MODUL 25
KEGAWATDARURATAN MEDIS
SKILL LAB :
EKG PATOLOGIS
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung
MODUL 25
KEGAWATDARURATAN MEDIS
EKG
PATOLOGIS
EKG PATOLOGIS
2
PANDUAN INSTRUKTUR :
Waktu praktikum 2 x 2 jam
1. Pada 1 jam pertama praktikum, mahasiswa di bimbing oleh instruktur, bagaimana
cara membaca EKG pada keadaan aritmia .
2. Pada jam ke 2 praktikum, mahasiswa berlatih membaca EKG pada keadaan
aritmia.
3. Pada 2 jam berikutnya instrukturmenilai kemampuan mahasiswa membaca EKG
TUGAS MAHASISWA
1. Pada 1 jam pertama, mahasiswa di bimbing oleh instruktur, bagaimana cara
membaca EKG aritmia
2. Pada jam ke 2 praktikum, mahasiswa berlatih membaca EKG aritmia
3. Pada 2 jam berikutnya, mahasiswa mendapat penilaian dari instruktur
Aritmia
Batasan : aritmia adalah gangguan pembentukan dan / atau penghantaran impuls
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar :
I. Gangguan pembentukan impuls
II. Gangguan penghantaran impuls
4
Bradikardia sinus
Dasar diagnosis
Irama sinus (vector P dari sinus)
Frekuensi kurang dari 60/ menit
Bradikardia sinus bisa terdapat pada orang normal dalam keadaan tidur atau pada
olahragawan.
Aritmia sinus
Dasar diagnosis
Irama sinus (vector P dari sinus)
Interval PP bervariasi lebih dari 0,16 detik
Irama : Tidak teratur
- Frekwensi : 60 - 100 x/ menit
- Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS
- Interval PR : Normal
- Gelombang QRS : Normal
Aritmia sinus dapat dibagi menjadi
Nonrespiratorik, yaitu tidak tergantung pada pernafasan
Respiratorik, yaitu tergantung pada pernafasan.
5
Gangguan pembentukan impuls di Atria
EKSTRASISTOLE
Disebut pula PREMATURE BEAT/ PREMATURE CONTRACTION
Ekstrasistole terjadi karena suatu fokus ektopik melepas impuls lebih cepat, wehingga
mengaktifkan miokard
Fokus ektopik tersbut bisa diatria, simpuls AV atau di ventrikel
Jadi tiap ektrasistole perlu didiagnosis banding antara :
a. Ekstrasistole atrial ( Atrial premature beat )
b. Ektsrasistole AV junction ( Junction premature beat )
c. Esktrasistole ventrikel ( Ventriculer premature beat )
Dasar diagnosis :
Ada gelombang P premature yang berasal dari atrium
Biasanya pause kompensasi tidak lengkap
Interval rangkaian + interval pasca ekstrasistole kurang dari 2 x interval PP yang
normal yang disebut pause kompensasi tidak lengkap
6
TAKIKARDI ATRIAL
Sering takikardi atrial timbul secara paroksismal, sehingga disebut takikardi atrial
paroksismal
Sebab : pelepasan impuls yang cepat oleh fokus ektopik di atria
Ciri- ciri EKG / dasar diagnosis :
a. Frekuensi biasanya 160 – 250 / menit
b. Kadang – kadang frekuensinya bisa 140 / menit
c. Terdapat sederetan denyut atrial ( atrial beat ) yang timbul cepat , berturut – turut dan
teratur
d. Gelombang P sering tidak terlihat karena tertumpuk pada T
e. Biasanay interval P – P dan R – R teratur .
FLUTTER ATRIAL
Adalah denyutan atria yang cepat dan teratur dengan frekuensi 250 – 350 / menit
Sebab : pelepasan impls dari fokus ektopik di atria yang cepat dan teratur
Ciri – ciri EKG :
a. Gelombang P yang teratur , frekuensinya 250 – 350 / mnt, berbentuk seperti gergaji
b. Konduksi AV sering disertai Blok
c. Konduksi intraventrikuler : bisa normal / aberant, biasnya QRS sempit
FIBRILASI ATRIAL ( AF )
Adalah denyutan atria yang tidak teratur dan cepat, dengan frekuensi 350 – 600 / mnt
7
- Gelombang QRS : Normal
EKSTRASISTOL VENTRIKULER
Asal : Fokus ektopik di ventrikel. Karena otot ventrikel adalah konduktor yang
kurang efektif, maka impuls yang terjadi di ventrikel akan dihantarkan
secara abnormal
Dasar diagnosis / Ciri – ciri EKG :
QRS yang premature, melebar dan bizarre (bizarre = tak teratur dan ganjil).
Tidak ada gelombang P di depan QRS yang abnormal
Perubahan pada segment ST dan gelombang T yaitu segmen ST tertekan dan terbalik
Dengan demikian terdapat pause kompensasi lengkap, yaitu interval rangkaian +
interval pasca ekstrasistos = 2 x interval RR yang normal.
Seperti halnya pada gangguan konduksi intraventrikuler yang lain. Maka gelombang T
dari QRS ekstrasistol mengalami kelaianan sekunder, yaitu vector T berlainan arah dengan
vector QRS.
8
9
Gambar 12.24. Ekstrasistol ventrikuler
a. Interval R.R dari irama sinus
b. Interval rangkaiam
c. Pause kompensasi, lengkap b + c = 2a
10
Gambar 12.25
A. Ekstrasistol ventrikuler, bentuk bigemini
B. Ekstrasistol ventrikuler, bentuk kuplet
Ekstrasistol ventrikuler dengan fenomena R diatas T yaitu QRS ekstrasistol yang jatuh
sekitar puncak gelombang T, karena interval rangkaian yang terlalu pendek. Daerah
sekitar puncak gelombang T disebut periode rawan karena bila sebuah impuls jatuh pada
periode ini akan terjadi fibrilasi ventrikuler atau takikardia ventrikuler
11
Gambar 12.28. Ektrasistol vbentrikuler dengan konduksi lawan arus. Terdapat gelombang P
lawan arus di belakang ekstrasistol ventrikuler (x) yang menyebabkan hilangnya gelombang
P dari sinus dan pause kompensasi tidak lengkap.
TAKIKARDIA VENTRIKULER
Sebab : pelepasan impuls yang cepat oleh fokus ektopik di ventrikel
Dasar diagnosis
3 atau lebih ekstrasistol ventrikuler yang berturutan
Bila takikardia ventrikuler timbul secara paroksismal, maka disebut takikardia
ventrikuler paroksismal
Gambaran EKG takikardia ventriuler menunjukkan
Fekuensi biasanya 160-200/ menit
12
Kadang-kadang frekuensi bisa lebih rendah, hingga sekitar 100/ menit
Bila P dapat dikenali, maka P dan QRS tidak berhubungan yaitu terdapat disosiasi atrio-
ventrikuler.
QRS melebar dan bizarre, bentuk dan irama sedikit tidak teratur. Sering sukar dibedakan
antara takikardia ventrikuler dengan takikadia supraventrikuler dengan konduksi
ventrikuler aberan.
13
GELEPAR VENTRIKULER ( FLUTTER VENTRIKULER )
Dasar diagnosis
Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi yang teratur. Frekuensi
Sering gelepar ventrikuler merupakan aritmia yang labil yang cepat berubah menjadi
takikardia ventrikuler atau fibrilasi ventrikuler.
FIBRILASI VENTRIKULER
Dasar diagnosis
Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi yang tidak teratur dan cepat
Berdasarkan besarnya undulasi, maka dapat dibedakan fibrilasi ventrikuler kasar dan
fibrilasi ventrikuler halus
Secara klinis fibrilasi ventrikuler berarti henti jantung, karena ventrikel hanya
bergetar, tidak memompa darah keluar dari ventrikel.
Gambar 12.34. Fibrilasi ventrikuler. Undulasi-undulasi yang tidak teratur dan cepat, diikuti
oleh hentin ventrikuler atau asistol ventrikuler : tidak dapat kompleks QRS
14
Pada umumnya suatu blok mempunyai beberapa derajat
Blok derajat satu, yaitu impuls masih bisa diteruskan, tetapi dengan lambat.
Blok derajat dua, yaitu sebagian impuls dapat diteruskan dan sebagian lagi terhenti
Blok derajat tiga, yaitu impuls tak bisa lewat sama sekali. Juga disebut blok total
Gambar 12.35. Blok SA sederajat dua tipe konstan : Interval P-P yang tetap, disusul
satu gelombang P yang hilang.
15
Jadi untuk blok SA tipe Wenckebach ; dasar diagnosanya :
Irama sinus dengan irama PP yang makin mengecil disusl gelombang P yang hilang.
Gambar 12.36. Blok SA sederajat dua tipe Wenckebach. Interval P-P makin mengecil,
disusul satu gelombang P yang hilang (x). Jarak b < a, c = a + b
16
Seperti pada fenomena Wenckebach pada umumnya, interval PR makin memanjang,
tetapi pertambahan panjang interval PR makin mengecil, sehingga interval RR makin
memendek, yang disusul dengan hilangnya QRS.
Yang dimaksud dengan rasio konduksi ialah :
Gambar 12.38. Blok AV derajat dua tipe Wenckebach Interval PR makin memanjang
( a<b<c) disusul satu gelombang QRS yang hilang (x). rasio konduksi 4:3
Gambar 12.39. Blok derajat dan tipe Mobitz II. Interval PR tetap, disusul satu
gelombang QRS yang hilang (x). rasio konduksi 3 : 2
17
Gambar 12.40. Blok AV derajat tinggi, rasio konduksi 4 : 1
Blok AV total
Pada blok AV total, tidak ada gelombang P yang diteruskan, sehingga harus ada irama
lolos, supaya tidak terjadi henti ventrikuler.
Pada umumnya ada 2 macam irama lolos, yaitu
1. Irama lolos penghubung (kadang disebut irama idionodal)
2. Irama lolos ventrikuler (kadang disebut irama idioventrikuler)
Pada blok AV total, atria dan ventrikel berdenyut sendiri-sendiri, yang disebut disosiasi
AV komplit
Gambaran EKG secara khas menunjukkan letak gelombang-gelombang P yang tak ada
hubungannya dengan letak gelombang-gelombang QRS.
18
20
21
22
23
Template : EKG patologis MODUL KGD 2018
Nilai
No Aspek ketrampilan dan medis yang dilakukan
0 1 2 3
1 Irama (sinus, atrial, junctional atau ventrikular)
2 Regularitas (regular, irregular-regular atau irregular-
irregular)
3 Heart rate
Atrial rate
Ventrikular rate
4 Gel P (lihat di Lead II dan V1)
Tentukan tinggi dan lebarnya
Tentukan apakah normal/P pulmonal/P mitral
5 PR interval
Hitung intervalnya
Apakah normal/memanjang
6 Gel QRS kompleks
Interval (hitung durasi gel QRS kompleks, apakah
normal/memanjang)
Axis (lihat defleksi gel QRS kompleks di lead I dan
aVF), tentukan apakah:
o NAD
o LAD
o RAD
Zona transisi (lihat defleksi positif yang sama dengan
defleksi negatif di sadapan prekordial V1 s.d V6),
tentukan apakah:
o Normal
o Clockwise
o Counter clockwise
Q patologis (defleksi negatif pertama gel QRS
komplek yang dalam dan lebarnya lebih dari 1 kotak
kecil)
o Tentukan ada atau tidak
o Jika ada sebutkan lokasi sesuai area
RVH (nilai apakah sesuai kriteria RVH)
LVH (nilai apakah skornya memenuhi kriteria LVH)
7 Segmen ST, tentukan apakah:
Normal
ST depresi
ST elevasi
Jika ditemukan ST depresi/elevasi, sebutkan lokasi sesuai
area.
24
8 Gel T, tentukan apakah:
Normal
T flat
T inversi
Jika ada T flat/inversi, sebutkan lokasi sesuai area
9 Kesan/kesimpulan (sebutkan beberapa kesimpulan dari
pembacaan di atas)
25