Anda di halaman 1dari 45

Dasar Elektrokardiogram

Nyoman Aditya Sindunata


FKUPH Departemen
20110710072
Kepaniteraan
Klinik
Kardiologi
Periode 27 Juni - 1 Juli 2016
RSPAD Gatot Soebroto

Definisi
Elektrokardiogram (EKG) : rekaman yang mudah

didapat dari aliran impuls elektrik jantung dan


memberikan banyak informasi tentang struktur dan
fungsi jantung.
Kontraksi jantung mengandalkan aliran impuls

elektrik yang teratur.

EKG 12 sadapan / 12-lead ECG


EKG komplit (12 sadapan) didapatkan dari

perekaman 6 sumbu referensi pada bidang frontal


tubuh (sadapan ekstrimitas / limb leads) ditambah
6 dari bidang transversal (sadapan dada/ prekordial
/ chest leads).

Pemasangan Sadapan EKG

Pemasangan Sadapan
Prekordial

Sadapan Tungkai / Limb Leads


Unipolar : kutub (+) = elektroda; mendekat ,

menjauh

Sadapan

Kutub Positif (+) Elektroda

aVR

Tangan Kanan

aVL

Tangan Kiri

aVF

Kaki Kiri

Bipolar : kutub (+) -> kutub (-); mendekat(+) ,


Sadapan
menjauh(+)

Kutub Positif
(+)

Kutub Negatif
(-)

Tangan Kiri

Tangan Kanan

II

Kaki Kiri

Tangan Kanan

III

Kaki Kiri

Tangan Kiri

Orientasi Sadapan Tungkai

Sistem Referensi Aksial


Didapatkan dari pemasangan
6 limb leads.
Setiap sektor 30o jatuh pada
kutub (+) / (-) dari 6 sadapan.
Kutub (+) sadapan I = Oo,
sesuai konvensi pengukuran
sudut dimulai dari 0o
(clockwise).
Perekaman EKG komplit
menyediakan gambaran
aktivitas listrik jantung, dari
perspektif tiap sumbu
sadapan.

Interpretasi Arah dan Kekuatan


1. Gaya listrik mendekati

kutub (+) = defleksi


2. Gaya listrik menjauhi

kutub (+) = defleksi


3. Besarnya defleksi =>

paralel thd sumbu


Paralel kekuatan
4. Gaya listrik tegak

lurus thd sadapan


tidak merekam
aktivitas (flat)

Sadapan Prekordial

Urutan Aktivasi Kardiak Normal


Konduksi Impuls Jantung (berurutan)
1. Sinoatrial (SA) Node (pertemuan

atrium kanan & v. cava superior)


=menyebar=> atrium Dx & Sn
2. Atrioventricular (AV) Node

delay
3. Bundle of His
4. Bundle Branch Dx & Sn
5. Serat Purkinje
6. Serat Myokardium stimulasi

(depolarisasi & kontraksi)

Interpretasi Aktivasi Kardiak pada EKG


Setiap denyut jantung direpresentasikan pada EKG

sebagai 3 defleksi mayor yang merekam urutan


propagasi listrik.
1. Gelombang P = depolarisasi atrium
. Baseline / flat = delay konduksi (AV node)
2. Kompleks QRS = depolarisasi ventrikel
. Baseline / flat sebentar
3. Gelombang T = repolarisasi ventrikel
. Gelombang U (defleksi kecil tambahan setelah T) =

repolarisasi ventrikel fase lambat

Kompleks QRS
1. Gelombang Q = defleksi pertama dari kompleks

QRS
Jika defleksi pertama , maka kompleks tidak

memiliki Q
2. Gelombang R = defleksi pertama dari kompleks

QRS
Baik ada/tidaknya gelombang Q

3. Gelombang S = defleksi apapun yang mengikuti

Contoh Kompleks QRS

Depolarisasi Ventrikel Normal (aVL & aVF)


A. Keadaan istirahat, permukaan

bermuatan homogen -> tidak ada


aktivitas listrik yang terekam.
B. 1st area depol. (septum ventrikel

sisi kiri) -> menjauhi aVL (defleksi


); mendekati aVF (defleksi ).
C. & D. Depol berlanjut, gaya dari

ventrikel kiri (tebal) melebihi


kanan, vektor listrik ke kiri &
posterior mendekati aVL () &
jauhi aVF ().
E. Penyelesaian depol, homogen ->

(x).

Urutan Depolarisasi (Sadapan Prekordial)


A. D. Depol dimulai dari septum

sisi kiri. Vektor listrik lalu


berlanjut ke posterior mendekati
ventrikel kiri yang tebal.
. V1 (anterior) = defleksi awal,

lalu

. V6 (posterior) = kebalikannya
E. Pada pola normal QRS dari V1

V6, gelombang R secara progresif


lebih tinggi dan gelombang S
kurang dalam.

Interpretation of The ECG


1. Check voltage calibration
2. Heart rhythm
3. Heart rate
4. Intervals (PR, QRS, QT)
5. Mean QRS axis
6. Abnormalities of the P wave
7. Abnormalities of the QRS (hypertrophy, BBB,

infarction)
8. Abnormalities of the ST segment and T wave

Kertas EKG

1. Kalibrasi
Mesin EKG secara rutin menuliskan sinyal vertikal

1.0 mV pada awal / akhir setiap catatan 12


sadapan untuk dokumentasi kalibrasi voltase
mesin.
Normalnya 1mm kotak vertikal = 0,1 mV, sehingga

sinyal kalibrasi merekam defleksi 10mm (1.0 mV).


Pada pasien dengan peningkatan voltase QRS yang

berarti (LVH / BBB), defleksi yang sangat besar


tidak sesuai dengan dokumentasi standar.
Sehingga perekaman secara sengaja dibuat
setengah voltase standar (1mm = 0,2 mV) dan
tinggi sinyal kalibrasi menjadi 5mm (1.0 mV).

2. Ritme Jantung
Sinus (normal) = sinus node
1. Setiap gelombang P diikuti oleh QRS
2. Setiap QRS didahului gelombang P
3. Gelombang P positif pada sadapan I, II dan III
4. Interval PR > 0,12 detik (3 kotak kecil)

Normal sinus rhythm = HR 60 100 bpm


Sinus bradycardia = HR < 60 bpm
Sinus tachycardia = HR > 100 bpm
Ritme abnormal lain = arrhytmias / dysrhytmias

3. Laju Jantung

3. Laju Jantung

3. Laju Jantung

4. Interval (PR, QRS, QT)


Pengukuran dilakukan pada sadapan dengan

interval terlama (interval dapat bervariasi di tiap


sadapan).
Interval PR = awal P awal QRS
Interval QRS = awal akhir kompleks QRS
Interval QS = awal QRS akhir T
Karena interval QT bervariasi dengan HR ( HR,

QT)
Corrected QT interval = QT/R-R
HR normal ( 60 100 bpm) => QT normal <

Interval Elektrokardiografik

5. Mean Aksis QRS


Mean QRS axis merepresentasikan rata2 dari gaya

listrik spontan yang dihasilkan selama urutan


depolarisasi ventrikel sesuai dengan yang diukur
pada bidang frontal.
Normal axis => di antara 30o dan +90o
Left axis deviation < 30o
Right axis deviation > +90o

Diagram Aksis Jantung

Kalkulasi Mean Aksis QRS


1. Periksa sadapan I dan II. Jika QRS dominan (+)

pada keduanya, maka aksis normal dan selesai.


Jika tidak, lanjut.
2. Periksa ke-6 sadapan ekstrimitas dan tentukan

mana yang memiliki QRS paling isoelektrik. Mean


aksis adalah tegak lurus sadpan tersebut.
3. Periksa sadapat yang tegak lurus terhadap

sadapan dengan kompleks isoelektrik. Jika QRS


pada sadapan tegak lurus dominan (+), maka
mean aksis menunjuk pada kutub (+). Jika dominan
(-), maka mean aksis menunjuk pada kutub (-).

6. Kelainan Gelombang P
Gelombang P = depolarisasi atrium kanan secara

cepat diikuti depolarisasi atrium kiri, kedua


komponen hampir saling bertumpukan.
Paling baik divisualisasi pada sadapan II, paling

paralel dengan aliran arus listrik melalui atrium


dari SA ke AV node.
Pembesaran atrium kanan = komponen awal P

lebih besar dari normal (tinggi P > 2,5 mm pada


sadapan II).
P normal (V1) = defleksi (depol atrium kanan

anterior) diikuti defleksi (depol atrium kiri


posterior).

Gelombang P

7. Kelainan Kompleks QRS (Hipertrofi)


Hipertrofi -> chamber

aktivitas listrik.
RVH (gaya kanan >

kiri)
(V1 & V2) > defleksi

(gelombang R > S).


massa -> aksis

(RAD)
LVH (gaya )
(V5, V6, I, aVL) R
(V1 & V2) S

7. Kelainan Kompleks QRS (BBB)


Kerusakan iskemik/degeneratif -> gangguan

konduksi BB kanan/kiri.
(x) depolarisasi (serat Purkinjecepat), melainkan

melalui myosit-myosit (relatif lambat) dari ventrikel


normal.
Memperpanjang depolarisasi dan melebarkan

kompleks QRS. Normal 0,10 detik (2,5 kotak


kecil).
BBB inkomplit : QRS 0,100,12 detik (2,53,0 kotak

kecil).
BBB komplit : >0,12 detik (>3,0 kotak kecil).

RBBB
Depol awal septum ventrikel

(stimulasi LBB) tidak terganggu


sehingga gelombang R kecil normal
(V1) dan gelombang Q kecil (V6).
-> dinding ventrikel kiri, urutan

depol normal (kiri > kanan).


Ventrikel kiri depol sepenuhnya,

penyebaran lambat sel-ke-sel


akhirnya mencapai ventrikel kanan
terblokade.
(V1) R -> S -> R = rabbit

ears

LBBB
Depol awal septum ventrikel tidak

terjadi, sisi kanan septum depol


pertama kali (melalui RBB). Gaya
depol mendekati ventrikel kiri bukan
kanan.
Defleksi awal (V1), (x) normal Q

(V6)
-> depol ventrikel kanan ->

penyebaran lambat sel-ke-sel


mencapai miosit LV.
Konduksi gaya lambat => QRS

melebar + defleksi akhir abnormal


(V5 & V6).

7. Kelainan Kompleks QRS (Q Patologis)


Nekrosis ireversibel

myokardium -> Q
patologis.
Q = hasil dari arus

listrik jaringan
sehat menjauhi
infark ().
Lebih menonjol =

lebar 1 kotak kecil


& dalam >25%
QRS.
Kemunculan =

lokasi infark.

Lokasi Infark Myokardium

Sadapan EKG ~ Daerah Anatomis


Jantung

8. Kelainan Segmen ST & Gelombang


T
Transient Myocardial Ischemia
Segmen ST dan gelombang T paling erat kaitannya

dengan penyakit jantung koroner (PJK). Karena


repolarisasi ventrikel sangat sensitif terhadap
perfusi myokardium, deviasi reversibel segmen ST
dan gelombang T sering ditemukan pada episode
iskemia myokardium sementara.
Temuan (dan/atau):
Depresi segmen ST
Inversi gelombang T

Acute ST Segment Elevation MI (STEMI)


Kelainan awal : elevasi segmen ST, sering kali

dengan peaked appearance T wave. Sel


myokardium masih bisa hidup dan gelombang Q
belum terbentuk. Pada pasien yang sukses
reperfusi, segmen ST kembali ke baseline dan
urutan perubahan selanjutnya tidak terjadi.
Pada pasien yang tidak sukses reperfusi, dalam

beberapa jam, kematian miosit berujung pada


hilangnya amplitudo gelombang R dan gelombang
Q patologis mulai terekam pada sadapan EKG di
atas daerah infark.

Acute ST Segment Elevation MI (STEMI)


Selama hari ke-1 dan 2 infark, segmen ST tetap

elevasi, gelombang T inversi dan gelombang Q


makin dalam.
Beberapa hari kemudian, elevasi segment ST

kembali ke baseline, tatapi gelombang T tetap


inversi.
Beberapa minggu / bulan setelah infark, segmen

ST dan gelombang T kembali normal, tetapi


gelombang Q menetap, tanda permanen MI.
Jika elevasi segmen ST menetap beberapa minggu

kemudian, terbentuk bulging fibrotic scar


(aneurisme ventrikular) pada lokasi infark.

Evolusi EKG STEMI Akut

Acute Non-ST Segment Elevation MI


(NSTEMI)
NSTEMI terjadi karena acute partially occlusive

coronary thrombus.
Sadapan letak myokardium infark = ST depresi / T

inversi.
Besarnya kerusakan myokardium NSTEMI < STEMI,

sering melibatkan lapisan subendokardial dari


myokardium.
Alhasil, gelombang Q patologis tidak terbentuk

karena sisa sel masih yang dapat hidup dapat


menghasilkan aktiv. listrik.

Kondisi Mengubah Repolarisasi Myosit

Summary of Sequence of ECG


Interpretation

Fin~

Anda mungkin juga menyukai