Anda di halaman 1dari 86

PENGKAJIAN SISTEM

KARDIOVASKULER
PADA KASUS KRITIS
Retno Puji Astuti, S. Kep., Ns., M. Kep
EKG

• Kertas grafik garis horizontal dan


vertikal dengan jarak 1 mm.
• Garis lebih tebal terdapat pada
setiap 5 mm.
• Garis horizontal  waktu
1 mm = 0,04 detik
5 mm = 0,20 detik
• Garis vertikal voltase
1 mm = 0,1 milivolt
10 mm = 1 milivolt
KETERANGAN :
• Gelombang P: aktivasi atrium (depolarisasi atrium)
• Panjang/durasi< 0,12 detik
• Tinggi/amplitudo< 0,3 mV atau < 3 mm
• Selalu positif dilead II dan negatif di lead aVR
• Interval PR: durasi konduksi AV
• Dari awal gelombang P hingga awal kompleks QRS
• Durasi normal 0,12–0,20 detik
• Kompleks QRS: aktivasi ventrikel kanan dan kiri (depolarisasi
ventrikel)
• Morfologi bervariasi di antara tiap lead
6 macam lead prekordial:
• V1 = elektroda positif pada spatium intercostale (s.i.c) IV linea
parasternalis kanan
• V2 = elektroda positif pada s.i.c. IV linea parasternalis kiri
• V3 = antara V2 dan V4
• V4 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea medio klavikularis kiri
• V5 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea aksilaris anterior kiri
(sejajar V4 pada linea aksilaris anterior)
• V6 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea aksilaris medialiskiri
(sejajar V5 pada line aksilaris medialis kiri)
• Gelombang Q: defleksi negatif pertama
• Gelombang R: defleksi positif pertama
• Gelombang S: defleksi negatif setelah gelombang R
• Durasi kompleks QRS: durasi depolarisasi otot ventrikel  Lebar
0,06–0,12 detik
• Interval PP: durasi siklus atrium
• Interval RR: durasi siklus ventrikel
• Interval QT:durasi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel
• Segmen ST: dari akhir gelombang S hingga awal gelombang T; N
ormal: isoelektrik
• Gelombang T: Positif di lead I, II, V3–V6 dan negatif di aVR
• Keadaan normal: impuls kontraksi jantung berasal dari nodus SA
dg melewati serabut2 otot atrium impuls diteruskan ke nodus AV,
dst. melalui berkas His  cabang His kiri dan kanan  jaringan
Purkinye  serabut otot ventrikel  irama sinus ritmis.
• Nodus SA  pacemaker utama dan pacemaker lain yg terletak
lebih rendah tidak berfungsi.
• Nodus SA terganggu  fungsi pacemaker digantikan oleh
pacemaker yang lain.
• Irama jantung normal  irama sinus ritmis: iramanya teratur, dan
tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS.
• Irama jantung ditimbulkan oleh impuls yg berasal dari pacemaker
yang terletak di luar nodus SA : irama ektopik.
• variasi antara siklus yang paling panjang dan paling pendek
melebihi 0,12 detik: sinus aritmia.
Irama Sinus Ritmis
• Irama reguler
• Frekuensi 60-100 kali/ menit dan R ke R reguler
• Morfologi gelombang P normal, tiap gelombang P diikuti satu
kompleks QRS
• Gelombang P defleksi positif di sadapan II
• Gelombang P dan kompleks QRS defleksi negatif di lead aVR
• Frekuensi jantung orang dewasa normal: 60-100 kali/ menit.
• Sinus takikardia: irama sinus dengan frekuensi jantung pada
orang dewasa > 100 kali/ menit, pada anak-anak > 120 kali/ menit
dan pada bayi > 150 kali/ menit.
• Sinus bradikardia: irama sinus dg frekuensi jantung < 60 kali/
menit
Cara menghitung frekuensi jantung bila teratur/reguler
1. 1500 dibagi dengan jumlah kotak kecil antara R-R interval atau
P-P interval.
2. 300 dibagi jumlah kotak besar antara R-R interval atau P-P
interval.
Cara menghitung frekuensi jantung bila tidak teratur/ irreguler
• Mengitung jumlah kompleks QRS dalam 6 detik lalu dikalikan
dengan 10.
• Contoh: dalam 6 detik (30 kotak kecil, pada gambar di bawah adalah
antara 2 panah) didapatkan 13 kompleks QRS lalu dikalikan 10 
frekuensi jantung adalah 130 kali/ menit) .
Aksis
Posisi jantung dalam elektrokardiografi: posisi listrik dari jantung pada
waktu berkontraksi dan bukan dlm arti posisi anatomis.
a. Frontal plane
• Pada pencatatan EKG  mengetahui posisi jantung terhadap
rongga dada.
• Untuk menghitung aksis jantung bisa menggunakan resultan
vektor kompleks QRS di lead I dan lead aVF  kedua lead tsb
memiliki posisi yang saling tegak lurus.
b. Horizontal Plane
Pd beberapa kondisi dpt tjd perputaran jantung pd aksis longitudinal.
1. Jantung berputar ke kiri / searah jarum jam (Clock Wise Rotation)
•Arah perputaran ini dilihat dari bawah diafragma ke arah kranial.
•Ventrikel kanan terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kiri
lebih ke belakang.
•Pd lead prekordial dengan memperhatikan transitional zone,
dimana pada keadaan normal terletak pada V3 dan V4
(transitional zone = R/S = 1/1).
•Pada clock wise rotation tampak transitional zone lebih ke kiri,
yaitu pada V5 dan V6.
2. Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan arah jarum
jam (Counter Clock Wise Rotation)
• Ventrikel kiri terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kanan
lebih ke belakang.
• Tampak transitional zone pindah ke kanan, yaitu V1 atau V2.
Gelombang P :
a. Durasi dan amplitudo gelombang P normal
Gelombang P ialah suatu defleksi yang disebabkan oleh proses depolaris
asi atrium akibat depolarisasi atrium menyebar secara radial dari nodus
SA ke nodus AV (atrium conduction time). Gelombang yang normal
memenuhi kriteria sbb:
• Panjang atau durasi gelombang tidak lebih dari 0,12 detik
• tinggi atau amplitudo tidak lebih dari 3mm atau 0,3 Mv
• biasanya defleksi ke atas (positif) pada lead-lead I, II, aVL dan V3-V6
• biasanya defleksi ke bawah (negatif) pada aVR, sering pula pada V1
dan kadang-kadang V2
Gelombang P mitral dan P pulmonal
• P mitral: gelombang P yang melebar (>0,12 detik)  pembesaran atrium kiri. Bisa
ditemukan P bifasik di lead V1.
• P pulmonal: gelombang P yang tinggi dengan amplitudo >3 kotak kecil 
pembesaran atrium kanan. Bila ditemukan gelombang P yang inversi (defleksi
negatif pada lead yang seharusnya defleksi positif)  depolarisasi atrium dg arah
abnormal/ pacemaker bukan nodus SA, tp pd bagian lain atrium/ dextrocardia.
Interval PR
• Interval P-R / P-Q interval, diukur dari permulaan timbulnya
gelombang P sampai permulaan kompleks QRS.
• Menunjukkan lamanya konduksi atrio ventrikuler dimana termasuk
pula waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan bagian
awal dan repolarisasi atrium.
• Repolarisasi atrium bagian akhir terjadi bersamaan waktunya dg
depolarisasi ventrikuler.
• Nilai interval P-R normal: 0,12-0,20 detik.
a. Blok AV derajat 1
• Interval PR memanjang (>0,20 detik)
• Semua gelombang P diikuti kompleks QRS
b. Blok AV derajat 2 tipe 1
• Pemanjangan progresif interval PR
• Pemendekan interval PR pada beat setelah gelombang P yg tidak
dikonduksikan dibandingkan dg interval PR sebelum gelombang
P yang tidak dikonduksikan.
c. Blok AV derajat 2 tipe 2
• Bentuk blok AV derajat II yang lebih berat.
• Karakteristik: kemunculan mendadak satu gelombang P sinus
yang tidak dikonduksikan tanpa dua karakteristik yg didapatkan
pada blok AV tipe II Mobitz tipe I.
Blok AV derajat 3 (Blok AV total)
• Tampak gelombang P (positif di sadapan II), dengan frekuensi
irama sinus yang relatif reguler, yang lebih cepat daripada irama
ventrikel.
• Kompleks QRS ada, dengan frekuensi ventrikuler yang lambat
(biasanya konstan).
• Gelombang P tidak mempunyai hubungan dengan kompleks QR
S  interval PR bervariasi.

Segmen PR
• Adalah jarak antara akhir gelombang P sampai permulaan
kompleks QRS.
• Dalam keadaan normal segmen PR berada dlm garis isoelektrik
atau sedikit epresi dengan panjang tidak lebih dari 0,8 mm.
• Segmen P-R ini menggambarkan delay of exitation pada nodus
AV (atau kelambatan transmisi impuls pada nodus AV).
Kompleks QRS
a. Durasi kompleks QRS:
• Menunjukkan waktu depolarisasi ventrikel (total ventricular depolarization
time), diukur dari permulaan gelombang Q (atau permulaan R bila Q tak
tampak), sampai akhir gelombang S.
• Nilai normal: 0,08-0,10 detik.
• V.A.T/ intrinsic deflection: waktu yang diperlukan bagi impuls melintasi
miokardium atau dari endokardium sampai epikardium, diukur dari awal
gelombang Q sampai puncak gelombang R.
• V.A.T tidak boleh lebih dari 0,03 detik pada V1dan V2, dan tidak boleh
lebih dari 0,05 pada V5 dan V6.
Gelombang Q patologis
• Gelombang Q patologis  tanda suatu infark miokard lama.
• Karakteristik gelombang Q patologis: lebarnya > 0,04 detik dan dalamnya
melebihi sepertiga dari tinggi gelombang R pd kompleks QRS yg sama.
• Mendiagnosis infark miokard lama harus melihat gelombang Q patologis
sekurang-kurangnya pada dua lead yang berhubungan.
• Contoh: diagnosis infark miokard lama inferior dapat ditegakkan apabila
ditemukan gelombang Q patologis pada lead II, III, dan aVF.
Infark miokard lama (Old Myocardial Infarction/ OMI) dg gambaran
gelombang Q patologis pada lead II, III, dan aVF.
Morfologi kompleks QRS
• Morfologi kompleks QRS menunjukkan gambaran yang berbeda
tergantung lead/ sadapan.
• Kelainan morfologi kompleks QRS yang paling sering  blok
berkas his.
• Jenis blok berkas his: right bundle brach block (RBBB) dan
left bundle brach block (LBBB).
• Pada RBBB ditemukan gambaran rSR di lead V1-V2.
• Pada LBBB ditemukan gambaran RSr di lead V5-V6.

Kelainan kompleks QRS berupa right bundle brach block (atas) dan left bundle
brach block (bawah)
Hipertrofi Ventrikel
1. Hipertrofi Ventrikel Kanan
• Deviasi aksis ke kanan
• Gelombang R lebih tinggi daripada
gelombang S di V1, sedangkan di
V6
• Gelombang S lebih dalam daripada
gelombang R.
2. Hipertrofi Ventrikel Kiri
Segmen S-T :
• Pengukuran waktu dari akhir kompleks QRS sampai awal gelombang T.
• Menunjukkan waktu dimana kedua ventrikel dalam keadaan aktif (excited
state) sebelum dimulai repolarisasi.
• Titik yang menunjukkan dimana kompleks QRS berakhir dan segmen S-T
dimulai  J point.
• Segmen S-T yang tidak isoelektrik (tidak sejajar dengan segmen P-R
atau garis dasar), naik atau turun sampai 2 mm pada lead prekordial 
tidak normal.
• Segmen ST naik  S-T elevasi.
• Segmen ST turun  S-T depresi.
• Keduanya merupakan tanda penyakit jantung koroner.
• Panjang segmen S-T normal : 0,05-0,15 detik (interval ST).
Segmen ST Isoelektrik
ST Elevasi

Cara menilai ST elevasi (kiri) dan tipe-tipe ST elevasi (kanan)


ST Depresi

Tipe-tipe ST depresi: downsloping (kiri), upsloping (tengah) dan horizontal (kanan)


Gelombang T
• Suatu defleksi yang dihasilkan oleh proses repolarisasi ventrikel
jantung.
• Panjang gelombang T: 0,10-0,25 detik.
• Pada EKG yang normal maka gelombang T adalah sbb :
• Positif (upward) di lead I dan II; dan mendatar, bifasik atau
negatif di lead III.
• Negatif (inversi) di aVR; dan positif, negatif atau bifasik pada
aVL atau aVF.
• Negatif (inversi) di V1;dan positif di V2 sampai V6.
Tipe-tipe gelombang T:
A. Normal
B. Peaked T Wave
C. inversi gelombang T karena iskemia transmural
D. Inversi simetris gelombang T, tetapi tidak sedalam gambaran iskemia transmural
E. Inversi dangkal gelombang T
F. gelombang T bifasik
G. gelombang T flat atau isoelektrik. Walaupun konfigurasi gelombang T pada gam ar B, C, dan D
merupakan kecurigaan iskemia, abnormalitas gelombang T mungkin disebabkan oleh penyebab lainnya.
Gelombang U :
• Gelombang U biasanya mengikuti gelombang T, mungkin dihasilk
an oleh proses repolarisasi lambat ventrikel.
• Gelombang U: defleksi yang positif dan kecil setelah gelombang
T sebelum gelombang P, juga dinamakan after potensial.
• Gelombang U yang negatif (inversi).
Interval Q-T
• Interval Q-T diukur mulai dari permulaan gelombang Q sampai
pada akhir gelombang T  lamanya proses listrik saat sistolik
ventrikel (duration of electrical systole) atau depolarisasi ventrikel
dan repolarisasinya.
• Interval Q-T berubah-ubah tergantung frekuensi jantung  harus
dikoreksi sesuai frekuensi jantungnya (Q-Tc).
• Koreksi menggunakan normogram yang memberikan Q-Tc untuk
frekuensi jantung 60x/ menit.
• Q-Tc normal pada laki-laki tidak boleh > 0,42 detik dan pd wanita
tidak boleh > 0,45 detik.
Contoh Hasil Pemeriksaan
Irama jantung Irama sinus ritmis
Frekuensi denyut jantung 69 x/mnt
Aksis jantung 60˚(aksis normal)
Transitional zone Lead V3 (normal)
Durasi gelombang P 0,04-0,06 detik
Amplitudo gelombang P 0,1-0,2 mV atau 1-2 mm
Interval P-R 0,14 detik
Durasi kompleks QRS 0,4 detik
Morfologi kompleks QRS Normal
Gelombang Q Tidak ada
Segmen ST Isoelektrik (normal)
Gelombang T Normal
Gelombang U Tidak ada
Interval QT 0,38 detik
Kesimpulan interpretasi Irama sinus ritmis normal
Contoh Hasil Pemeriksaan
Irama jantung Sinus aritmia
Frekuensi denyut jantung 48x/menit, bradikardi
Aksis jantung 60˚(aksis normal)
Transitional zone Lead V3
Amplitudo gelombang P 0,1 mV atau 1 mm
Durasi gelombang P 0,04-0,06 detik
Interval P-R 0,20 detik
Morfologi komplek QRS Normal
Durasi kompleks QRS 0,08 detik
Gelombang Q Tidak ada Q patologis
Segmen ST Isoelektrik (normal)
Gelombang T Upward (Normal)
Gelombang U Tidak ada
Interval QT 0,40 detik
Kesimpulan interpretasi Sinus Bradi Aritmia
Disritmia
Disritmia

• Disritmia jantung: perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan
oleh konduksi elektrikal abnormal atau otomatis.
• Disritmia adalah gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur jantung.
• Disritmia dapat diidentifikasi dengan menganalisa gelombang EKG.
Asal Disritmia

• Nodus sinus
• Atrial
• Nodus AV atau sambungan
• Ventrikel

Gangguan mekanisme hantaran, fibrilasi, denyut prematur, dan penyekat jantung.


Gangguan irama jantung secara elektrofisiologik disebabkan oleh:
• Gangguan pembentukan rangsangan
• Gangguan penghantaran (konduksi) rangsangan
• Gangguan pembentukan dan penghantaran rangsangan
Etiologi Disritmia

• Peradangan jantung
• Gangguan sirkulasi koroner
• Obat (intoksikasi )
• Gangguan keseimbangan elektrolit
• Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom
• Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat
• Gangguan metabolik
• Gangguan irama jantung akibat gagal jantung
• Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
Klasifikasi Disritmia
Sinus Bradikardia

Ciri:
• Irama teratur
• RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
• PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
• Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
• Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk sama dalam 1 lead
panjang
• Frekuensi (HR) dibawah 60x/menit
• Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
• Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead
Sinus Takikardia

Ciri-cirinya:
Sama dengan sinus bradikardia, perbedaan: frekuensi jantung (HR)
lebih dari 100x/menit
Sinus Aritmia

• Iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.


• Memenuhi kriteria irama sinus, tetapi sedikit ireguler.
• Merupakan gambaran fisiologis normal, yang sering didapatkan
pada individu sehat usia muda.
• Fenomena ini terjadi karena pengaruh respirasi.
Sinus Arrest

Ciri-cirinya:
• Gel P dan komplek QRS normal
• Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang
muncu  jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
Sinus Blok

Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya
gelombang yang muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari RR
interval.
PAC or AES

Ciri-cirinya:
• PAC (premature atrial contraction)or AES ( atrial ekstra sistole)
yaitu gel P yang muncul sebelum waktunya dan bentuk
gelombangpun beda dengan normal gel P yang berasal dari SA
node.
• Kalau anda temukan gel P yang berbeda dan muncul persis
sama dengan waktu yang seharusnya  Atrial escape beat.
Atrial Flutter

Ciri-cirinya :
• Irama teratur Ciri utama yaitu gelombang P yg mirip gigi gergaji
(saw tooth)
• Komplek QRS normal
• Interval RR normal
Multifocal Atrial Takikardia

Ciri-cirinya:
• Irama irreguler
• Kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada MAT gel P masih
terlihat dan tiap beat bentuk gelombang P nya berbeda (minimal 3
macam)
• Frekuensi > 100x/menit, PR intervalpun bervariasi, normal komplek
QRS.
Supra Ventrikuler Takikardia/SVT

Ciri-cirinya:
• Irama teratur
• Gelombang P tidak jelas terlihat (Gelombang P tertutup oleh
gelombang T )
• Takikardi reguler (frekuensi 140-280 kali per menit)
• Kompleks QRS sempit (durasi kompleks QRS <0,12 detik)
Paroksimal Supraventrikuler Takikardia/PSVT

Ciri-cirinya :
• Dari gambaran EKG normal tiba-tiba berubah menjadi gambaran
EKG SVT
• Frekuensinya lebih dari 150 x/menit
AV Blok first Degree

Ciri-cirinya:
• Irama teratur
• Gel P normal
• PP interval regular
• Komplek QRS normal
• RR interval regular
• PR interval > 0,20 detik atau > 5 kotak kecil
• Panjang PR interval harus sama di setiap beat, Misal panjang PR
intervalnya 0,24detik, maka di tiap beat PR intervalnya harus sama
yaitu 0,24detik.
AV Blok 2nd Degree Type I atau Wenckebach

Ciri-cirinya:
• Irama irregular Gel P normal
• PP interval regular
• Komplek QRS bisa normal juga bisa tidak normal, RR interval irregular PR
interval mengalami perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan
memajang pada beat berikutnya, sampai ada gel P yang tidak diikuti
komplek QRS, kemudian kembali lagi ke normal PR interval dst.
• Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik, kemudian memanjang dibeat
berikutnya 0,22 detik, terus memanjang lagi menjadi 0,28 detik, lalu ada
gel. P yang tidak diikuti oleh QRS, setelah itu kembali lagi ke normal PR
interval yaitu 0,16 detik, dan seterusnya
AV Blok Total/Komplit

Ciri-cirinya :
• Irama regular
• Tidak ada hubungan antara atrium dengan ventrikel  kadang
gelombang P muncul bareng dengan komplek QRS.
• Komplek QRS biasanya lebar dan bentuknya berbeda dengan
komplek QRS lainya karena gel P juga ikut tertanam di komplek
QRS, RR interval regular.
• Gel P normal, kdg bentuknya beda  tertanam di komplek QRS.
Atrial Fibrillation (AF)

• Ciri khas AF: tidak adanya gelombang P dan iramanya irregularly


irregular (betul-betul ireguler).
• Morfologi gelombang P berupa fibrilasi.
Ventrikel Takikardia/ VT

• Irama regular
• Frekuensi 100-250x/ menit
• Tidak ada gelombang P
• Terdapat > 3 irama ventrikuler dengan frekuensi 100-250 kali/ menit
(kebanyakan > 120 kali per menit)
• Kompleks QRS lebar (durasi QRS > 0,12 detik)
• Kadang gelombang P nampak (tanda panah), tetapi tidak ada asosiasi
dengan kompleks QRS
VT Polymorphic

Ciri-cirinya :
• Irama regular irregular
• Lainnya sama dengan VT
Ventrikel Fibrilasi/VF

• Gelombang nampak ireguler dengan berbagai morfologi dan


amplitudo.
• Gelombang P, kompleks QRS, atau gelombang T tidak terlihat.
Pengaruh Elektrolit terhadap Irama Jantung

Pada hiperkalemia akan terjadi perubahan dari gambaran EKG antara lain :
• T menjadi lebih tinggi dan lancip
• R menjadi lebih pendek
• QRS menjadi melebar
• QRS bersatu dengan T, sehingga segmen ST menghilang
• P mengecil dan akhirnya menghilang
Pada hipokalemia, akan tampak gambaran EKG antara lain:
• U menjadi prominen
• T semakin mendatar dan akhirnya terbalik
• Depresi ST
• Interval PR, QRS, QT memanjang
Pada hiperkalsemia, akan tampak gambaran EKG: interval QT
yang memendek.
Pada hipokalsemia: segmen ST yang memanjang sehingga interval
QT memanjang.
Hipomagnesium

• Gambar EKG: gambaran Tarsode de Pointes (TdP): suatu kondisi


yg disebabkan krn prolong/ keadaan abnormal dari repolarisasi.
• Tarsode de Pointes: suatu ventrikular takikardi yang polimorfik yg
merlukan tindakan segera.
• Bila kondisi klien stabil TdP bisa diobati dengan magnesium  T
sP dipicu oleh keadaan hipomagnesemia.
Prinsip Penanganan Disritmia

• Semua obat anti aritmia harus dianggap sebagai obat depresan jantung dan
beberapa diantaranya dapat menginduksi aritmia.
• Pengobatan elektrik (kardioversi untuk takikardia, pacu jantung) untuk bradikardia
harus lebih digunakan dari pada terapi obat bila terdapat gangguan hemodinamik
yg nyata.
• Nilai keadaan klien
Toleransi klien terhadap disritmia dan setiap gejala yang menyertainya akan
menentukan pengobatan yang tepat.
Penatalaksanaan Disritmia

• Obat-obatan anti disritmia


• Kardioversi
• Defibrilasi
• Pace Maker
DATA YANG HARUS DIPERHATIKAN KETIKA MELAKUKAN
INTERPRETASI EKG

a. Umur dan jenis kelamin klien: karena bentuk EKG normal pada bayi dan anak-anak
sangat berbeda dengan EKG normal orang dewasa.
b. Tinggi, berat dan bentuk badan: orang yang gemuk mempunyai dinding dada yang
tebal  amplitudo semua komplek EKG lebih kecil krn voltase berbanding berbalik
dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel otot jantung.
c. Tekanan darah dan keadaan umum klien: apakah peningkatan voltase pada
komplek ventrikel kiri ada hubungannya dengan kemungkinan hipertofi dan dilatasi
ventrikel kiri.
d. Penyakit paru pada klien: posisi jantung dan voltase dari
komplek-komplek EKG dapat dipengaruhi oleh adanya empisema
pulmonum yang berat, pleural effusion dan lain-lain.
e. Penggunaan obat digitalis dan derivatnya: akan sgt mempengaruhi
bentuk EKG. Jk diperlukan hasil EKG yg bebas dari efek, digitalis
dihentikan sekurang-kurangnya 3 minggu dari obat digitalis tsb.
f. Kalibrasi kertas EKG.
g. Deskripsikan morfologi gelombang EKG lalu disimpulkan.
Pacu Jantung (Pacemaker)

• adalah sebuah alat kecil bertenaga listrik yang digunakan untuk membantu
jantung berdetak lebih teratur, tidak terlalu lambat atau cepat, sehingga jantung
dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan optimal.
• Alat ini umumnya dipasang dengan cara diletakkan atau ditanamkan di balik kulit
di area dada, tepatnya di bawah tulang selangka.
Indikasi pemasangan alat pacu jantung berdasarkan pedoman yang
dibuat oleh HRS tahun 2008:
1. Bradikardia krn sinus node dysfunction/ disfungsi nodus sinus
(SND) dan atrioventricular node dysfunction/ disfungsi nodus
atrioventrikular (AND)
a. SND: sinus bradikardia simtomatik yang persisten dan
inkompetensi kronotropik tanpa sebab jelas
b. Blok AV didapat pada dewasa
c. Blok AV derajat 3 atau derajat 2 atas pada level anatomi manapun
yang terkait dengan:
• Bradikardia simtomatik/ aritmia ventricular dengan presumsi
disebabkan oleh blok AV.
• Kondisi medis lain yg memerlukan terapi berefek bradikardia
simptomatik.
• klien sinus ritme bebas gejala dengan periode asistol
terdokumentasi ≥3s, escape rate.
d. Blok AV derajat 2 yang terkait dg bradikardia simptomatik tanpa
memperdulikan lokasi blok.
e. Blok AV derajat 3 persisten pada level anatomi manapun dengan
kecepatan ventrikel ≥40 denyut per menit jk terdapat kardiomegali
atau disfungsi ventrikel kiri (LV), atau jika lokasi blok berada di
bawah nodus AV.
f. Blok AV derajat 2-3 saat latihan, tanpa iskemi miokard.
2. Blok bifasik kronis
3. Pacu jantung untuk blok AV yang terkait dengan infark miokard
4. Sindroma sinus karotis hipersensitif dan sinkop neurokardiogenik
5. Pascatransplantasi jantung
6. Pencegahan dan terminasi aritmia dengan pacu jantung
7. Kardiomiopati hipertrofi
8. Anak, remaja dan klien dengan penyakit jantung bawaan (PJB)
Komplikasi pace maker:
1. Infeksi pada lokasi pemasangan alat pacu jantung.
2. Reaksi alergi terhadap zat pewarna atau anestesi yg digunakan
selama prosedur.
3. Bengkak, memar, atau pendarahan pada lokasi pemasangan
pacemaker, terutama bila klien tengah mengonsumsi obat-
obatan pengencer darah.
4. Kerusakan pembuluh darah/ saraf di sekitar lokasi pacemaker.
5. Kolaps paru-paru.
Penatalaksanaan:
1. TTV
2. Jangan mandi (Guyur) sampai hari ke 3 setelah prosedur. Cuci
area sayatan dengan lembut, tetapi jangan mengoleskan losion
atau bedak di atasnya. Selama beberapa minggu pertama
memakai kemeja yang berkancing di bagian depan.
3. Jangan angkat lengan dan bahu pada lengan yang terpasang pa
cu jantung hingga 1 sampai 3 bulan pertama.
4. Tidak boleh melakukan pekerjaan mendorong, menarik, beban
berat/ mengangkat lengan diatas bahu termasuk menggendong.
5. Jangan menekan lokasi sayatan atau berpakaian ketat.
6. Jangan mengemudi sampai disarankan oleh dokter ahli jantung .
7. Dapat melakukan pekerjaan rumah tangga ringan.
8. Konsultasi sebelum melakukan kegiatan olahraga seperti golf,
memancing atau olahraga berat lainnya.
9. Hindari di dekat daerah dengan tegangan tinggi (kabel tegangan
tinggi, pembangkit listrik magnet industri besar dan mesin las).
10. Gejala kerusakan alat pacu jantung seperti pusing, ringan atau
perubahan irama jantung.
11. Bawa kartu alat pacu jantung karena alat pacu jantung
mengandung logam  mungkin memicu detektor logam.
12. Beberapa tindakan yang tidak boleh dilakukan pada orang yang
terpasang alat pacu jantung menetap diantaranya:
• Tes MRI (Magnetic Resonance Imaging)
• Tindakan metode menghilangkan nyeri: stimulator syaraf/ otot
listrik transcutan (TENS)
• Tindakan diathermy: memanaskan jaringan tubuh dg radiasi
elektromagnetik frekuensi tinggi atau gelombang mikro
• Tindakan lithotripsy gelombang kejut ekstrakorporeal dg
menggunakan gelombang suara untuk memecah batu
empedu dan batu ginjal
• Radiasi terapi untuk kanker atau tumor dapat menyebabkan
kerusakan alat pacu jantung permanen.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai