Anda di halaman 1dari 82

Penyakit tidak menular, aspek Kesehatan

masyarakat, contoh kasus neoplasma

Dr. dr. Titiek Hidayati M. Kes.


Dept. Epidemiologi, Kesehatan
masyarakat dan kedokteran keluarga
FAKTOR-FAKTOR RISIKO
• FAKTOR-FAKTOR RISIKO
1.  Faktor risiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang
bersifat kronis belum ditemukan secara keseluruhan,
• Untuk setiap penyakit, faktor risiko dapat berbeda-beda
(merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia)
• Satu faktor risiko dapat menyebabkan penyakit yang
berbeda-beda, misalnya merokok, dapat menimbulkan
kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker larynx.
• Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor risiko yang telah
diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian
penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui
FAKTOR-FAKTOR RISIKO
• 2.  Faktor-faktor risiko yang telah diketahui ada
kaitannya dengan penyakit tidak menular yang
bersifat kronis antara lain :
• Tembakau, alcohol, kolesterol, hipertensi, diet,
obesitas, aktivitas, stress, pekerjaan, lingkungan
masyarakat sekitar, life style
• Faktor risiko ialah karakteristik, tanda maupun
gejala yang secara statistic berhubungan
dengan peningkatan insidensi suatu penyakit
JENIS FAKTOR RISIKO
a. Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah
 Faktor risiko tidak dapat diubah: factor umur, genetic
 Faktor risiko dapat diubah: kebiasaan merokok, latihan olah raga

b. Menurut kestabilan, faktor risiko dibagi menjadi:


1) Faktor risiko yang dicurigai(suspected risk factor) : faktor risiko yang
belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian
sebagai faktor risiko, misal: rokok sebagai penyebab kanker leher
rahim
2) Faktor risiko yang telah ditegakkan(established risk faktor): faktor
risiko yang telah mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian
sebagai faktor yang berperanan dalam kejadian penyakit, misal: rokok
sebagai faktor risiko terjadinya penyakit paru
Identifikasi faktor risiko
• Apa kegunaan identifikasi faktor risiko?
– Prediksi: meramalkan kejadian penyakit, misl: perokok berat punya
kemungkinan 10 kali terkena kanker paru dibandingkan bukan perokok
– Penyebab: kejelasan/beratnya faktor risiko dapat mengangkatnya
sebagai faktor penyebab, setelah menghapuskan pengaruh dan faktor
pengganggu
– Diagnosis: membantu proses diagnosis
– Prevensi: jika satu faktor risiko juga sebagai penyebab, pengulangan
dapat digunakan untuk mencegah penyakit, meskipun mekanisme
penyakit sudah diketahui atau belum
• Besarnya peranan faktor risiko dapat ditentukan dengan
menghitung besarnya resiko relative atau Odds ratio
Skrining pada penyakit non communicable

• Skrining pada penyakit non communicable


• More conditions for which screening is
recommended
Health outcome Test Populations Age group (years)

Obesity Height/weight general All

CVD/HBP Blood pressure general All

Injury/ Liver disease Alcohol overuse general 25-64/65+

Colorectal cancer Fecal occult blood test, general 11+


sigmoidoscopy

Breast cancer Mammography/ Clinical general 11-24/11-64

Cervical cancer Pap smear general 11+/ female


• Sumber : U.S.preventive Service task Force
• Sumber lain juga ada di :
• http://www.who.int/chp/
chronic_disease_report/contents/en/
index.htm
• http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?ri
d=hstat3.section.10931
Surveilans penyakit tidak menular
Surveilans penyakit tidak menular
Pengertian.
Surveilans adalah suatu kegiatan pengumpulan data/ kajian
data/ analisis data yang dilakukan secara terus menerus dan
sistematis sebagai bahan manajemen (POACE).
Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit yang diderita
oleh seseorang bukan disebabkan infeksi microorganism tetapi
juga bisa terjadi karena proses degenaratif.
Tujuan surveilans PTM adalah memberikan informasi tentang
kondisi penyakit tidak menular pada para pengambil
keputusan dalam perencanaan/ pertimbangan.
Surveilans
• SURVEILANS PENYAKIT TIDAK MENULAR
(PTM)
• Sistem surveilans (penyakit tidak
menular/PTM) terdiri dari jaringan kerja sama
dengan lembaga penelitian, lembaga
pendidikan, lembaga sosial masyarakat, serta
organisasi profesi yang bergerak di bidang
PTM.
Tujuan sistem surveilans penyakit tidak menular

Umum:
Mendapatkan informasi epidemiologi yang dapat
dimanfaatkan sebagai alat manajemen pengendalian
penyakit tidak menular.
Khusus :
• Mencari model menurunkan risiko PTM
• Menurunkan angka PTM
• Mendapatkan data dasar PTM
• Mengidentifikasi faktor risiko PTM
• Mengevaluasi system pengendalian PTM
surveilans
• Metode surveilans PTM
a. Surveilans komprehensif
b. Surveilans selektif
c. Surveilans PTM dengan sasaran khusus
d. Surveilans PTM terbatas dan periodik
surveilans
• Penerapan surveilans PTM (dilakukan secara
berurutan)
a. Identifikasi PTM
b. Perencanaan pengumpulan data
c. Pengumpulan data
d. Pengolahan dan penyajian data
e. Analisis dan interpretasi data
f. Pembuatan laporan dan rekomendasi
SISTEM SURVEILANS PTM
STRATEGI PELAKSANAAN SISTEM SURVEILANS PTM
Sistem surveilans berorientasi pada upaya penanggulangan, namun mengingat sistem ini baru dibangun
maka sistem surveilans dan upaya penanggulangan dilakukan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan surveilans dilakukan secara bertahap sbb:
Tahap I : Surveilans PTM dilaksanakan diseluruh rumah sakit termasuk rumah sakit pendidikan
pemerintah maupun swasta.
Tahap II melalui Sentinel Puskesmas
Tahap III proyek-proyek Khusus penanggulangan PTM terpadu di masyarakat melalui Puskesmas.
Tahap IV dan selanjutnya dikembangkan di Puskesmas.
2. Variabel yang dicatat.
a. Rumah sakit mengikuti sistem pencatatan dan pelaporan rumah sakit (SPPRS)
b. Puskesmas:
. Hipertensi
. Diabetes
c. Puskesmas Sentinel meliputi penyakit dan faktor risiko
. Hipertensi
. Diabetes
. Obesitas
. Makanan
. Minuman
surveilans
3. Sumber data lain
Untuk melengkapi gambaran PTM dan upaya penanggulangan data dikumpulkan melalui
jaringan informasi dengan melibatkan lembaga penelitian.
4. Kelompok Kerja penyakit Tidak menular (Pokja PTM) untuk memberi telaah yang
berkaitan dengan informasi dan pencegahan PTM dibentuk Pokja dengan anggota antara
lain:
a. Ahli epidemiologi
b. Subdit surveilans
c. Bagian Informasi Ditjen Yanmed
d. Bagian lnformasi Ditjen Binkesmas Bagian lnformasi Ditjen P2M - PLP Puslit PTM
e. Organisasi profesi terkait
f. Rekam Medik di rumah sakit
g. Yayasan yang bergerak di bidang PTM
h. LSM peduli PTM.
surveilans
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pada pelaksanaan pencatatan dan pelaporan penyakit tidak
menular tidak merubah sistem yang ada yaitu terintergrasi dengan
pelaporan rumah sakit (SPRS).
a. Sumber pelaporan
b. Variabel yang dikumpulkan
c. Formulir pelaporan
d. Alur pelporan dan umpan balik
e. Frekuensi pelaporan
f. Umpan balik penyebarluasan informasi
g. Pengolahan dan analisis data
Standar surveilans PTM : adalah aturan atau ukuran yang harus dipenuhi agar tujuan dapat tercapai
Tujuan standar surveilans PTM
Menambah pengetahuan para petugas tentang pencegahan PTM
Menurunkan kasus PTM
Mengendalikan kasus PTM
Terjadinya kajian PTM
Adanya unsur penunjang untuk surveilans PTM
Cakupan standar:
A. sarana dan prasarana : Struktur :
• -Sumber daya tenaga (kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan)
• -Sumber daya biaya (pembiayaan kesehatan baik oleh pemerintah maupun swasta mendorong
kemandirian dalam pembiayaan)
• - Sumber daya teknologi dan sarana kesehatan (inovasi dan penapisan teknologi tepat guna, sistem
rujukan)
B. Proses.
• - Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data dari status pasien rawat jalan dan inap
• - Dilakukan analisis
• - Di informasikan pada pimpinan sebagai dasar untuk mengambil tindakan (perencanaan, advokasi dll)
• - Melakukan monitor dan evaluasi dalam penyelenggaraan surveilans PTM
C. Hasil
- Hasil kajian data surveilans PTM ini berdasarkan standar dibuat dalam tampilan data dalam bentuk grafik,
tabel, grafik yang diharapkan dapat memudahkan dalam menginterpretasikan
- Hasil cakupan standar ini dimanfaatkan untuk mengevaluasi perkembangan program.
surveilans
• Manajemen Surveilans PTM
• Pengertian
• Manajemen adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan program atau organisasi dengan
mengerahkan segala sumber daya yang ada agar efektif dan efisien.
•  
• Tujuan manajemen surveilans PTM
• Agar penanganan surveilans PTM berjalan efisien dan efektif, dalam rangka penentuan kasus
dan faktor risiko, terhadap penduduk risiko rentan dan tindakan yang akan segera diambil.
• Dapat memperkuat adanya surveilans factor risiko dengan melakukan kajian data bulanan
•  
• Standar manajemen surveilans PTM
• Adanya petugas yang terlatih surveilans epidemiologi ditiap tingkat/ program
• Biaya operasional yang ketat/ tersedia/ dianggarkan
• Bahan yang dipergunakan dalam surveilans PTM
• Metode penemuan faktor risiko atau kelompok yang mempunyai risiko
• Jenis penyakit PTM yang dilakukan surveilans di Indonesia
a. Jantung koroner, termasuk :
-Angina pectoris adalah penyakit jantung iskemik lainnya (I.20)
-Infark miokard akut:
-Hipertensi adalah
. Hipertensi esensial (primer) terdiri dari :
-Penyakit jantung hipertensi
-Penyakit ginjal hipertensi
-Penyakit jantung dan ginjal hipertensi
b. Hipertensi sekunder terdiri dari stroke
b.. Diabetes mellitus (DM), termasuk :
- DM bergantung insulin
- DM tidak bergantung insulin
- DM berhubungan dengan malnutrisi
- DM YTD lainnya
- DM YTT
c. Neoplasma, pertumbuhan jaringan secara tidak normal, dapat bersifat jinak maupun ganas,
Termasuk :
-Neoplasma ganas servik uterus
-Neoplasma ganas payudara
-Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik
-Neoplasma ganas bronchus dan paru
surveilans
• Surveilans PTM
• Sistem pelaporan surveilans PTM diintegrasikan dalam system pelaporan rumah sakit dan puskesmas
•  
• Tenaga. Tenaga yang melakukan surveilans PTM paling tidak mengetahui surveilans secara umum dan surveilans
PTM, mulai dari: Jenis penyakit, pengumpulan data, pengolahan, analisis dan diseminasi informasi serta
perkembangan penyakit tidak menular.
• Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan surveilans PTM ini sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan surveilans penyakit menular yang diamati di rumah sakit maupun di puskesmas.
•  
• Sumber laporan.
• Di rumah sakit dan puskesmas, sumber dapat diambil dari status pasien
•  
• Pengolahan dan analisis data
• Pengolahan dan analisis data dilalaksanakan :
• Di Puskesmas oleh kepala puskesmas dan petugas surveilans
• Di rumah sakit oleh rekam medic
• Di Dati II oleh Subsie surveilans
• Di Dati I oleh Sie Surveilans
• Di Pusat oleh Subdit Surveilans
chronic disease
• Beban penyakit kronis dan bukti perlunya
intervensi (who, where, when, why)
• Transisi epidemiologi dan penyakit kronis
• Kaitan globalisasi dan penyakit kronis
• Transisi pola dan perilaku hidup
• 80% kematian penyakit kronis terjadi di negara
berkembang dng pendapatan rendah dan
menengah, termasuk Indonesia
• “Knowing is not enough; we must apply. Willing is
not enough; we must do.”
• —Goethe
Transisi pola dan perilaku hidup
• Epidemik penyakit kronis terutama
disebabkan karena perubahan yang sangat
cepat dalam pola diet, menurunnya aktifitas
fisik, dan semakin meningkatnya konsumsi
tembakau dan rokok
• Penyebab perubahan ini adalah urbanisasi,
perubahan pola kerja dan banyak pengaruh
global lainnya
Seberapa banyak beban penyakit kronis di
dunia?
• Perubahan ini tidak hanya mengenai orang tua saja
tapi juga anak-anak
• Risiko ini semakin berakumulasi pada kelompok
dengan sosial ekonomi rendah
• Sebanyak 35 juta orang meninggal karena penyakit
kronis (60% dari seluruh beban kematian) pada tahun
2005
• Kematian karena peny. kronis sebesar 2 kali lipat total
kematian karena semua penyakit infeksi, kematian
maternal dan perinatal, serta defisiensi nutrisi
Dampak penyakit kronis
• Dampak buruk pada kualitas hidup pada
individu yang menderita penyakit kronis
• Menyebabkan kematian prematur
• Menyebabkan dampak ekonomi yang sangat
besar dan tidak diperkirakan bagi keluarga,
masyarakat dan negara pada umumnya
Tantangan penting dalam pengendalian
penyakit kronis
• 1. Beban penyakit kronis semakin meningkat
• 2. Faktor risiko penyakit kronis semakin
banyak dijumpai
• 3. Respon global terhadap beban penyakit
kronis tidak adekuat
Beban penyakit kronis semakin besar

• Dalam 10 tahun ke depan,


• - Kematian karena penyakit infeksi, penyebab
maternal dan perinatal, serta defisiensi nutrisi
diperkirakan akan menurun sebanyak 3 %
• - Kematian karena penyakit kronis
diperkirakan akan meningkat sebanyak 17%
• - Diperkirakan 388 juta orang akan meninggal
karena penyakit kronis pada tahun 2015
Faktor risiko penyakit kronis semakin banyak
dijumpai
• Modernisasi
• Industrilisasi
• globalisasi
Faktor risiko penyakit kronis semakin banyak
dijumpai
• Setiap tahun, sedikitnya :
• - 2,6 jt orang meninggal karena
obesitas
• - 4,4 jt orang meninggal karena
peningkatan kadar kolesterol
• - 4,9 jt orang meninggal karena
rokok
• - 7,1 jt orang meninggal karena
hipertensi
Respon global terhadap beban penyakit
kronis tidak adekuat
• WHO framework convention on tobacco
control (FCTC)
• Global strategy on diet, physical activity and
health
• Pengendalian penyakit kronis tidak
dimasukkan sebagai salah satu target
millenium development goal (MDG)
• The risk factors are widespread
• 388 000 000 people will die in the next 10 years of chronic disease
• Common, modifiable risk factors underlie the major chronic
diseases. These risk factors explain the vast majority of chronic
disease deaths at all ages, in men and women, and in all parts of
the world. They include:
• unhealthy diet;
• physical inactivity;
• tobacco use.
• Each year at least:
• 4.9 million people die as a result of tobacco use;
• 2.6 million people die as a result of being overweight or obese;
• 4.4 million people die as a result of raised total cholesterol levels;
• 7.1 million people die as a result of raised blood pressure.
• The threat is growing
• Deaths from infectious diseases, maternal and
perinatal conditions, and nutritional
deficiencies combined are projected to decline
by 3% over the next 10 years. In the same
period, deaths due to chronic diseases are
projected to increase by 17%. This means that
of the projected 64 million people who will die
in 2015,
41 million will die of a chronic disease – unless
urgent action is taken.
MDG
• 1. Eradikasi kemiskinan dan kelaparan
• 2. Pencapaian pendidikan dasar universal
• 3. Mempromosikan kesamaan jender dan pemberdayaan
perempuan
• 4. Mengurangi kematian anak
• 5. Meningkatkan kesehatan maternal
• 6. Mengatasi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya
• 7. Menjamin kelestarian lingkungan
• 8. Mengembangkan kemitraan global untuk
pengembangan
Perspektif jangka panjang- control
• 1. Penyakit
- Angka kesakitan dan kematian meningkat
2. Faktor risiko
- Prevalensi faktor risiko meningkat
- Faktor risiko terakumulasi sepanjang hidup
3. Kesehatan dan kemiskinan
- Saat faktor risiko berakumulasi dan berinteraksi
dalam hidup, orang miskin menjadi lebih rentan
untuk menjadi sakit
• 4. Demografi
- Meningkatnya proporsi jumlah penduduk berusia
tua
5. Dampak ekonomi
- Biaya yang dibutuhkan meningkat menjadi besar
- Hilangnya masa hidup produktif dari kelompok
produktif
• Mengapa beban penyakit kronis yang jelas
tampak tidak mendapatkan perhatian
sebagaimana mestinya ?
• Ancaman penyakit kronis dianggap lebih kecil,
kurang penting, tidak membahayakan dan
kurang serius dibandingkan dengan penyakit
infeksi.
• 10 mitos atau kesalahpahaman tentang
penyakit kronis
10 widespread misunderstandings about chronic disease
- and the reality

• Several misunderstandings have contributed


to the neglect of chronic disease. Notions that
chronic diseases are a distant threat and are
less important and serious than some
infectious diseases can be dispelled by the
strongest evidence. Ten of the most common
misunderstandings are presented in this
report.
• MISUNDERSTANDING
#1: chronic diseases
mainly affect high
income countries
• Whereas the common
notion is that chronic
diseases mainly affect
high income countries,
the reality is that four
out of five chronic
disease deaths are in
low and middle income
countries.
 MISUNDERSTANDING 2: Negara
berkembang dan miskin harus
mengatasi masalah penyakit infeksi
terlebih dahulu
 Many people believe that low and
middle income countries should
control infectious diseases before
they tackle chronic diseases.
 In reality, low and middle income
countries are at the centre of both old
and new public health challenges.
While they continue to deal with the
problems of infectious diseases, they
are in many cases experiencing a
rapid upsurge in chronic disease risk
factors and deaths, especially in
urban settings. These risk levels
foretell a devastating future burden of
chronic diseases in these countries.
• MISUNDERSTANDING 3: chronic
diseases mainly affect rich
people / penyakit orang kaya
• Many people think that chronic • Contoh kasus
diseases mainly affect rich
people. The truth is that in all
• Facing illness and
but the least developed deepening poverty:
countries of the world, poor Roberto Severino, 52
people are much more likely years old, Brazil (stroke)
than the wealthy to develop
chronic diseases, and • People who are already
everywhere are more likely to poor are the most likely to
die as a result. Moreover, suffer financially from
chronic diseases cause chronic diseases
substantial financial burden,
and can push individuals and • But the burden is even
households into poverty. greater
 MISUNDERSTANDING
4: chronic diseases
mainly affect old
people
 ½ kematian akibat
penyakit kronis terjadi
secara prematur pd org
berusia kurang dari 70
th
 ¼ kematian dialami oleh
orang berusia kurang
dari 60 th
 MISUNDERSTANDING
5: chronic diseases
affect primarily men
 Certain chronic
diseases, especially
heart disease, are often
viewed as primarily
affecting men. The truth
is that chronic diseases,
including heart disease,
affect women and men
almost equally.
• Kematian akibat penyakit jantung koroner pada
tahun 2005: 47% pada perempuan dan 53% pada
laki-laki
• 3,6 jt perempuan diestimasikan meninggal karena
penyakit jantung koroner di duania pada tahun
2005
• Beban wanita yang mengandung, melahirkan dan
sebagai ibu tentu akan semakin berat bila ditambah
penyakit kronis --- Kualitas generasi dan bangsa
 Many people believe that if individuals
develop chronic disease as a result of
MISUNDERSTANDIN unhealthy "lifestyles", they have no one
to blame but themselves. The truth is
G 6: chronic diseases that individual responsibility can have its
are the result of full effect only where individuals have
equitable access to a healthy life, and
unhealthy are supported to make healthy choices.
Governments have a crucial role to play
"lifestyles“ (hanya in improving the health and well-being
dampak perilaku yg of populations, and in providing special
protection for vulnerable groups. This is
tdk sehat) especially true for children, who cannot
choose the environment in which they
More than three live, their diet and their passive
quarters of diabetes- exposure to tobacco smoke. They also
have a limited ability to understand the
related deaths occur long-term consequences of their
in low and middle behaviour. Poor people also have
limited choices about the food they eat,
income countries. their living conditions, and access to
education and health care.
• Tanggung jawab individu terhadap
kesehatannya vs akses terhadap hidup yg
sehat dan dukungan untuk hidup sehat
• - Ketidakmampuan anak-anak untuk memilih
• - Pemahaman yang kurang pada remaja
• - Pilihan yang terbatas untuk orang miskin
• Dukungan pemerintah terhadap pilihan hidup
sehat mengurangi risiko dan ketidak adilan
sosial
• MISUNDERSTANDING 7:
chronic diseases can't be • - 80% of premature
prevented heart disease, stroke
• Adopting a pessimistic and diabetes can be
attitude, some people prevented
believe that there is nothing • Some 3.6 million
that can be done, anyway.
women will die from
• Sebagian besar penyebab
dan FR penyakit kronis coronary heart disease
dapat diketahui in 2005. More than
• Pengendalian FR dapat eight out of 10 of these
mencegah : deaths will occur in low
• - 40 % kematian akibat and middle income
kanker countries.
MISUNDERSTANDING 8: • Some people believe that the solutions
chronic disease prevention for chronic disease prevention and
and control is too expensive control are too expensive to be
feasible for low and middle income
Banyak intervensi peny kronis countries. In reality, a full range of
yg terbukti cost efektif chronic disease interventions are very
cost-effective for all regions of the
world, including sub-Saharan Africa.
Many of these solutions are also
inexpensive to implement. The ideal
components of a medication to
prevent complications in people with
heart disease, for example, are no
longer covered by patent restrictions
and could be produced for little more
than one dollar a month.
• Sebagian besar intervensi tidak mahal
utk diimplementasikan
• HALF-TRUTH 9: “My • For chronic diseases, there
grandfather smoked and are two major types:
was overweight – and he • people with many chronic
lived to 96” disease risk factors, who
• In any population, there nonetheless live a healthy
will be a certain number of (sehat) and long life;
people who do not • people with no or few
demonstrate the typical chronic disease risk factors,
patterns seen in the vast who nonetheless develop
majority. chronic disease and/or die
from complications at a
young age (tdk mendrt dan
• Jmlh tsb sdkt, Apakah kt tdk mati prematur krn peny
termsk klmpk ini? kronis).
"My legs started to hurt in 2001. I couldn't
HALF-TRUTH 10: "Everyone measure my blood sugar and from the
remote slopes of Kilimanjaro, it's difficult to
has to die of something" reach a doctor," he explains. The pain
became much worse and complications that
could have been avoided unfortunately
appeared. Jonas had his right and left legs
• Certainly everyone has to die of amputated in 2003 and 2004. "I now feel
something, but death does not need to doomed and lonely. My friends have left me.
be slow, painful, or premature. Most I am of no use to them and my family
chronic diseases do not result in sudden anymore," he said with resignation before
death. Rather, they are likely to cause dying in his home, on
21 May 2005. Jonas was 65 years old.
people to become progressively ill and
debilitated, especially if their illness is
not managed correctly. Death is
inevitable, but a life of protracted ill-
health is not. Chronic disease
prevention and control helps people to
live longer and healthier lives.
• Dying slowly, painfully and
prematurely: Jonas Kassa
65 years old, Tanzania (diabetes)
A vision for the future:
reducing deaths, improving
lives • While the risk of outbreaks, such as
a new influenza pandemic, will
Chronic diseases can be
require constant vigilance, it is the
prevented and controlled "invisible" epidemics of heart
disease, stroke, diabetes, cancer
• The rapid changes that and other chronic diseases that for
threaten global health the foreseeable future will take the
require a rapid response greatest toll in deaths and disability.
that must above all be However, it is by no means a future
without hope. For another of
forward-looking. The great today's realities, equally well
epidemics of tomorrow are supported by the evidence, is that
unlikely to resemble those the means to prevent and treat
that have previously swept chronic diseases, and to avoid
millions of premature deaths and
the world, thanks to an immense burden of disability,
progress in infectious already exist.
disease control.
• In several countries, the
application of existing knowledge
has led to major improvements in
the life expectancy and quality of
life of middle-aged and older
people.
• For example, heart disease death
rates have fallen by up to 70% in
the last three decades in
Australia, Canada, the United
Kingdom and the United States.
Middle income countries, such as
Poland, have also been able to
make substantial improvements
in recent years.
Taking the first steps

• Every country, regardless of the level of its resources, has the potential to
make significant improvements in chronic disease prevention and control,
and to take steps towards achieving the global goal.
• Resources are necessary, but a large amount can be achieved for little cost,
and the benefits far outweigh the costs. Leadership is essential, and will
have far more impact than simply adding capital to already overloaded
health systems.
• There is important work to be done in countries at all stages of
development. In the poorest countries, many of which are experiencing
upsurges in chronic disease risks, it is vital that supportive policies are in
place to reduce risks and curb the epidemics before they take hold. In
countries with established chronic disease problems, additional measures
will be required, not only to prevent disease, but also to manage illness
and disability.
Framework to monitor and evaluate the
implementation of the Global Strategy on Diet, Physical
Activity and Health

• WHO developed the Global Strategy on Diet, Physical


Activity and Health (DPAS) at the request of the WHO
Member States (World Health Assembly, May 2002,
resolution WHA55.23). The DPAS was endorsed by the
57th World Health Assembly in May 2004 (resolution
WHA57.17). This prevention-based strategy aims to
reduce risk of chronic noncommunicable diseases
across populations by addressing two of the main risk
factors, diet and physical activity, through
comprehensive, multisectoral interventions.
Kanker kolorectal
Ca Cervix
Ca Paru
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai