar di V1
• Bentuk rSR’ di sandapan V1 dan V2
• Deviasi aksis ke kanan
• Bila interval QRS 0,10 – 0,12 detik : RBBB inkomplit
• Bila interval QRS > 0,12 detik : RBBB komplit
BLOK CABANG BERKAS KIRI
(LEFT BUNDLE BRANCH BLOCK = LBBB )
• Bila konduksi di cabang berkas kiri terganggu maka
depolarisasi septum hanya dibentuk oleh komp cabang
berkas kanan sehingga mengarah ke ventrikel kiri
• Akibatnya terjadi :
– Gel r di V1 dan gel q di V5 tidak terbentuk
– Terjadi gel q di V1 dan R di V5
– Gamb kompleks QRS kebalikan dari RBBB : V1 menjadi
bentuk qrS (~ telinga kelinci terbalik) dan di V5 menjadi
RsR’
KRITERIA LBBB :
• Interval QRS melebar > 0,10 detik
• Tidak tampak gelombang q dan gelombang R yang
lebar, sering berlekuk di I, V5 dan V6 dengan VAT >
0,08 detik
• rS atau QS di V1
• Deviasi aksis ke kiri
• Bila interval QRS 0,10 – 0,12 detik : LBBB inkomplit
• Bila interval QRS > 0,12 detik : LBBB komplit
RIGHT
AND
LEFT
BUNDLE
BRANCH
BLOCK
IRAMA SINUS

KRITERIA IRAMA SINUS :


- Gelombang P harus ada
- Morfologi gel P harus sesuai dengan sandapan
- Aksis gel P harus normal
- Gel P harus konstan dengan frekuensi 60-100 x/menit
- Gel P harus diikuti dengan kompleks QRS dan mempunyai
laju yang konstan
- Gel P harus berada di depan kompleks QRS
- Interval PR harus normal dan konstan
GANGGUAN PEMBENTUKAN IMPULS
• GANGGUAN PEMBENTUKAN IMPULS DI SINUS :
– SINUS TAKIKARDIA
– SINUS BRADIKARDIA
– SINUS ARITMIA
– SINUS ARREST (HENTI SINUS)
SINUS TAKIKARDIA

KRITERIA SINUS TAKIKARDIA :


- Gel P harus ada dan morfologi yang sesuai
- Aksis gel P normal
- Gel P konstan dan laju > 100 x/menit
- Harus terdapat kompleks QRS yang konstan
- Setiap gel P harus diikuti kompleks QRS
- Gel P berada di depan kompleks QRS
- Interval PR harus normal dan konstan
SINUS BRADIKARDIA

KRITERIA SINUS BRADIKARDIA :


- Gel P harus ada
- Morfologi gel P harus normal
- Aksis gel P harus normal
- Laju gel P harus konstan
- Frekuensi jantung < 60 x/menit
- Gel P harus diikuti kompleks QRS yang konstan
- Gel P harus berada di depan kompleks QRS
- Interval PR harus normal dan konstan
SISTEMATIKA MEMBACA EKG
• IRAMA : irama sinus atau bukan. Sinus : setiap kompleks
QRS selalu didahului oleh gel P
• LAJU QRS :
– Irama sinus : laju QRS normal ant 60-100 x/menit
– < 60 x/menit : sinus bradikardia
– > 100 x/menit : sinus takikardia
– Laju QRS > 150 x/menit : takikardia supraventrikular
(QRS sempit) atau takikardia ventrikular (QRS lebar)
• REGULARITAS
• AKSIS : normal antara -30° sampai +110°
• INTERVAL PR : normal < 0,20 detik
• MORFOLOGI : Gel P, kompleks QRS, segmen ST dan gel T
VARIASI NORMAL EKG
• Benign Early Repolarization
• Athlete’s Heart
• Persistent Juvenile Pattern
• Nonspecific T wave pattern
Benign Early Repolarization
• ST segment elevation, usually from leads V2 to V6,
ranging from 0,5 to 5 mm’
• Tall T waves usually concordant with the QRS
complex, ranging from 5 to 6,5 mm
• Tall R waves in the left precordial leads
• Prominent J point best seen in leads V4 and V5 and
occasionally prominent in leads II, III and aVF
BENIGN EARLY REPOLARIZATION
Athlete’s Heart
• Sinus bradycardia (as low as 40 bpm)
• First degree AV block and second degree AV block, Mobitz
type I
• Increased R or S wave voltages
• ST segment elevation at the J point with an upwardly
concave morphology
• T waves concordant with QRS complex and relatively tall
• Deep Q waves occur in up to 10% of athletes
ATHLETE’S HEART
Persistent Juvenile Pattern
• Inverted T waves in the right precordial leads up to
a depth of 5 mm
Nonspecific T wave patterns
• T wave inversion or flattening
• QRS-T angle may be widened
Salah meletakkan elektroda : Bagaimana cara mendeteksinya
?

L arm – R arm :
- Inverted P wave and QRS complex in lead I
- Unexpected right or extreme QRS axis deviation
- Inverted P wave in lead I, together with normal
precordial R wave progression
Salah meletakkan elektroda : Bagaimana cara
mendeteksinya ?
L arm – L leg :
- Lead III is upside down (may not appear abnormal)
- Leads I and II switched ; aVL and aVF switched; aVR
no change
- P wave is unexpectedly larger in lead I than in lead II
R arm – L leg :
- P-QRS-T upside down in all leads except lead aVL
- Upright P-QRS-T in lead aVR
L arm-L arm reversal
Salah meletakkan elektroda : Bagaimana cara
mendeteksinya ?

R leg – L leg :
- Looks like normal electrode placement
- Immaterial because of similarity of potentials
in lower extremities
Salah meletakkan elektroda : Bagaimana cara
mendeteksinya ?
R leg – L arm :
- Lead III is practically a flat line

R leg – R arm :
- Lead II is practically a flat line

L arm- L leg and R arm- R leg :


- Lead I is practically a flat line
- Leads aVL and aVR are same polarity and amplitude
- Lead II is upside-down image of lead III
L arm – L leg reversal
INTERPRETASI EKG
1. STEMI INFERIOR-POSTERIOR
2. NSTEMI INFERIOR-POSTERIOR
3. STEMI INFERIOR-POSTERIOR + INFARK
VENTRIKEL KANAN
SINDROMA KORONER
AKUT

ANGINA PEKTORIS
TAK STABIL NON ST ST ELEVASI
ELEVASI MI MI
ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI)
HIPERAKUT T
Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI)
Evolusi EKG pada STEMI
Fase Akut
pada Infark
Miokard
Akut
Anteroseptal
EVOLUSI EKG PADA STEMI ANTERIOR
EVOLUSI EKG PADA STEMI INFERIOR

Anda mungkin juga menyukai