Anda di halaman 1dari 17

EKG NORMAL

Gelombang EKG

Sinyal EKG terdiri dari 4 jenis :

1. GELOMBANG P : Rekaman depolarisasi di miokardium ATRIUM sejak dari


awal sampai akhir. Oleh karena SA node terletak di atrium kanan, otomatis atrium
kanan lebih dulu terdepolarisasi daripada atrium kiri. Shg bagian gel.P pertama
menunjukkan depolarisasi atrium kanan, dan bagian yang kedua menunjukkan
depolarisasi atrium kiri.
2. KOMPLEKS QRS : merupakan rekaman depolarisasi di VENTRIKEL sejak dari
awal sampai akhir. Amplitudo kompleks QRS jauh lebih besar dari gelombang P,
sebab ventrikel jauh lebih besar daripada atrium.
Bagian-bagian kompleks QRS :

Penamaannya :

1. Kalau defleksi (letupan) pertama ke bawah, disebut gelombang Q


2. Kalau defleksi pertama ke atas, disebut gelombang R
3. Kalau ada defleksi ke atas kedua, disebut gelombang r (r
pelengkap)
4. Defleksi ke bawah pertama setelah defleksi ke atas, disebut
gelombang S

BERBAGAI BENTUK QRS

Arti penamaan

Kompleks QRS biasanya digambarkan dalam EKG sebanyak 3 defleksi, namun ada
juga yang 2 defleksi saja.

1. Defleksi pertama menggambarkan peristiwa depolarisasi septum


interventrikulare oleh fasikulus septal dari cabang kiri berkas.
2. Defleksi kedua dan ketiga menggambarkan depolarisasi ventrikel
kiri dan kanan.

3. GELOMBANG T : Rekaman REPOLARISASI VENTRIKEL dari awal sampai


akhir. Catt: sebenarnya juga ada glb.repolarisasi atrium, namun timbulnya bertepatan
dengan depolarisasi ventrikel dan tertutup oleh kompleks QRS yang lebih mencolok.
4. GELOMBANG U : Perpanjangan gelombang T yang menunjukkan repolarisasi
ventrikel dari awal sampai akhir. Gelombang ini kadang ada kadang tidak. Hanya
muncul sewaktu waktu dan tidak memberikan kelainan klinis, namun bisa terdapat
pada keadaan patologis.

Garis EKG :
Ada 2 jenis penamaan : interval dan segmen.

interval : paling sedikit mencakup satu gelombang ditambah garis lurus penghubungnya.
segmen : garis lurus yang menghubungkan 2 gelombang.
1. Interval PR/PQ = gelombang P + garis lurus yang
menghubungkannya dg kompleks QRS. Fungsi : mengukur waktu
dari permulaan depolarisasi atrium sampai pada mulainya
depolarisasi ventrikel.
2. Segmen PR/PQ = garis di antara gelombang P dengan kompleks
QRS, menunjukkan waktu akhir depolarisasi atrium sampai mulainya
depolarisasi ventrikel (ventrikel aktif).
3. Segmen ST = garis lurus dari akhir kompleks QRS dg bagian awal
glb.T. Fungsi : mengukur waktu antara akhir depolarisasi ventrikel
sampai pada mulainya repolarisasi ventrikel.
4. Garis Isoelektrik = garis lurus yang sejajar dengan segmen PQ
dengan segmen ST. Jika Segmen ST di atas garis isoelektrik disebut
ST elevasi, jika di bawah disebut ST depresi.
5. Interval QT = meliputi kompleks QRS, segmen ST dan gelombang
T. Fungsi : mengukur waktu dari permulaan depolarisasi ventrikel
sampai akhir repolarisasi ventrikel.
6. Interval QU = meliputi kompleks QRS, segmen ST, gelombang T
dan U. Fungsi : mengukur waktu dari permulaan depolarisasi
ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel (akhir gelombang U).

EKG PATOLOGIS

Penyakit Jantung Koroner


Terganggunya aliran koroner menyebabkan kerusakan miokard yang dapat dibagi menjadi 3 tingkat :
1) Iskemia, kelainan yang paling ringan dan masih reversible
2) Injuri, yaitu kelainan yang lebih berat, tetapi masih reversible
3) Nekrosis, yaitu kelainan yang sudah ireversibel, karena kerusakan sl-sel miokard
sudah permanent.
Pada umumnya iskemia dan injuri menunjukkan kelainan pada proses repolarisasi miokard, yaitu
segmen ST dan gelombang T.
Nekrosis miokard menyebabkan gangguan pada proses depolarisasi, yaitu gelombang QRS.

BERIKUT MERUPAKAN GAMBARAN EKG PATOLOGIS :


Iskemia
1) Depresi ST (dianggap bermakna bila lebih dari 1 mm, lebih dalam makin spesifik).
Ciri dasar iskemia miokard. Macam:
a. Horisontal (spesifik)
b. Landai ke bawah (spesifik)
c. Landai ke atas (non-spesifik)

Yang dianggap spesifik ialah a dan b. depresi ST dianggap bermakna bila lebih dari 1 mm,
makin dalam makin spesifik.
2) Inversi T
a. Inversi T pada umumnya kurang spesifik untuk iskemia
b. Inversi T yang berujung lancip dan simetri (seperti ujung anak panah), spesifik
untuk iskemia

3) Inversi U.
Gelombang U yang negatif (terhadap I) cukup spesifik untuk iskemia miokard.
Injuri/NEKROSIS
Ciri dasar injuri ialah elevasi ST dan yang paling khas ialah konveks ke atas.
Lebar > 0,04 detik dalam > 4 mm, atau > 25 % tinggi R
Bahwa elevasi ST menunjukkan injuri di daerah subepikardial,
Injuri di daerah subendokordial menunjukkan depresi ST yang dalam.
Gambar B tidak spesifik kareba elevasi titik J amat lazim pada individu yang muda dan sehat.
Lokalisasi Dinding Ventrikel pada EKG

Infark miokard akut


Umumnya pada infark miokard akut terdapat gambaran iskemia, injuri dan nekrosis yang timbul
menurut urutan tertentu sesuai pada perubahan-perubahan pada miokard yang disebut evolusi. EKG
Evolusi terdiri dari fase-fase sebagai berikut :

1) Fase Awal Atau Fase Hiperakut :


a. Elevasi ST yang nonspesifik
b. T yang tinggi dan melebar
2) Fase evolusi lengkap :
a. Elevasi ST yang sesifik, konveks ke atas
b. T yang negatif dan simetris
c. Q patologis
3) Fase infark lama :
a. Q patologi, bisa QS atau Qr.
b. ST yang kembali iso-elektrik,
c. T bisa normal atau negatif

Aritmia
Batasan : aritmia adalah gangguan pembentukan dan / atau penghantaran impuls
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar :
I. Gangguan pembentukan impuls
a. Gangguan pembentukan impuls di sinus
1. Takikardia sinus
Dasar diagnosis:
Irama sinus (vector P dari sinus)
Frekuensi lebih dari 100/ menit
Takikardia sinus meski disebut aritmia, merupakan respon normal terhadap
peningkatan kebutuhan jantung, misalnya latihan, emosi, dan sebagainya.

2. Bradikardia sinus
Dasar diagnosis:
Irama sinus (vector P dari sinus)
Frekuensi kurang dari 60/ menit
Bradikardia sinus bisa terdapat pada orang normal dalam keadaan tidur atau pada
olahragawan.

3. Aritmia sinus
Dasar diagnosis
Irama sinus (vector P dari sinus)
Interval PP bervariasi lebih dari 0,16 detik
Irama : Tidak teratur
Frekwensi : 60 - 100 x/ menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu diikuti
gelombang QRS
Interval PR : Normal
Gelombang QRS : Normal
Aritmia sinus dapat dibagi menjadi
Nonrespiratorik, yaitu tidak tergantung pada pernafasan
Respiratorik, yaitu tergantung pada pernafasan.
4. Henti sinus (SINUS ARREST)
Terdapat episode hilangnya satu atau lebih gelombang P, QRS dan T
Irama : Teratur, kecuali pada yang hilang
Frekwensi : < 60 x/ menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang
QRS
Interval PR : Normal
Gelombang QRS : Normal

b. Pembentukan impuls di atria ( aritmia atrial)


EKSTRASISTOLE
Disebut pula PREMATURE BEAT/ PREMATURE CONTRACTION
Ekstrasistole terjadi karena suatu fokus ektopik melepas impuls lebih cepat, wehingga
mengaktifkan miokard
Fokus ektopik tersbut bisa diatria, simpuls AV atau di ventrikel
Jadi tiap ektrasistole perlu didiagnosis banding antara :
a. Ekstrasistole atrial ( Atrial premature beat )
b. Ektsrasistole AV junction ( Junction premature beat )
c. Ekstrasistole ventrikel ( Ventriculer premature beat )

1. Ekstrasistol atrial
Dasar diagnosis :
Ada gelombang P premature yang berasal dari atrium
Biasanya pause kompensasi tidak lengkap
Interval rangkaian + interval pasca ekstrasistole kurang dari 2 x interval PP yang
normal yang disebut pause kompensasi tidak lengkap
Ekstrasistol selalu mengikuti irama dasar
Irama : Tidak teratur, karena ada gelombang yang timbul lebih
dini
Frekwensi : Tergantung irama dasar
Gelombang P : Bentuk berbeda dari gelombang P irama dasar
Interval PR : Normal, bisa juga memendek
Gelombang QRS : Normal

2. Takikardia atrial
Sering takikardi atrial timbul secara paroksismal, sehingga disebut takikardi atrial
paroksismal
Sebab : pelepasan impuls yang cepat oleh fokus ektopik di atria
Ciri- ciri EKG / dasar diagnosis :
a. Frekuensi biasanya 160 250 / menit
b. Kadang kadang frekuensinya bisa 140 / menit
c. Terdapat sederetan denyut atrial ( atrial beat ) yang timbul cepat , berturut
turut dan teratur
d. Gelombang P sering tidak terlihat karena tertumpuk pada T
e. Biasanay interval P P dan R R teratur .

3. (Atrial Flutter) /seperti gergaji


Adalah denyutan atria yang cepat dan teratur dengan frekuensi 250 350 / menit
Sebab : pelepasan impuls dari fokus ektopik di atria yang cepat dan teratur
Ciri ciri EKG :
a. Gelombang P yang teratur , frekuensinya 250 350 / mnt, berbentuk seperti
gergaji
b. Konduksi AV sering disertai Blok
c. Konduksi intraventrikuler : bisa normal / aberant, biasnya QRS sempit

4. Fibrilasi atrial (halus)


Adalah denyutan atria yang tidak teratur dan cepat, dengan frekuensi 350 600 / mnt
Ciri khas fibrilasi atrial :
Irama : Tidak teratur
Frekwensi : Bervariasi
Gelombang P : Tidak dapat Teratur dengan frekuensi 350 600 / mnt
Interval PR : Tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : Normal
5. Takikardi Supraventrikuler
Irama : Teratur
Frekwensi : > 150 250 x/ menit
Gelombang P : Tidak ada atau kecil karena sering bertumpuk dengan
T
Interval PR : Tidak dapat dihitung atau memendek
Gelombang QRS : Normal

c. Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung)


1. Ekstrasistol penghubung AV
2. Takikardia penghubung AV
3. Irama lolos penghubung AV
d. Pembentukan impuls di ventrikel (aritmia ventrikuler)
1. Ekstrasistol ventrikuler
Asal : Fokus ektopik di ventrikel. Karena otot ventrikel adalah konduktor yang kurang
efektif, maka impuls yang terjadi di ventrikel akan dihantarkan secara abnormal
Dasar diagnosis / Ciri ciri EKG :
QRS yang premature, melebar dan bizarre (bizarre = tak teratur dan
ganjil).
Tidak ada gelombang P di depan QRS yang abnormal
Perubahan pada segment ST dan gelombang T yaitu segmen ST tertekan
dan terbalik
Dengan demikian terdapat pause kompensasi lengkap, yaitu interval rangkaian +
interval pasca ekstrasistos = 2 x interval RR yang normal.
Seperti halnya pada gangguan konduksi intraventrikuler yang lain. Maka gelombang
T dari QRS ekstrasistol mengalami kelaianan sekunder, yaitu vector T berlainan arah
dengan vector QRS.
Gambar 12.24. Ekstrasistol ventrikuler
a. Interval R.R dari irama sinus
b. Interval rangkaiam
c. Pause kompensasi, lengkap b + c = 2a

Ada beberapa bentuk khusus ekstrasistol ventrikuler


Bigemini, trigemini, quadregemini ventrikuler.
Bentuk kuplet dari ekstrasistol ventrikuler yaitu 2 ekstrasistol ventrakuler yang
berturutan.
Ekstrasistol ventrikuler yang multifokal yaitu adanya 2 atau lebih fokus ektropik
di ventrikel. Pada EKG terlihat adanya QRS ekstrasistol dengan konfigurasi dan
interval rangkaian yang berbeda.
Ekstrasistol yang tersisisp. Disini QRS ekstrasistol tersisip antara 2 kompleks
sinus tanpa ada perubahan yang berarti dari interval RR, Jadi tidak ada pause
kompensasi. Sering terjadi pada irama sinus yang lambat. Biasanya QRS
ekstrasistol menyebabkan konduksi (lawan arus) tersembunyi pada simbul AV
sehingga impuls sinus yang berikutnya mengalami sedikit perlambatan. Ini
menyebabkan interval PR berikutnya memanjang dan berakibat interval PR
memanjang sedikit.
Ekstrasistol ventrikuler dengan konduksi lawan-arus. Kadang-kadang impuls
dari fokus ektopik di ventrikel itu dapat menembus simpul AV secara lawan arus
dan menyebabkan aktivasi atria. Pada EKG terlihat gelombang P lawan arus di
belakang QRS ekstrasistol. Karena aktivasi atria ini, gelombang P dari sinus tidak
dapat muncul, sehingga terdapat pause kompensasi yang tidak lengkap.

Gambar 12.25
A. Ekstrasistol ventrikuler, bentuk bigemini
B. Ekstrasistol ventrikuler, bentuk kuplet
Ekstrasistol ventrikuler dengan fenomena R diatas T yaitu QRS ekstrasistol
yang jatuh sekitar puncak gelombang T, karena interval rangkaian yang terlalu
pendek. Daerah sekitar puncak gelombang T disebut periode rawan karena bila
sebuah impuls jatuh pada periode ini akan terjadi fibrilasi ventrikuler atau
takikardia ventrikuler
Gambar 12.26. Ekstrasistol ventrikuler multifokal
Ekstrasistol ventrikuler kiri mempunyai konfigurasi menyerupai bentuk BCBKa
sedangkan ekstrasistol ventrikuler kanan mempunyai konfigurasi seperti BCBKi.

Gambar 12.27. Ekstrasistol ventrikuler tersisip. Konduksi tersembunyi pada simpul


AV menyebabkan perpanjangan interval PR

Gambar 12.28. Ektrasistol vbentrikuler dengan konduksi lawan arus. Terdapat


gelombang P lawan arus di belakang ekstrasistol ventrikuler (x) yang menyebabkan
hilangnya gelombang P dari sinus dan pause kompensasi tidak lengkap.

Gambar 12.29. Prematuritas suatu ekstrasistol ventrikuler.


a. Prematuritas sedang : P tenggelam dalam QRS
b. Pmaturitas lambat : P tepat di depan QRS
c. Prematuritas dini : R di atas T, P di belakang QRS

Gambar 12.30. Ekstrasistol kiri dan kanan


a. Ekstrasistol dari ventrikel kiri
b. Ekstrasistol dari ventrikel kanan

2. Takikardia ventrikuler
Sebab : pelepasan impuls yang cepat oleh fokus ektopik di ventrikel
Dasar diagnosis
3 atau lebih ekstrasistol ventrikuler yang berturutan
Bila takikardia ventrikuler timbul secara paroksismal, maka disebut takikardia
ventrikuler paroksismal
Gambaran EKG takikardia ventriuler menunjukkan
Frekuensi biasanya 160-200/ menit
Kadang-kadang frekuensi bisa lebih rendah, hingga sekitar 100/ menit
Bila P dapat dikenali, maka P dan QRS tidak berhubungan yaitu terdapat
disosiasi atrio-ventrikuler.
QRS melebar dan bizarre, bentuk dan irama sedikit tidak teratur. Sering
sukar dibedakan antara takikardia ventrikuler dengan takikadia
supraventrikuler dengan konduksi ventrikuler aberan.

Gambar 12.31. Takikardia ventrikuler : ekstrasistol ventrikuler yang berturutan

Beberapa bentuk takikardia ventrikuler


Takikardia ventrikuler dengan aktivasi atria lawan-arus
Takikardia ventrikuler multifokal, yaitu adanya 2 atau lebih bentuk QRS
yang berbeda
Takikardia ventrikuler torsade de pointes. Kata Peancis torsade de
pointes ialah bentuk QRS yang berubah secara bergelombang melalui
garis isoelektrik. Konfigurasi QRS berubah secara gradual, dan setelah
melalui satu titik pada garis isoelektrik, konfigurasi QRS berubah terbalik
kearah berlawanan. Pada waktu terjadi konversi ke irama sinus, terlihat
interval QT yang memanjang atau adanya suatu bradikardia.

Gambar 12.32. Takikardia ventrikuler torsade de p[ointes : menyusul fenomena R diatas T


karena interval QT yang memanjang

3. Gelepar ventrikuler (Flutter Ventrikuler)


Dasar diagnosis
Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi yang teratur. Frekuensi
Flutter ventrikuler adalah aritmia yang labil cepat berubah menjadi
takikardia ventrikuler atau fibrilasi ventrikuler.

Gambar 12.33. Gelepar ventrikuler : Undulasi-undulasi yang teratur dan cepat

4. Fibrilasi ventrikuler
Dasar diagnosis
Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi yang tidak teratur dan
cepat
Berdasarkan besarnya undulasi, maka dapat dibedakan fibrilasi ventrikuler kasar dan
fibrilasi ventrikuler halus
Secara klinis fibrilasi ventrikuler berarti henti jantung, karena ventrikel hanya
bergetar, tidak memompa darah keluar dari ventrikel.
Gambar 12.34. Fibrilasi ventrikuler. Undulasi-undulasi yang tidak teratur dan cepat,
diikuti oleh hentin ventrikuler atau asistol ventrikuler : tidak dapat kompleks QRS

5. Henti ventrikuler
6. Irama lolos ventrikuler
II. Gangguan penghantaran impuls
Suatu gangguan penghantaran impuls disebut blok. Yang terutama diperhatikan ialah blok
arah-arus, yaitu blok yang terjadi pada perjalanan impuls dari simpul sinus hingga serabut
Purkinje, yang sering menyebabkan masalah klinis ialah blok di daerah sino-atrial dan
terutama blok di daerah atrioventrikuler, sedangkan blok intraventrikuler tidak menyebabkan
gangguan irama jantung secara langsung.
Pada umumnya suatu blok mempunyai beberapa derajat
Blok derajat satu, yaitu impuls masih bisa diteruskan, tetapi dengan
lambat.
Blok derajat dua, yaitu sebagian impuls dapat diteruskan dan sebagian
lagi terhenti
Blok derajat tiga, yaitu impuls tak bisa lewat sama sekali. Juga disebut
blok total

BLOK SINO-ARTRIAL (SA)


Blok SA terjadi bila jaringan penghubung antara simpul sinus dan atrial gagal menghantakan
impuls dari simpul sinus ke atria.
o Blok SA derajat satu tidak dapat dilihat pada EKG karena sama dengan irama
sinus biasa.
o Blok SA derajat tiga pada EKG sama dengan henti sinus
Yang dapat dilihat pada EKG ialah blok SA derajat dua, yang dapat dibagi menjadi :
1. Blok SA tipe konstan
Dasar diagnosis :
Irama sinus yang teratur, suatu saat ada gelombang P yang hilang.
Interval PP yang kehilangan P = 2 x atau kelipatan dari interval PP yang normal
Sering interval RR yang panjang menyebabkan timbulnya kompleks atau irama lolos,
yang bisa dari penghubung AV atau dari ventrikel.

Gambar 12.35. Blok SA sederajat dua tipe konstan : Interval P-P yang tetap, disusul
satu gelombang P yang hilang.

2. Blok SA tipe Wenckebach


Disini waktu konduksi dari sinus ke artria makin memanjang dan kemudian suatu impuls
tak dapat diteruskan. Waktu konduksi sino-atrial makin memanjang tetapi pertambahan
panjang ini makin lama makin kecil, yang merupakan ciri khas dari fenomena
Wenckebach. Pertambahan panjang waktu konduksi yang makin mengecil ini
menyebabkan interval PP makin pendek.
Dasar diagnosanya :
Irama sinus dengan irama PP yang makin mengecil disusl gelombang P
yang hilang.

Gambar 12.36. Blok SA sederajat dua tipe Wenckebach. Interval P-P makin mengecil,
disusul satu gelombang P yang hilang (x). Jarak b < a, c = a + b

Blok Atrio-Ventrikuler (AV)


Blok AV adalah blok yang paling penting, karena menyebabkan gangguan pada koordinasi
antara atria dan ventrikel sehingga sangat mengganggu fungsi jantung. Blok AV ialah blok
yang paling penting sering terjadi
1. Blok AV derajat Satu
Dasar diagnosis :
Interval PR memanjang lebih dari 0,20 detik.
Sering interval PR sangat memanjang hingga gelombang P bertumpuk pada
gelombang T di depannya.

Gambar 12.37. Blok AV derajat satu : Interval P=R memanjang

2. Blok AV derajat dua


Blok AV derajat dua dapat dibagi menjadi :
a. Blok AV tipe Wenckebach
Dasar diagnosis :
Interval PR memanjang, suatu saat ada gelombang QRS yang hilang
Seperti pada fenomena Wenckebach pada umumnya, interval PR makin
memanjang, tetapi pertambahan panjang interval PR makin mengecil, sehingga
interval RR makin memendek, yang disusul dengan hilangnya QRS.
Yang dimaksud dengan rasio konduksi ialah :

Gambar 12.38. Blok AV derajat dua tipe Wenckebach Interval PR makin memanjang
( a<b<c) disusul satu gelombang QRS yang hilang (x). rasio konduksi 4:3

b. Blok AV tipe Mobitz II


Dasar diagnosis :
Interval PR tetap, suatu saat ada gelombang QRS yang hilang.
Gambar 12.39. Blok derajat dan tipe Mobitz II. Interval PR tetap, disusul satu
gelombang QRS yang hilang (x). rasio konduksi 3 : 2

c. Blok AV derajat tinggi


Dasar diagnosis :
Blok AV dengan rasio konduksi 2 : 1 atau lebih.
Misalnya blok AV 2 : 1, 3 : 1, 4 : 1, dsb

Gambar 12.40. Blok AV derajat tinggi, rasio konduksi 4 : 1

3. Blok AV total
Pada blok AV total, tidak ada gelombang P yang diteruskan, sehingga harus ada irama
lolos, supaya tidak terjadi henti ventrikuler.
Pada umumnya ada 2 macam irama lolos, yaitu
1. Irama lolos penghubung (kadang disebut irama idionodal)
2. Irama lolos ventrikuler (kadang disebut irama idioventrikuler)
Pada blok AV total, atria dan ventrikel berdenyut sendiri-sendiri, yang disebut
disosiasi AV komplit
Gambaran EKG secara khas menunjukkan letak gelombang-gelombang P yang tak
ada hubungannya dengan letak gelombang-gelombang QRS.

Gambaran 12.41. Blok AV total, dengan irama lolos penghubung.

Gambaran 12.42. Blok AV total, dengan irama lolos ventrikuler .

Selain dua golongan dasar aritmia ini, masih banyak jenis aritmia yangmerupakan campuran dari
kedua golongan aritmia diatas, juga aritmia-aritmia khusus : takikardia re-entri, parasistol, irama pacu
jantung dan sebagainya.
Aritmia atrial dan aritmia penghubung disebut juga aritmia supraventrikuler.
Untuk memudahkan penilaian klinis, aritmia dibagi menjadi
Taki- aritmia, yaitu aritmia dengan frekuensi ventrikel lebih dari 100/ menit
Bradi aritmia, yaitu aritmia dengan frekuemsi ventrikel kurang dari 60/ menit

Anda mungkin juga menyukai