Oleh :
Nurul Amirah R
(10119210034)
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam airway manajemen terdapat tiga jenis airway definitif yaitu: pipa
orotrakeal, pipa nasotrakeal, dan airway surgical (krikotiroidotomi atau
trakeostomi). Penentuan pemasangan airway definitif didasarkan pada
penemuan-penemuan klinis antara lain adanya apnea, ketidakmampuan
mempertahankan airway yang bebas dengan cara-cara yang lain, kebutuhan
untuk melindungi airway bagian bawah dari aspirasi darah atau vomitus,
ancaman segera atau bahaya potensial sumbatan airway, adanya cedera kepala
1
yang membutuhkan bantuan nafas (GCS<8), ketidakmampuan mempertahankan
oksigenasi yang adekuat dengan dan pemberian oksigen tambahan lewat masker
wajah ATLS (Advance Trauma Life Support, 2008). Manajemen jalan napas pra-
rumah sakit merupakan komponen utama system emergency medical service
(EMS) di seluruh dunia, yang harus dikendalikan dengan baik dalam tindakan
resusitasi. Pengembangan eknik dan peralatan manajemen jalan napas pra-rumah
sakit yang berbeda mencerminkan evolusi triase pra-rumah sakit dan
penatalaksanaan emergency (Jacobs,Grabinsky 2014). Pengendalian jalan napas
yang tidak baik telah diidentifikasi menjadi penyebab kecacatan bahkan
kematian yang dapat dicegah pada pasien trauma dan henti jantung. Cara
penanganan jalan napas yang efektif harus tercapai sebelum pasien tiba di rumah
sakit, hal ini tidak mudah serta beberapa hal masih controversial (Lockey DJ,
Crewdson K, Louis HM 2014).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Hidung
a. Trakea
4
Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada korban
tidak sadar. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan kehilangan kekuatan
ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini
mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Pada kasus-kasus
tertentu, korban membutuhkan bantuan pernapasan. Sebelum diberikan
bantuan pernapasan, jalan napas korban harus terbuka. Pemeriksaan Jalan
Napas :
Gambar 2. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini
dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan
5
gigi bawah berada di depan barisan gigi atas. Atau gunakan ibu jari ke
dalam mulut dan bersama dengan jari-jari lain tarik dagu ke depan.
Gambar 3. Tangan kanan melakukan Chin lift (dagu diangkat) dan tangan kiri
melakukan head tilt. Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan Jaw thrust
6
4. Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin dan mudah dimasukkan
5. Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit (ke palatal)
6. Masukkan separuh, putar lengkungan mengarah ke bawah lidah.
7. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.
8. Yakinkan lidah sudah tertopang dengan pipa orofaring dengan melihat
pola napas, rasakan dan dengarkan suara napas pasca pemasangan.
7
Gambar 5. Pemasangan pipa nasopharing
c. Pipa Endotracheal (EET) untuk intubasi
Alat dan bahan :
1. Pipa orofaring berbagai ukuran
2. Pipa orotrakea berbagai ukuran
3. Pipa orotrakea berbagai ukuran
4. Pipa nasotrakea berbagai ukuran
5. Bag-valve-mask
6. Slang oksigen dan tangki oksigen
7. Pegangan laringoskop dan baterai
8. Daun laringoskop berbagai ukuran dan lampu cadangan
9. Plaster
10. Stetoskop
11. Pelumas pipa endotrakea
12. Semprotan anestetik lokal untuk nasal
13. Semirigid cervical collar
14. Magill forcep
15. Stylet (introducer) pipa ndotrakea yang dapat dibengkokkan
16. Spatula lidah
17. Sarung tangan
18. Gause kering
19. Suction
20. Pipa suction kaku dan lentur
Indikasi :
Dilakukan pada penderita gagal napas
Cara :
8
Persiapan awal
1. Periksa semua kelengkapan alat
Ventilasi bag-valve-mask
1. Pilih ukuran masker yang cocok dengan wajah penderita
2. Hubungkan selang oksigen dengan alat bag-valve-mask dan atur aliran
oksigen sampai 12 L/menit.
3. Pastikan jalan napas penderita bebas dan tetap dipertahankan dengan
teknik yang telah dijelaskan pada bab lain.
4. Pasang pipa orofaring
5. Tangan kiri memegang masker sedemikian rupa sehingga masker
rapat ke wajah penderita dan pastikan tidak ada udara yang keluar dari
sisi masker pada saat bag dipompa. Tangan kanan memegang bag dan
memompa sampai dada penderita (boneka) terlihat mengembang.
6. Bila dilakukan oleh dua orang : satu orang memegang masker dengan
kedua tangan dan satu orang lagi memegang bag (kantong) dan
memompa dengan kedua tangan.
7. Kecukupan ventilasi dinilai dengan melihat gerakan dada penderita
(boneka).
8. Ventilasi diberikan tiap 5 detik.
9
Gambar 7. Ventilasi bag-valve-mask dengan dua tangan
10
Gambar 8. Intubasi Endotracheal (EET)
d. Krikotiroiditomi
Alat dan bahan :
1. Sarung tangan
2. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas
3. Spoit 12 cc cc 2 buah
4. Lidokain 2 %
5. Perlengkapan Jet insufflasi : Pipa berbentu Y , dimana satu lubangan
dihubungkan dengan ogsigen dan tabung oksigen
6. Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 2 buah
7. Gause steril atau pembalut steril
8. Salep antibiotik
9. Plester atau pita kain
10. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.
Indikasi :
1. Bila ada sumbatan jalan napas atas yang nyata
2. Bila usaha memberikan napas bantu (ventilasi ) dengan bag-valve-
mask gagal dilakukan.
Cara :
1. Hubungkan selang oksigen dengan salah satu lubang pipa Y dan
pastikan oksigen mengalir dengan lancar melalui selangnya
2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc
3. Desinfeksi daerah leher dengan antiseptik
11
4. Palpasi membrana krikoidea, sebelah anterior antara kertilago tiroid
dan krikoid. Pegang trakea dengan ibu jari dan telunjuk dengan tangan
kiri agar trakea tidak bergerak ke lateral pada waktu prosedur.
5. Dengan tangan yang lain (kanan) tusuk kulit pada garis tengah
(midline) di atas membran krikoidea dengan jarum besar ukuran 12
sampai 14 yang telah dipasang pada semprit. Untuk memudahkan
masuknya jarum maka dapat dilakukan incisi kecil di tempat yang
akan ditusuk dengan pisau ukuran 11.
6. Arahkan jarum dengan sudut 45 ke arah kaudal, kemudian dengan
hati-hati tusukkan jarum sambil mengisap semprit. Bila teraspirasi
udara atau tampak gelembung udara pada semprit yang terisi aquades
menunjukkan masuknya jarum ke dalam lumen trakea.
7. Lepas semprit dengan kateter IV, kemudian tarik mandrin sambil
dengan lembut mendorong kateter ke arah bawah.
8. Sambungkan ujung kateter dengan salah satu ujung slang oksigen
berbentuk Y
9. Ventilasi berkala dapat dilakukan dengan menutup salah satu lubang
slang oksigen berbentuk Y yang terbuka dengan ibu jari selama 1
detik dan membukanya selama 4 detik. Tindakan seperti ini dapat
bertahan selama 30 sampai 45 detik.
12
Gambar 9. Krikotiroiditomi
e. Needle Thoracostomy
Alat dan bahan :
1. Sarung tangan
2. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas
3. Spoit 12 cc cc 2 buah
4. Lidokain 2 %
5. Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 2 buah
6. Gause steril atau pembalut steril
7. Cairan nacl 0,9 % steril
8. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.
Indikasi :
Pada kasus tension pneumotoraks
Cara :
1. Periksa semua kelengkapan alat
2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc yang telah diisi air kira-
kira 5 ml.
3. Desinfeksi daerah dada yang akan ditusuk dengan antiseptik.
4. Identifikasi daerah sela iga dua di daerah pertengahan clavicula. Bila
pasien sadar bisa disuntikkan anestesi local.
5. Tusukkan jarum yang telah dihubungkan dengan spoit di bagian atas dari
kosta tiga hingga keluar udara ditandai dengan adanya gelembung pada
air di spoit.
6. Evaluasi ulang pernapasan pasien, apakah ada perbaikan atau tidak
13
Gambar 10. Needle Thoracostomy
14
Gambar 11. Back blow/back slap
16
belikat secara hati-hati dan cepat sebanyak 5 kali pukulan.
3. Balikkan dan lakukan hentakan pada dada sebagaimana melakukan
pijat jantung luar sebanyak 5 kali.
4. Pada neonatus tidak boleh melakukan cara diatas, hanya dilakukan
dengan alat penghisap (suction)
17
Gambar 15. Chest thrust pada wanita hamil
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung
paru (RJP).
19
DAFTAR PUSTAKA
20