KARDIOVASKULER
PADA KASUS KRITIS
Retno Puji Astuti, S. Kep., Ns., M. Kep
EKG
Kelainan kompleks QRS berupa right bundle brach block (atas) dan left bundle
brach block (bawah)
Hipertrofi Ventrikel
1. Hipertrofi Ventrikel Kanan
• Deviasi aksis ke kanan
• Gelombang R lebih tinggi daripada
gelombang S di V1, sedangkan di
V6
• Gelombang S lebih dalam daripada
gelombang R.
2. Hipertrofi Ventrikel Kiri
Segmen S-T :
• Pengukuran waktu dari akhir kompleks QRS sampai awal gelombang T.
• Menunjukkan waktu dimana kedua ventrikel dalam keadaan aktif (excited
state) sebelum dimulai repolarisasi.
• Titik yang menunjukkan dimana kompleks QRS berakhir dan segmen S-T
dimulai J point.
• Segmen S-T yang tidak isoelektrik (tidak sejajar dengan segmen P-R
atau garis dasar), naik atau turun sampai 2 mm pada lead prekordial
tidak normal.
• Segmen ST naik S-T elevasi.
• Segmen ST turun S-T depresi.
• Keduanya merupakan tanda penyakit jantung koroner.
• Panjang segmen S-T normal : 0,05-0,15 detik (interval ST).
Segmen ST Isoelektrik
ST Elevasi
• Disritmia jantung: perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan
oleh konduksi elektrikal abnormal atau otomatis.
• Disritmia adalah gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur jantung.
• Disritmia dapat diidentifikasi dengan menganalisa gelombang EKG.
Asal Disritmia
• Nodus sinus
• Atrial
• Nodus AV atau sambungan
• Ventrikel
• Peradangan jantung
• Gangguan sirkulasi koroner
• Obat (intoksikasi )
• Gangguan keseimbangan elektrolit
• Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom
• Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat
• Gangguan metabolik
• Gangguan irama jantung akibat gagal jantung
• Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
Klasifikasi Disritmia
Sinus Bradikardia
Ciri:
• Irama teratur
• RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
• PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
• Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
• Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk sama dalam 1 lead
panjang
• Frekuensi (HR) dibawah 60x/menit
• Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
• Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead
Sinus Takikardia
Ciri-cirinya:
Sama dengan sinus bradikardia, perbedaan: frekuensi jantung (HR)
lebih dari 100x/menit
Sinus Aritmia
Ciri-cirinya:
• Gel P dan komplek QRS normal
• Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang
muncu jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
Sinus Blok
Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya
gelombang yang muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari RR
interval.
PAC or AES
Ciri-cirinya:
• PAC (premature atrial contraction)or AES ( atrial ekstra sistole)
yaitu gel P yang muncul sebelum waktunya dan bentuk
gelombangpun beda dengan normal gel P yang berasal dari SA
node.
• Kalau anda temukan gel P yang berbeda dan muncul persis
sama dengan waktu yang seharusnya Atrial escape beat.
Atrial Flutter
Ciri-cirinya :
• Irama teratur Ciri utama yaitu gelombang P yg mirip gigi gergaji
(saw tooth)
• Komplek QRS normal
• Interval RR normal
Multifocal Atrial Takikardia
Ciri-cirinya:
• Irama irreguler
• Kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada MAT gel P masih
terlihat dan tiap beat bentuk gelombang P nya berbeda (minimal 3
macam)
• Frekuensi > 100x/menit, PR intervalpun bervariasi, normal komplek
QRS.
Supra Ventrikuler Takikardia/SVT
Ciri-cirinya:
• Irama teratur
• Gelombang P tidak jelas terlihat (Gelombang P tertutup oleh
gelombang T )
• Takikardi reguler (frekuensi 140-280 kali per menit)
• Kompleks QRS sempit (durasi kompleks QRS <0,12 detik)
Paroksimal Supraventrikuler Takikardia/PSVT
Ciri-cirinya :
• Dari gambaran EKG normal tiba-tiba berubah menjadi gambaran
EKG SVT
• Frekuensinya lebih dari 150 x/menit
AV Blok first Degree
Ciri-cirinya:
• Irama teratur
• Gel P normal
• PP interval regular
• Komplek QRS normal
• RR interval regular
• PR interval > 0,20 detik atau > 5 kotak kecil
• Panjang PR interval harus sama di setiap beat, Misal panjang PR
intervalnya 0,24detik, maka di tiap beat PR intervalnya harus sama
yaitu 0,24detik.
AV Blok 2nd Degree Type I atau Wenckebach
Ciri-cirinya:
• Irama irregular Gel P normal
• PP interval regular
• Komplek QRS bisa normal juga bisa tidak normal, RR interval irregular PR
interval mengalami perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan
memajang pada beat berikutnya, sampai ada gel P yang tidak diikuti
komplek QRS, kemudian kembali lagi ke normal PR interval dst.
• Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik, kemudian memanjang dibeat
berikutnya 0,22 detik, terus memanjang lagi menjadi 0,28 detik, lalu ada
gel. P yang tidak diikuti oleh QRS, setelah itu kembali lagi ke normal PR
interval yaitu 0,16 detik, dan seterusnya
AV Blok Total/Komplit
Ciri-cirinya :
• Irama regular
• Tidak ada hubungan antara atrium dengan ventrikel kadang
gelombang P muncul bareng dengan komplek QRS.
• Komplek QRS biasanya lebar dan bentuknya berbeda dengan
komplek QRS lainya karena gel P juga ikut tertanam di komplek
QRS, RR interval regular.
• Gel P normal, kdg bentuknya beda tertanam di komplek QRS.
Atrial Fibrillation (AF)
• Irama regular
• Frekuensi 100-250x/ menit
• Tidak ada gelombang P
• Terdapat > 3 irama ventrikuler dengan frekuensi 100-250 kali/ menit
(kebanyakan > 120 kali per menit)
• Kompleks QRS lebar (durasi QRS > 0,12 detik)
• Kadang gelombang P nampak (tanda panah), tetapi tidak ada asosiasi
dengan kompleks QRS
VT Polymorphic
Ciri-cirinya :
• Irama regular irregular
• Lainnya sama dengan VT
Ventrikel Fibrilasi/VF
Pada hiperkalemia akan terjadi perubahan dari gambaran EKG antara lain :
• T menjadi lebih tinggi dan lancip
• R menjadi lebih pendek
• QRS menjadi melebar
• QRS bersatu dengan T, sehingga segmen ST menghilang
• P mengecil dan akhirnya menghilang
Pada hipokalemia, akan tampak gambaran EKG antara lain:
• U menjadi prominen
• T semakin mendatar dan akhirnya terbalik
• Depresi ST
• Interval PR, QRS, QT memanjang
Pada hiperkalsemia, akan tampak gambaran EKG: interval QT
yang memendek.
Pada hipokalsemia: segmen ST yang memanjang sehingga interval
QT memanjang.
Hipomagnesium
• Semua obat anti aritmia harus dianggap sebagai obat depresan jantung dan
beberapa diantaranya dapat menginduksi aritmia.
• Pengobatan elektrik (kardioversi untuk takikardia, pacu jantung) untuk bradikardia
harus lebih digunakan dari pada terapi obat bila terdapat gangguan hemodinamik
yg nyata.
• Nilai keadaan klien
Toleransi klien terhadap disritmia dan setiap gejala yang menyertainya akan
menentukan pengobatan yang tepat.
Penatalaksanaan Disritmia
a. Umur dan jenis kelamin klien: karena bentuk EKG normal pada bayi dan anak-anak
sangat berbeda dengan EKG normal orang dewasa.
b. Tinggi, berat dan bentuk badan: orang yang gemuk mempunyai dinding dada yang
tebal amplitudo semua komplek EKG lebih kecil krn voltase berbanding berbalik
dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel otot jantung.
c. Tekanan darah dan keadaan umum klien: apakah peningkatan voltase pada
komplek ventrikel kiri ada hubungannya dengan kemungkinan hipertofi dan dilatasi
ventrikel kiri.
d. Penyakit paru pada klien: posisi jantung dan voltase dari
komplek-komplek EKG dapat dipengaruhi oleh adanya empisema
pulmonum yang berat, pleural effusion dan lain-lain.
e. Penggunaan obat digitalis dan derivatnya: akan sgt mempengaruhi
bentuk EKG. Jk diperlukan hasil EKG yg bebas dari efek, digitalis
dihentikan sekurang-kurangnya 3 minggu dari obat digitalis tsb.
f. Kalibrasi kertas EKG.
g. Deskripsikan morfologi gelombang EKG lalu disimpulkan.
Pacu Jantung (Pacemaker)
• adalah sebuah alat kecil bertenaga listrik yang digunakan untuk membantu
jantung berdetak lebih teratur, tidak terlalu lambat atau cepat, sehingga jantung
dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan optimal.
• Alat ini umumnya dipasang dengan cara diletakkan atau ditanamkan di balik kulit
di area dada, tepatnya di bawah tulang selangka.
Indikasi pemasangan alat pacu jantung berdasarkan pedoman yang
dibuat oleh HRS tahun 2008:
1. Bradikardia krn sinus node dysfunction/ disfungsi nodus sinus
(SND) dan atrioventricular node dysfunction/ disfungsi nodus
atrioventrikular (AND)
a. SND: sinus bradikardia simtomatik yang persisten dan
inkompetensi kronotropik tanpa sebab jelas
b. Blok AV didapat pada dewasa
c. Blok AV derajat 3 atau derajat 2 atas pada level anatomi manapun
yang terkait dengan:
• Bradikardia simtomatik/ aritmia ventricular dengan presumsi
disebabkan oleh blok AV.
• Kondisi medis lain yg memerlukan terapi berefek bradikardia
simptomatik.
• klien sinus ritme bebas gejala dengan periode asistol
terdokumentasi ≥3s, escape rate.
d. Blok AV derajat 2 yang terkait dg bradikardia simptomatik tanpa
memperdulikan lokasi blok.
e. Blok AV derajat 3 persisten pada level anatomi manapun dengan
kecepatan ventrikel ≥40 denyut per menit jk terdapat kardiomegali
atau disfungsi ventrikel kiri (LV), atau jika lokasi blok berada di
bawah nodus AV.
f. Blok AV derajat 2-3 saat latihan, tanpa iskemi miokard.
2. Blok bifasik kronis
3. Pacu jantung untuk blok AV yang terkait dengan infark miokard
4. Sindroma sinus karotis hipersensitif dan sinkop neurokardiogenik
5. Pascatransplantasi jantung
6. Pencegahan dan terminasi aritmia dengan pacu jantung
7. Kardiomiopati hipertrofi
8. Anak, remaja dan klien dengan penyakit jantung bawaan (PJB)
Komplikasi pace maker:
1. Infeksi pada lokasi pemasangan alat pacu jantung.
2. Reaksi alergi terhadap zat pewarna atau anestesi yg digunakan
selama prosedur.
3. Bengkak, memar, atau pendarahan pada lokasi pemasangan
pacemaker, terutama bila klien tengah mengonsumsi obat-
obatan pengencer darah.
4. Kerusakan pembuluh darah/ saraf di sekitar lokasi pacemaker.
5. Kolaps paru-paru.
Penatalaksanaan:
1. TTV
2. Jangan mandi (Guyur) sampai hari ke 3 setelah prosedur. Cuci
area sayatan dengan lembut, tetapi jangan mengoleskan losion
atau bedak di atasnya. Selama beberapa minggu pertama
memakai kemeja yang berkancing di bagian depan.
3. Jangan angkat lengan dan bahu pada lengan yang terpasang pa
cu jantung hingga 1 sampai 3 bulan pertama.
4. Tidak boleh melakukan pekerjaan mendorong, menarik, beban
berat/ mengangkat lengan diatas bahu termasuk menggendong.
5. Jangan menekan lokasi sayatan atau berpakaian ketat.
6. Jangan mengemudi sampai disarankan oleh dokter ahli jantung .
7. Dapat melakukan pekerjaan rumah tangga ringan.
8. Konsultasi sebelum melakukan kegiatan olahraga seperti golf,
memancing atau olahraga berat lainnya.
9. Hindari di dekat daerah dengan tegangan tinggi (kabel tegangan
tinggi, pembangkit listrik magnet industri besar dan mesin las).
10. Gejala kerusakan alat pacu jantung seperti pusing, ringan atau
perubahan irama jantung.
11. Bawa kartu alat pacu jantung karena alat pacu jantung
mengandung logam mungkin memicu detektor logam.
12. Beberapa tindakan yang tidak boleh dilakukan pada orang yang
terpasang alat pacu jantung menetap diantaranya:
• Tes MRI (Magnetic Resonance Imaging)
• Tindakan metode menghilangkan nyeri: stimulator syaraf/ otot
listrik transcutan (TENS)
• Tindakan diathermy: memanaskan jaringan tubuh dg radiasi
elektromagnetik frekuensi tinggi atau gelombang mikro
• Tindakan lithotripsy gelombang kejut ekstrakorporeal dg
menggunakan gelombang suara untuk memecah batu
empedu dan batu ginjal
• Radiasi terapi untuk kanker atau tumor dapat menyebabkan
kerusakan alat pacu jantung permanen.
Terima Kasih