Anda di halaman 1dari 11

Anatomi dan Fisiologi Jantung

Gambar 1. Kenampakan anterior dari bagian frontal jantung

Memahami anatomi dan fisiologi jantung normal merupakan komponen


penting dalam melakukan ACLS. Jantung adalah otot berongga yang terdiri dari
empat ruang yang dikelilingi oleh dinding jaringan yang tebal. Atrium adalah dua
ruang atas dan ventrikel adalah dua ruang bawah. Bagian kiri dan kanan jantung
bekerja sama untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Darah terdeoksigenasi dari
vena cava superior dan inferior masuk ke atrium kanan (RA), kemudian ke
ventrikel kanan (RV) dan dipompa melalui arteri pulmonalis ke paru-paru di mana
ia menjadi teroksigenasi. Darah kaya oksigen ini kembali melalui vena pulmonalis
ke atrium kiri (LA) dan kemudian memasuki ventrikel kiri (LV). LV adalah
bagian yang terbesar dan berdinding paling tebal dari empat bilik, karena
bertanggung jawab untuk memompa darah yang baru teroksigenasi ke seluruh
tubuh. Darah meninggalkan jantung melalui pembuluh besar yang dikenal sebagai
aorta. Katup di antara setiap pasang ruang yang terhubung mencegah aliran balik
darah.

Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, seperti halnya ventrikel,


membuat kontraksi jantung bergerak dari atas ke bawah. Setiap denyut dimulai di
RA. Nodus sinoatrial (SA) di RA menciptakan aktivitas listrik yang bertindak
sebagai pacemaker alami jantung. Impuls listrik ini kemudian berjalan ke nodus
atrioventrikular (AV), yang terletak di antara atrium dan ventrikel (Gambar 1).
Setelah berhenti sebentar di sana, impuls listrik bergerak ke sistem His – Purkinje,
yang berfungsi seperti kabel untuk menghantarkan sinyal listrik ke LV dan RV.
Sinyal listrik ini menyebabkan otot jantung berkontraksi dan memompa darah.

Dengan memahami fungsi kelistrikan jantung yang normal, maka akan


mudah untuk memahami fungsi abnormalnya. Ketika darah memasuki atrium
jantung, impuls listrik yang dikirim keluar dari SA node melalui atrium
menghasilkan kontraksi atrium. Kontraksi atrium ini tercatat pada strip
elektrokardiogram (EKG) sebagai gelombang P. Impuls ini kemudian berjalan ke
nodus AV, yang pada gilirannya menghantarkan impuls listrik melalui Bundel
His, bundle branches, dan serat Purkinje ventrikel yang menyebabkan kontraksi
ventrikel. Waktu antara permulaan kontraksi atrium dan permulaan kontraksi
ventrikel dicatat pada strip EKG sebagai interval PR. Kontraksi ventrikel tercatat
pada strip EKG sebagai kompleks QRS. Mengikuti kontraksi ventrikel, ventrikel
beristirahat dan berepolarisasi, yang dicatat pada strip EKG sebagai gelombang T.
Atrium juga mengalami repolarisasi, tetapi hal ini bertepatan dengan kompleks
QRS, sehingga tidak dapat diamati pada strip EKG. Bersama gelombang P,
kompleks QRS, dan gelombang T pada interval yang tepat menunjukkan irama
sinus normal (NSR). Kelainan yang ada pada sistem konduksi dapat menyebabkan
keterlambatan transmisi impuls listrik dan terdeteksi pada EKG. Deviasi dari
konduksi normal ini dapat mengakibatkan disritmia seperti blok jantung, jeda,
takikardia dan bradikardia, blok, dan dropped beats.
ACLS : Irama dan Interpretasi EKG

Gambar 2. Irama sinus normal pada EKG

Gelombang P  Aktivitas listrik berjalan melalui atrium.


 Identik dengan depolarisasi atrium.
 Mencerminkan kontraksi atrium.
Kompleks QRS  Aktivitas listrik berjalan melalui ventrikel.
 Depolarisasi ventrikel kiri dan kanan.
 Mencerminkan kontraksi ventrikel.
Gelombang T  Identik dengan repolarisasi ventrikel.
 Mencerminkan dimulainya relaksasi ventrikel.
Interval PR  Onset gelombang P ke awal kompleks QRS.
 Mencerminkan konduksi melalui simpul
atrioventrikular (AV).
Segmen PR  Akhir gelombang P ke awal kompleks QRS.
 Mencerminkan penundaan waktu antara aktivasi
atrium dan ventrikel.
Interval ST  Awal gelombang S hingga awal gelombang T.
 Mencerminkan fase awal dan lambat dari repolarisasi
ventrikel.
Segmen ST  Akhir gelombang S (titik J) ke awal gelombang T.
 Mencerminkan repolarisasi ventrikel.
Interval QT  Onset kompleks QRS hingga akhir gelombang T.
 Mencerminkan periode antara depolarisasi ventrikel
dan repolarisasi ventrikel.
Interval TP  Awal gelombang T hingga akhir gelombang P.
 Mencerminkan periode ketidakaktifan listrik.
Interval RR  Mencerminkan waktu yang berlalu antara dua
gelombang R berturut-turut dari QRS.

Tabel 1. Dasar EKG

Kategori irama ACLS :

a. Irama sinus:

• Irama sinus normal (NSR)

• Sinus bradikardia

• Sinus takikardia

b. Bradiaritmia dan Blok Konduksi:

• Blok AV derajat 1 (pulseless VT)

• Blok AV derajat 2 Tipe I (Mobitz Tipe I, Wenckebach’s)

• Blok AV derajat 2 Tipe II (Mobitz Tipe II)

• Blok AV derajat 3 (blok jantung lengkap/ CHB)

c. Takiaritmia:

• Takikardia supraventrikular (SVT)

• Flutter atrium
• Fibrilasi atrium (aFib)

• Takikardia kompleks lebar

d. Irama tanpa denyut/ pulseless:

• Takikardia ventrikel (vTach)

• Fibrilasi ventrikel (vFib)

• Pulseless electrical activity (PEA)

• Asistol

Irama-irama ACLS yang umum ditemukan:

a. Irama Sinus Normal (NSR)

• Gelombang-P normal

• Kompleks QRS normal

• Gelombang T normal

• HR: 60-100 BPM (saat istirahat)

• Pengobatan: Tidak ada

b. Sinus Bradikardia

• Gelombang-P normal

• Kompleks QRS normal

• Gelombang T normal
• HR: <60 BPM (saat istirahat)

• Pengobatan: Atropin, Dopamin (infus), Epinefrin (infus)

c. Sinus Takikardia

• Gelombang-P normal

• Kompleks QRS normal

• Gelombang T normal

• HR: >100 BPM (saat istirahat)

• Pengobatan: Membalikkan kondisi yang mendasari (demam,


kecemasan, olahraga), b beta-blocker (metoprolol, sotalol)

d. Blok AV derajat 1

• Interval PR yang memanjang karena penundaan transmisi sinyal AV

• Gelombang-P mungkin tersembunyi dalam gelombang-T sebelumnya

• Pengobatan: Pacing transkutan (hanya diindikasikan jika interval PR


memanjang >400 ms)
e. AV block derajat 2 Tipe I (Mobitz Tipe I, Wenckebach’s)

• Pemanjangan interval PR secara progresif

• Progresi terjadi sampai kompleks QRS menghilang

• Pengobatan: Atropin, Dopamin, Pacing transkutan

f. AV block derajat 2 Tipe II (Mobitz Tipe II)

• Kompleks QRS intermiten yang tidak termasuk dalam pola blok AV


derajat 2 Tipe I

• Pengobatan: Tidak ada

g. Blok AV derajat 3 (blok jantung lengkap, CHB)

• Tidak ada hubungan yang dapat diidentifikasi antara gelombang P dan


gelombang QRS
• Interval P-P normal tetapi tidak berhubungan dengan kompleks QRS

• Pengobatan: Pacing transkutan

h. Takikardia Supraventrikular (SVT)

• Irama atrium yang sangat cepat dengan kompleks QRS yang sempit

• Terjadi ketika impuls sinyal berasal dari cabang berkas (bundle


branches)

• HR: 150-250 BPM

• Pengobatan: Manuver vagal, Adenosine, kardioversi tersinkronisasi

i. Fibrilasi Atrium (aFib)

• Ditandai dengan tidak adanya gelombang P sebelum kompleks QRS

• HR: Sangat tidak teratur dengan fluktuasi yang signifikan

• Pengobatan: beta-blocker (Metoprolol, Sotalol, dll.), Ca++ channel


blocker (Diltiazem, Verapamil, dll.), Digoksin, kardioversi
tersinkronisasi.
j. Flutter Atrium

• Dicirikan oleh gambaran “gigi gergaji”

• “Gigi gergaji” menggambarkan gelombang-P multipel untuk satu


kompleks QRS

• Pengobatan: kardioversi tersinkronisasi, beta-blocker (Metoprolol,


Sotalol, dll.), Ca++ channel blocker (Diltiazem, Verapamil, dll),
Digoxin.

k. Takikardia ventrikel (vTach)

• Kompleks QRS lebar berpola abnormal

• Tidak ada gelombang-P

• Kemungkinan besar perburukan cepat ke keadaan fibrilasi ventrikel

• HR: >100 BPM

• Pengobatan: Defibrilasi
l. Fibrilasi Ventrikel Tanpa Nadi (vFib)

• Ditandai dengan pola gelombang yang kacau dan tidak teratur

• Pasien tidak memiliki denyut nadi yang teraba

• Pengobatan: Defibrilasi, epinefrin, amiodaron, lidokain HCl

Irama shockable dan non shockable :

Irama shockable adalah irama jantung yang disebabkan oleh kelainan pada
sistem konduksi listrik jantung. Salah satu aspek penting dari ACLS (advanced
cardiac life support) adalah menentukan pengobatan atau terapi yang tepat untuk
digunakan pada waktu yang tepat dan ini termasuk memutuskan kapan melakukan
defibrilasi. Bersamaan dengan CPR berkualitas tinggi, obat-obatan ACLS dan
defibrilasi adalah dua intervensi perawatan kesehatan yang kemungkinan akan
memulai kembali jantung yang terhenti. Ada dua irama yang shockable dan dua
irama yang non shockable.

Dua irama yang shockable adalah :

 Fibrilasi Ventrikel
 Takikardia ventrikel tanpa nadi (pulseless)
Dua irama yang non shockable adalah:

 Asistol, terlihat sebagai garis datar pada monitor ECG


 Aktivitas listrik tanpa nadi, atau PEA

Anda mungkin juga menyukai