Anda di halaman 1dari 77

Dasar-dasar EKG

RUDY DWI LAKSONO


• Jantung
– menimbulkan impuls listrik sendiri
– menghasilkan kontraksi ritmis
– menghantarkan impuls ke seluruh jantung

OTORITMISITAS
Sel-sel otoritmisitas jantung:
• Nodus Sinoatrial
• Nodus Atrioventrikular
• Berkas HIS
• Serabut Purkinje
Elektrokardiogram (EKG)
• Rekaman listrik jantung yang diperoleh
dengan bantuan elektroda yang ditempel
pada permukaan tubuh seseorang.
Kompleks EKG
• Berbagai komponen pada rekaman EKG dapat
dikorelasikan dengan berbagai proses spesifik
di jantung
• EKG normal memperlihatkan tiga bentuk
gelombang tersendiri: gelombang P, kompleks
QRS, dan gelombang T.
Kertas EKG
• Kertas grafik EKG terdiri atas kotak-kotak kecil dan
besar yang diukur dengan milimeter
– Arah horizontal: durasi atau waktu
– Garis vertikal: voltase/amplitudo
Sadapan EKG
• Untuk keperluan diagnosis, umumnya
digunakan 12 titik sadapan (lead) EKG:
– Sadapan Einthoven: sadapan I, II, dan III
– Sadapan Goldberger augmented: aVR, aVL, dan aVF
– Sadapan precordial (sadapan dada):V1, V2, V3, V4,
V5, dan V6
Anatomic Groups
Sadapan posterior dan ventrikel
kanan
Inferior Leads

Inferior Leads
Anterior Leads
Lateral Leads
Komponen EKG
• Kalibrasi dan kecepatan • Komples QRS
• Irama jantung (amplitudo, durasi, dan
• Frekuensi jantung (QRS morfologi)
rate) • Segmen ST
• Aksis jantung • Gelombang T
• Gelombang P • Interval QT
• Interval PR • Gelombang U
Kalibrasi dan Kecepatan
• Perekaman EKG umumnya menggunakan:
– kecepatan 25mm/detik
– kalibrasi 1 miliVolt  menghasilkan amplitudo
setinggi 10mm (1 mV = 10 mm)
• Kecepatan dan kalibrasi dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan.
Kalibrasi lebih kecil
• Gambaran EKG seolah-olah seperti gambaran
EKG low voltage
Kalibrasi lebih besar
meningkatkan amplitudo seolah-olah seperti
kriteria voltase pada hipertrofi ventrikel kiri
Kecepatan
• Kecepatan yang lebih tinggi dapat digunakan
dalam kasus-kasus takiaritmia untuk
menganalisa gelombang EKG dengan lebih
jelas.
Bradikardia
Irama jantung
• Irama jantung normal dimulai dengan depolarisasi
nodus sinus di atrium  irama sinus
• Karakteristik irama sinus :
– Gelombang P selalu diikuti oleh gelombang QRS
– Gelombang P selalu positif di lead II, dan negatif di aVR
– Frekuensi 60-100 x/menit (disebut irama sinus normal)
• Bila < 60 x/menit disebut sinus bradikardia
• Bila > 100 x/menit disebut sinus takikardia
– Interval P-P konstan, Interval R-R konstan
– PR interval 0,12-0,20 detik dan konstan dalam setiap beat
Cara menentukan irama jantung
Normal Sinus Rhythm
FREKUENSI JANTUNG
Seribu lima ratus (1500) dibagi jumlah
kotak kecil antara R-R
• Standar kecepatan yang digunakan dalam
perekaman EKG adalah 25mm/detik, dengan
demikian dapat diperoleh:
Frekuensi jantung = 25mm/detik x 60 detik/menit = 1500_______
(denyut per menit) jumlah mm (kotak kecil) diantara denyutan jumlah kotak kecil

20 mm

Pada EKG di atas, frekuensi jantung = 1500/20 = 75 x/mnt


Tiga ratus (300) dibagi jumlah kotak
sedang antara R-R
• Jarak kotak sedang:
 1 kotak sedang = 300 x/menit
 2 kotak sedang = 150 x/menit
 3 kotak sedang = 100 x/menit
 4 kotak sedang = 75 x/menit
 5 kotak sedang = 60 x/menit
– Dan seterusnya
QRS 1 QRS 2

Gelombang QRS kedua jatuh di antara 75-60 denyut per


menit, sehingga denyut jantung dapat diperkirakan 65 kali
per menit.
Hitung jumlah gelombang QRS dalam
6 detik, kemudian dikalikan 10
• Cara ini digunakan dalam menghitung
frekuensi jantung pada fibrilasi atrial.
– FJ < 60 x/menit : fibrilasi atrial dengan respon
ventrikular lambat
– FJ 60-100 x/menit : fibrilasi atrial dengan respon
ventrikular normal
– FJ > 100 x/menit : fibrilasi atrial dengan respon
ventrikular cepat
Jumlah kompleks QRS selama 6 detik dikalikan 10.
15x10 = 150. (fibrilasi atrial dengan respon ventrikular
cepat)
Berapakah frekuensi jantungnya?

www.uptodate.com

(300 / 6) = 50 bpm
Berapakah frekuensi jantungnya?

www.uptodate.com

(300 / ~ 4) = ~ 75 bpm
Berapakah frekuensi jantungnya?

(300 / 1.5) = 200 bpm


Aksis Jantung
• Cara menghitung sumbu jantung (aksis) yang
termudah:
– Pilih sadapan yang saling tegak lurus (misalnya I
dan aVF)
– lakukan penjumlahan defleksi dari masing-masing
sadapan yang dibuat vektor pada masing-masing
sumbu dan tentukan resultannya.
Resultan defleksi positif dan negatif di sadapan I adalah -4, dan
di sadapan aVF +8. Absis dan ordinat dihubungkan sehingga
didapatkan vektor. Aksis berada pada sudut +120o (deviasi aksis
ke kanan).
Sumbu QRS Frontal dan Frontal :
Horizontal
I+
20

aVF +
I: R : +9 X 1 = + 9
S:0 = 0
+9

aVF : R = +3 X 1 = + 3
S= 0 = 0
+3
Perkiraan aksis secara cepat:

I Avf

Normoaksis + +

Deviasi aksis ke kiri (LAD) + -

Deviasi aksis ke kanan (RAD) - +

Deviasi aksis kanan atas (superior) - -


Gelombang P
• Gelombang P berhubungan dengan sistol
atrium (depolarisasi atrium)
• Adanya gelombang P menandakan impuls
berasa dari nodus SA
• Setengah gelombang P pertama terjadi karena
depolarisasi di atrium kanan, setengah
gelombang terakhir karena depolarisasi
atrium kiri
• Kelainan morfologi gelombang P juga
merupakan gambaran adanya suatu
abnormalitas di atrium yang umumnya terlihat
di sadapan II dan V1
Kriteria gelombang P normal :
• Gelombang P berasal dari nodus sinus jika (+)
di sadapan II dan (-) di aVR.
• Gelombang P selalu negatif di aVR karena
impuls dari nodus SA bergerak menjauhi aVR.
• Tumpul dan halus
• Durasi normal (lebar) 0,08-0,10 detik
• Amplitudo (tinggi) ≤ 2,5 mm
Morfologi Gelombang P
P Pulmonale
P Mitral
Interval PR
• menggambarkan waktu yang diperlukan dari
permulaan depolarisasi atrium hingga
permulaan depolarisasi ventrikel
• Interval PR dimulai dari awal terbentuknya
gelombang P hingga awal kompleks QRS.
• Normalnya interval PR 3-5 kotak kecil (0,12-
0.20 detik).
Segmen PR
• Menggambarkan perlambatan impuls di
nodus AV
• Interval waktu antara akhir gelombang P
dengan permulaan gelombang QRS
• Arus mengalir melalui nodus AV namun
kekuatannya terlalu kecil untuk dapat
terdeteksi oleh elektroda EKG.
Kompleks QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel (sistol ventrikel)
Kompleks QRS terdiri dari :
Gelombang Q
defleksi negatif pertama
durasi normal (kecuali sadapan III dan aVR) < 0,04
detik
amplitudo normal < 1/3 tinggi gelombang R pada
sadapan yang sama
Gelombang R (defleksi (+) pertama)
Gelombang S (defleksi (-) pertama setelah R)
Morfologi Kompleks QRS
Penilaian Kompleks QRS
• Durasi QRS
– Durasi QRS normal antara 0,06-0,10 detik.
– Kompleks QRS dikatakan melebar jika durasinya >
0.12 detik
• Amplitudo QRS
– Amplitudo QRS yang tinggi dapat ditemukan pada
keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
• Morfologi QRS
– Morfologi QRS rSR’ dapat ditemukan pada blok berkas
cabang(Bundle Branch Block).
Progresi Gelombang R
• Progresi gelombang R yang kecil dapat
disebabkan oleh sejumlah abnormalitas
konduksi, infark otot jantung, kardiomiopati,
dan keadaan patologis lainnya.
Segmen ST
• Segmen ST menunjukkan awal repolarisasi
ventrikel.
• Titik pertemuan akhir kompleks QRS dan awal
segmen ST disebut J point.
– J point di bawah garis isoelektris: depresi segmen
ST
– J point di atas garis isoelektris : elevasi segmen ST
Segmen ST
ST Segment
Gelombang T
• Gambaran repolarisasi ventrikel
• Tinggi gelombang T normal < 5 mm pada
sadapan ekstremitas dan < 10 mm pada
sadapan prekordial.
• Bentuk gelombang T yang meninggi atau
terbalik (khususnya secara simetris) dapat
menunjukkan suatu keadaan patologi dari
jantung
Gelombang U
• Diduga merupakan repolarisasi serabut
purkinje.
• Bentuk normal bulat, kecil, amplitudo < 1,5
mm.
• Gelombang U yang prominen dapat
menunjukkan suatu keadaan hipokalemia.
T Wave

Masa
repolarisasi

T inverted pada QRS


dominan negatif
(normal)
Gelombang T, Gelombang U

58
Interval QT
Garis horizontal yang diawali dari gelombang Q sampai
akhir gelombang T.
Interval ini merupakan waktu yang diperlukan ventirkel dari
awal terjadinya depolarisasi sampai akhir polarisasi.
Panjang interval QT bervariasi tergantung pada umur, jenis
kelamin, dan frekuensi jantung (heart rate).
Interval QT dihitung mulai dari permulaan kompleks QRS
hingga akhir gelombang T. Durasinya rata-rata < 0.38 detik.
Sedangkan interval QT terkoreksi dihitung menggunakan
rumus : QT
R-R
CONTOH ECG NORMAL
CONTOH ECG NORMAL
CONTOH ECG NORMAL
CONTOH ECG NORMAL
CONTOH ECG NORMAL
(NORMAL VARIANT ,EARLY REPOLARISASI)
Normal EKG
Normal EKG
VARIAN EKG NORMAL
Early Repolarization
• Sering ditemukan pada pria dewasa muda
• Dapat ditemukan elevasi segmen ST
berbentuk konkav
• J point biasanya juga mengalami elevasi
Dextrocardia
• Deviasi aksis ke kanan
• Kompleks QRS dan gelombang P positif di aVR
• Kompleks EKG negatif di sadapan I
• Tidak terdapat progresi gelombang R
(gelombang S persisten)
Dextrocardia
Pemasangan Lead yang terbalik
• Tangan kanan tertukar dengan tangan kiri
Criteria
– Lead I terbalik
– Lead II dan III tertukar
– Lead AVL dan AVR tertukar
– Lead AVF dan V1-6 tak terpengaruh
• Tangan kiri tertukar dengan kaki kiri
Criteria
– Lead III terbalik
– Lead I dan II tertukar
– Lead AVF dan AVL tertukar
– Lead AVR dan V1-6 tak terpengaruh
• Tangan kanan tertukar dengan kaki kiri
Criteria
– Lead I, II, III terbalik
– Lead AVF dan AVR tertukar
– Lead AVL dan V1-6 tak terpengaruh

Anda mungkin juga menyukai