BLIGHTED OVUM
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr.Yulice Soraya, Sp.OG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
• Nama : Mrs.X
• Umur : 21 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
II. Anamnesis
Keluhan Utama : Spotting
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat sosial
- Bukan pernikahan dengan kerabat dekat
- Tidak sedang dalam pemeriksaan genetic maupun konseling.
Riwayat Obstetrik
- Anak I : Hamil ini.
Management /Treatment
Pengulangan tes kehamilan: teteskan 2 tetes urin pada pregnancy kit
indicator. Tunggu sampai terlihat garis merah muncul pada sisi kontrol
dan kemudian tunggu selama 5 menit sampai garis sisi tes muncul. Garis
pada sisi tes lebih merah dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya
namun tidak semerah garis pada sisi kontrol.
Pengulangan tes urin rutin, yang hasilnya tidak ada sel darah merah, 4-6
pus cells (pada saat pasien menderita urinary infection terdapat 18-20
pus cells)
Laporan hasil Urin: volume-10 ml, Ph-asam, albumin-nil, sugar-nil,
color-kuning pucat dan jernih, sel epitel – (++), RBC-nil, crystal- 1
kalsium oksalat.
Advis untuk mekakukan pengulangan USG pada 14 November 2016
untuk memastikan denyut jantung bayi. (8 minggu)
Advis dan megedukasi pasien untuk melakukan massaging pada
payudara supaya tidak terjadi retraksi puting dan menyarankan untuk
melakukan bed rest.
Serta melakukan konsultasi dengan dr Saroj Menon (Ob & Gyn) pada
tanggal 15 november 2016. Jika USG pada tanggal 14 November
mengkonfirmasi adanya fetus, makan akan dilakukan test lainnya (HIV,
HsAg). Bila tidak maka akan diedukasi untuk dilakukan D/C (dilatation/
curettage)
Melanjutkan mengkonsumsi asam folat 5 mg, 1 tab.
Tunggu 1-3 kali siklus mentruasi reguler sebelum mencoba hamil lagi.
Evaluasi
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala, tes kehamilan dan dikonfirmasi
oleh pemeriksaan USG.
- Tanda dan gejala klinis: Keram perut, spotting maupun perdarahan dai vagina dan
periode menstruasi yang lebih berat dari biasanya.
- Tes kehamilan dapat dilakukan dengan urin maupun serum. Terdapat peningkatan
hCGpada serum dan urin. Biasanya indikator kehamilan menunjukkan positif yang
lemah, (warna yang timbul pada alat tes kehamilan biasanya pink, tidak merah)
- Pemeriksaan USG secara transabdominal maupun transvaginal yang menunjukkan
kantung gestasional tanpa embrio mengkonfirmasi diagnosa Blighted ovum.
Kriteria dari USG untuk diagnosanya adalah:
• Sebuah kehamilan dinilah anembrionik apabila pada USG transvaginal
tampak kantung dengan mean gestasional sac diameter (MGD) lebih
dari 25 mm dan tidak ada yolk sac, atau MGD lebih dari 25 mm
dengan tidak adanya embrio.
- USG transabdominal tanpa pemeriksaan transvaginal mungkin cukup untuk
mendiagnosa kegagalan pada awal kehamilan ketika embrio memiliki crown-rump
length 15 mm atau lebih, dan tidak terlihat aktivitas jantungnya.
Ada juga kriteria diagnosa lain untuk mengkonfirmasi USG. Menurut dari
Encyclopedia of Medical Imaging, kriteria untuk mendiagnoda Blighted ovum
adalah:
- Gagal untuk mengidentifikasi embrio di kantung kehamilan yang berukuran 20
mm dengan USG transabdominal.
- Gagal untuk menidentifikasi embrio di kantung kehamilan yang berukuran 18 mm
atau lebih dengan USG transvaginal
- Gagal untuk mengidentifikasi yolk sac di kantung kehamilan yang berukuran 13
mm atau lebih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Blighted Ovum
Blighted ovum (kehamilan anembryonic) yang terjadi ketika ovum
yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus, tetapi embrio tidak
berkembang. Sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak
membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi dalam
trimester pertama sebelum seorang wanita tahu tentang kehamilannya.6
2.2.1 Etiologi
2.2.2 Patofisiologi
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma.
Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma
tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang
berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam
rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic
gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung
telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat
hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan
munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan
menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik
test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon
HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai
hormon kehamilan.
2.2.4 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang (USG) diagnosis pasti, bisa dilakukan saat
kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter
kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga
bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya
kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.
Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada
kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak
dijumpai adanya struktur mudigah dan kantong kuning telur.
Gambar : Blighted Ovum
2.2.5 Pencegahan
Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa
pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika
terjadi keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering
merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali
pada wanita.6,8
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan
beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH,
imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita
penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan
pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun,
menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik,
memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup
sehat.
2.2.6 Penatalaksanaan
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya
adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil
kuretase akan dianalis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum
lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat
diobati agar tidak terjadi kejadian berulang. Jika penyebabnya
antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak
dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati
jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika kemungkinan
penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang rendah
mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus ini,
pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping
dari pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati,
dan lain-lain. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara
berulang, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam
memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum
untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal dan
tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih
tinggi. Jika belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi
banyak pasangan.
Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol,
setelah terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.
DAFTAR PUSTAKA