Oleh :
Nurul Amirah R
10119210034
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
i
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….……………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Transportasi pasien atau memindahkan pasien dari satu tempat ketempat lain
seringkali diperlukan, namun perlu diingat bahwa pasien dengan sakit yang kritis
tidak mempunyai atau hanya mempunyai sedikit cadangan fisiologik. Sehingga
pemindahan pasien kritis dapat menimbulkan masalah yang besar. Alasan itulah maka
pemindahan pasien kritis memerlukan perencanaan yang cermat serta pengawasan
yang ketat.
Pemindahan pasien kritis dengan aman didasarkan atas 5 pedoman yaitu
perencanaan, sumber daya manusia, peralatan, prosedur, lintasan. Dalam
mengkategorikan pasien terdiri dari transportasi intra mural (pemindahan dalam satu
lingkup RS) dan transportasi ekstra mural (pemindahan di luar RS). Pemindahan
ekstra mural ada 3 jenis pemindahan, yang pertama pre RS (primer) dari tempat
kejadian ke RS, inter RS (sekunder) pemindahan dari RS ke RS lain dan International
jarak lebih dari 5.000km. Kategori transportasi lainnya ada transportasi
neonatus/anak, transportasi pada pasien yang mengalami kecelakaan sewaktu
menyelam, transportasi pasien ICU pada saat kebakaran.
Transportasi pasien antar ruangan maupun transportasi pasien dari kendaraan
atau sebaliknya merupakan salah satu keterampilan yang wajib dimiliki setiap
perawat terutama dalam kasus kegawatdaruratan, karena itu perawat memiliki
peranan penting dalam transportasi pasien. Tidak semua orang dapat melakukan
transportasi kecuali petugas kesehatan maupun orang yang telah mendapat pelatihan
tentang transportasi pasien. Tidak jarang transportasi pasien dilakukan oleh bukan
petugas kesehatan baik saat pasien pertama kali datang ke Rumah Sakit maupun akan
dipindahkan dari ruangan ke ruangan lain dan tidak jarang pula transportasi pasien
dilakukan oleh perawat dengan tidak memenuhi standar prosedur operasional. Standar
1
prosedur operasional (SPO) transportasi pasien merupakan hal yang wajib dipatuhi
dan dilakukan agar memperlancar tugas perawat sebagai dasar hukum bila terjadi
penyimpangan serta mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah
dilacak . Standar prosedur operasional transportasi pasien meliputi tahap persiapan
alat, tahap persiapan pasien dan tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan transportasi
pasien terbagi menjadi dua yaitu pelaksanaantransportasi pasien dari brankar ke
tempat tidur dan dari kursi roda ke tempat tidur.
Menurut Nelson et al (2003), Royal College of Nursing (2003) dan Waters et
al (2007), kecelakaan saat transportasi pasien antara tempat tidur dan kursi, antara
tempat tidur dan brankar, merubah posisi pasien di tempat tidur, merubah posisi
pasien di kursi roda dan mencoba berdiri ketika dalam posisi duduk disebabkan oleh
ketidakseimbangan tubuh pasien dengan tidak adanya tumpuan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Persiapan Transportasi1
1. Penderita
Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita
tersebut siap (memenuhi syarat) untuk ditransportasikan, yaitu:
Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi – resusitasi :
bila diperlukan
Perdarahan dihentikan
Luka ditutup
Patah tulang di fiksasi
2. Tempat Tujuan
Tempat dan tujuannya sudah jelas.
3. Sarana Alat
4. Personil
5. Penilaian Layak Pindah: Kondisi stabil
3
C. Prinsip Dasar Transport Pasien
Prinsip dasar pemindahan pasien ada banyak prinsip yang dapat dijadikan
panduan dalam perawatan pra rumah sakit, namun aspek yang utama adalah "Do
Not Further Harm" atau “Jangan Membuat Cedera Semakin Parah" dicetuskan
oleh Hypocrates dan dijadikan panduan mulai dari penyakit sampai ke ruang
operasi (ruang perawatan) hingga pasien pulang.1
Syarat utama dalam mengangkat penderita tentulah fisik yang prima,
yang juga terlatih dan dijaga dengan baik. Jika anda melakukan
pengangkatan dan pemindahan dengan tidak benar, maka ini dapat
mengakibatkan cedera pada penolong. Apabila anda melakukan cara
pengangkatan yang tidak benar ini setiap hari, mungkin akan timbul penyakit
yang menetap. Penyakit yang umum adalah nyeri pinggang bagian bawah (
low back pain), dan ini dapat timbul pada usia yang lebih lanjut.
1. Posisi tulang punggung lurus / tetap tegak
Bayangkan bahwa tubuh anda adalah sebuah menara, tentu saja dengan
dasar yang lebih lebar daripada bagian atas. Semakin miring menara itu,
semakin mudah runtuh. Karena itu berusahalah untuk senatiasa dalam posisi
tegak, jangan membungkuk ataupun miring.
2. Gunakan otot paha untuk mengangkat, bukan punggung
Untuk memindahkan sebuah benda yang berat, gunakan otot dari tungkai,
pinggul da bokong, serta ditambah dengan kontraksi otot dari perut karena
beban tambahan pada otot-otot ini adalah lebih aman. Jadi saat
mengangkat jangan dalak keadaan membungkuk, punggun harus lurus.
3. Gunakan Otot fleksor ( otot untuk menekuk, bukan otot untuk
meluruskan)
Otot Fleksor lengan maupun tungkai lebih kuat daripada otot Ekstensor.
4
Karena itu saat mengangkat dengan lengan, usahakan telapak tangan
menghadap kearah depan.
4. Jarak antara kedua lengan dan tungkai selebar bahu
Saat berdiri sebaiknya kedua kaki agak terpisah, selebar bahu. Apabila
cara berdiri kedua kaki jaraknya terlalu lebar akan mengurangi tenaga,
apabila terlalu rapat akan mengurang stabilitas. Jarak kedua tangan dalam
memegang saat mengangkat (misalnya saat mengangkat tandu ), adalah
juga selebar bahu. Jarak kedua tangan yang terlalu rapat akan mengurangi
stabilitas benda yang akan diangkat, jarak terlalu lebar akan mengurangi
tenaga mengangkat.
5. Dekatkan Beban dengan Badan
Usakan sedapat mungkin agar titik berat beban sedekat mungkin dengan
tubuh anda. Cedera punggung mungkin terjadi ketika anda menggapai
dengan jarak jaun untuk mengangkat sebuah benda.
5
pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board
pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans dijalankan.
6. Melonggarkan pakaian yang ketat.
7. Periksa perbannya.
8. Periksa bidainya.
9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
10. Naikkan barang-barang pribadi, tenangkan pasien.
6
yang tepat ke posisi lateral atau prone di tempat tidur
1) Pindahkan pasien dari ke posisi yang berlawanan
2) Letakan tangan pasien yang dekat dengan perawat ke dada dan
tangan yang jauh dari perawat, sedikit kedapan badan pasien
3) Letakan kaki pasien yang terjauh dengan perawat menyilang di atas
kaki yang terdekat
4) Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan pasien
5) Tempatkan tangan perawat di bokong dan bantu pasien
6) Tarik badan pasien
7) Beri bantal pada tempat yang diperlukan.
7
BAB III
SIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA