Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


“TRANSPORTASI”

Disusun Oleh:
Kelompok 1 Kelas A2-2019

1. Maghfira Nurisra Abadi 131911133015

2. Rani Widya Ningrum 131911133016

3. Diva Avilamozsa Herninda 131911133091

4. Firda Yasmin Muntas 131911133171

5. Fitriati 131911133172

6. Callista Dora Islamey Pasya 131911133173

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
TINJAUAN TEORI
TRANSPORTASI
A. Definisi

Istilah evakuasi dapat diartikan luas atau sempit, istilah evakuasi korban diartikan sebagai
upaya memindahkan korban ke pusat pelayanan kesehatan atau tempat rujukan lainnya
agar korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut. Evakuasi korban
merupakan kegiatan memindahkan korban dari lokasi kejadian menuju ke tempat aman,
sehinggga akhirnya korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut.
(Ramsi,et al ,2014).
B. Tujuan
1. Memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman. 
2. Menyelamatkan nyawa
3. Mencegah dan meminimalisir kecacatan
C. Syarat Korban untuk Dapat Dievakuasi

1. Penilaian awal sudah dilakukan lengkap, dan keaadan umum korban dipantau terus.

2. Denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal.

3. Perdarahan yang sudah diatasi dan dikendalikan.

4. Patah tulang yang ada sudah ditangani.

5. Mutlak tidak ada cedera.

6. Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan korban

D. Hal yang harus diperhatikan bagaimana kondisi korban pada saat diberi tindakan
(Wartatmo,et al, 2017)
1. Keamanan korban pada saat evakuasi, apakah jaraknya jauh atau dekat, seorang
penolong harus cepat mengambil keputusan amankah korban selama dalam
pemindahan/ perjalanan atau tambah menderita.
2. Peralatan yang digunakan memadai atau tidak, jika tidak memadai dalam menunjang
evakuasi maka penolong harus mengupayakan peralatan atau menunda evakuasi.
3. Menjaga kestabilan kondisi selama evakuasi. Pastikan bahwa perdarahan sudah
terkontrol, patah tulang sudah diimobilisasi, luka sudah ditutup dengan kain//kassa dan
tata letak korban sudah sesuai. 
4. Kecepatan korban sampai ke rumah sakit dengan tetap memperhatikan keamanan dan
kestabilan korban.
5. Pengawasan dan pengamatan kondisi korban selama dalam perjalanan.

E. Macam-macam situasi pemindahan penderita (Wartatmo,et al,2017)

1. Pemindahan Darurat (Emergency)

Terdapat 3 situasi yang memerlukan penerapan pemindahan darurat.

a. Tempat kejadian berbahaya. Bahaya mengharuskan untuk memindahkan


penderita dengan cepat untuk melindungi penolong dan penderita. Hal ini dapat
terjadi jika terdapat lalu lintas yang tidak terkontrol, api atau ancaman api,
kemungkinan ledakan, bahaya listrik, gas beracun atau radiasi.
b. Perawatan kondisi yang mengancam hidup memerlukan resusitasi. Penolong
mungkin harus memindahkan penderita ke permukaan yang keras dan rata untuk
melakukan RJP atau penolong mungkin harus memindahkan penderita untuk
menolong perdarahan yang mengancam hidup.
c. Penolong harus menolong penderita lain. Jika ada penderita lain pada tempat
kejadian yang memerlukan perawatan untuk masalah yang mengancam hidup,
penolong mungkin harus memindahkan penderita lain untuk memeriksa penderita
dengan kondisi yang mengancam hidup.
2. Pemindahan mendesak (urgency)

Pemindahan mendesak diperlukan ketika penderita harus dipindahkan dengan cepat


untuk mengatasi bahaya yang mengancam hidup, namun tidak seperti pemindahan
darurat, pemindahan ini dilakukan dengan tindakan pencegahan cedera tulang
belakang. Contoh kondisi dimana pemindahan mendesak diperlukan antara lain:
a. Perawatan kondisi penderita memerlukan pemindahan. Penderita harus
dipindahkan untuk memperbaiki pernafasan yang tidak adekuat atau mengobati
shock atau gangguan status kejiwaan.

b. Faktor faktor pada tempat kejadian menyebabkan kondisi penderita menurun. Jika
kondisi penderita menurun dengan cepat karena panas atau dingin, misalnya, dia
harus mungkin dipindahkan.
c. Memindahkan penderita ke papan spinal yang panjang, juga disebut papan
(longspineboard), merupakan pemindahan mendesak yang digunakan ketika
terdapat bahaya yang mengancam hidup dan kecurigaan cedera spinal. Jika
penderita telentang pada tanah, maneuver log roll (menggulingkan) harus
dilakukan untuk memindahkan penderita ke samping. Papan spinal kemudian di
tempatkan di dekat tubuh penderita lalu di gulingkan kembali ke papan. Setelah
penderita aman dan diimobilisasi ke papan spinal, papan dan penderita diangkat
bersamaan ke tandu dan dimasukkan ke ambulans.
3. Pemindahan tidak mendesak

Ketika tidak ada bahaya yang mengancam hidup, penderita harus dipindahkan ketika
transportasi sudah tersedia, menggunakan pemindahan tidak mendesak. Pemeriksaan
pada tempat kejadian dan perawatan pada tempat kejadian yang diperlukan, seperti
pembidaian, harus dilakukan terlebih dahulu. Pemindahan tidak mendesak harus
dilakukan untuk mencegah cedera atau cedera tambahan pada penderita dan untuk
menghindari ketidaknyamanan dan nyeri.
F. Prinsip Pemindahan Korban (Ramsi,et al, 2014)

Sebelum melakukan pemindahan harus sudah dipastikan bahwa korban tidak mengalami
cidera spinal, cidera tulang tengkorak, dan gegar otak. Teknik pemindahan sendiri terbagi
menjadi 2 bagian yaitu berdasarkan Jumlah Penolong dan Jenis Penggunaan Alat.

Teknik Pemindahan Berdasarkan Jumlah Penolong:

1. Teknik evakuasi oleh satu penolong

Sebelum melakukan pemindahan harus sudah dipastikan bahwa korban tidak


mengalami cidera spinal, cidera tulang tengkorak, dan gegar otak.

Teknik-Teknik lain yang dilakukan yaitu:


a. Teknik Menarik Korban
Teknik ini dapat digunakan untuk memindahkan korban dalam jarak dekat.
Pastikan permukaan tanah cukup rata agar tidak menambah luka.
Cara drag (drag = diseret) (Amiruddin, 2010)

 Jongkoklah di belakang pasien bantu pasien sedikit/setengah duduk. Atur


kedua lengan pasien menyilang dadanya.
 Susupkan kedua lengan penolong di bawah ketiak kiri dan kanan pasien dan
gapai serta pegang kedua pergelangan tangan pasien.
 Secara hati-hati tarik/seret tubuh pasien ke belakang sembari penolong
berjalan jongkok ke belakang.
 Bila pasien kebetulan memakai jaket buka semua kancingnya, balik bagian
belakang jaketnya, tarik dan seret hati-hati bagian belakang

Perhatikan : Cara-cara ini tidak digunakan pada pasien dengan cedera pundak,
kepala dan leher.
Teknik menarik lainnya yaitu:
a) Menarik kemeja korban (shirt drag)
Bagian kemeja yang ditarik adalah bagian punggung
belakang. Jika terlalu depan, terdapat risiko kemeja
lepas dan mencekik korban
b) Menarik ketiak korban (shoulder drag)
 Tempatkan kedua tangan pada masing- masing
ketiak korban.
 Tarik korban perlahan.
c) Menarik dengan selimut (blanket drag)
Tempatkan bahan tertentu sebagai alas, seperti kain
selimut, kardus, dan sebagainya.
d) Mengusung melalui lorong sempit (fire fighter drag)
 Tangan korban diikat dan digantungkan di leher
penolong.
 Cegah kepala korban agar tidak terseret di tanah dengan menggunakan
satu tangan atau menggantungkannya

b. Teknik Mengangkat Korban (Carry)


Teknik ini dipakai untuk memindahkan korban dengan jarak sedang atau cukup
jauh. Dengan teknik ini, penolong dapat sedikit lebih menghemat tenaga sebab
tidak perlu membungkukkan badan, tetapi harus menopang keseluruhan berat
badan korban. Untuk itu pertimbangkan kekuatan angkat dan berat badan korban.
1) Gendong punggung (piggy back carry)
Untuk korban sadar tetapi tidak dapat berdiri, dapat dipindahkan dengan
mengendong korban di belakang penolong.
 Posisi tangan penolong dapat menopang
pantat atau pengunci kedua lengan korban.
 Jongkoklah didepan pasien dengan
punggung menghadap pasien. Anjurkan
pasien meletakkan kedua lengannya
merangkul di atas pundak penolong. Bila dimungkinkan kedua tangannya
saling berpegangan di depan pada penolong
 Gapai dan peganglah paha pasien, pelan-pelan angkat ke atas menempel
pada punggung penolong
2) Mengangkat depan atau memapah (Craddle Carry)
Korban yang sadar tetapi lemas, tidak dapat berjalan, dan tangan hanya dapat
menggantung pasif ke leher penolong, sebaiknya dipindahkan dengan cara
membopong
 Jongkoklah di belakang pasien letakkan satu lengan penolong merangkul
di bawah punggung pasien sedikit di atas
pinggang.
 Letakkan lengan yang lain di bawah paha
pasien tepat pelipatan lutut. Berdirilah
pelan-pelan dan bersamaan mengangkat
pasien.
3) Menjulang
Teknik menjulang dilakukan untuk penolong
satu orang dan diperlukan pergerakan yang cepat
atau menempuh jarak jauh. Posisi ini akan
membuat penolong lebih leluasa untuk bergerak.
c. Teknik menopang (Cruth)
1) Memapah 1 orang (one rescuer crutch)
Jika masih dapat berjalan meskipun sedikit, maka
korban dapat dibantu dengan memapahnya. Tangan
korban dirangkulkan di pundak penolong, salah satu
tangan penolong memegang pinggang korban untuk
mengantisipasi jika korban pingsan atau mendadak
lemas. Cara Human Crutch (papah rangkul)
(Amiruddin, 2010).
 Berdiri di samping pasien di sisi yang cedera atau yang lemah,
rangkulkan satu lengan pasien pada leher penolong dan gaitlah tangan
pasien atau pergelangannya.
 Rangkulkan tangan penolong yang lain dari arah belakang menggait
pinggang pasien. Tahan kaki penolong yang berdekatan dengan pasien
untuk mendampingi pasien, sedang kaki penolong yang jauh dari pasien
maju setapak demi setapak.
 Bergeraklah pelan-pelan maju. Selanjutnya tarik pelan-pelan gulungan
yang ada di arah kepala agar terbuka mengalasi tubuh pasien bagian atas
sedang gulungan yang ada di arah kaki tarik ke bawah agar terbuka
mengalasi tubuh pasien bagian bawah.
 Selundupkan kedua tongkat masingmasing di kiri dan kanan tepi kanvas
yang sudah dilipat dan dijahit.
 Angkat & angkut pasien hati-hati.
2) Teknik Evakuasi oleh dua penolong
Korban diangkat dengan menggunakan tangan sebagai
tandu Cara ditandu dengan kedua lengan penolong
(Amiruddin, 2010) Pasien didudukkan.
 Kedua penolong jongkok dan saling berhadapan
di samping kiri dan kanan pasien lengan kanan
penolong kiri dan lengan kiri penolong kanan
saling menyilang di belakang punggung pasien.
Menggapai dan menarik ikat pinggang pasien.
 Kedua lengan penolong yang menerobos di bawah pelipatan lutut pasien,
saling bergandengan dan mengait dengan cara saling memegang
pergelangan tangan.
 Makin mendekatlah para penolong. Tahan dan atur punggung penolong
tegap. Angkatlah pasien pelan-pelan bergerak ke atas.
3) Teknik evakuasi lebih dari dua penolong
Yang perlu diperhatikan adalah posisi korban yang dipertahankan agar tetap
sesuai aksis punggungnya.

Teknik Pemindahan Berdasarkan Penggunan Alat


1. Teknik penggunaan papan spinal panjang (long spinal board)
Korban cedera spinal harus diusung dengan menggunakan papan spinal panjang (long
spinal board). Korban yang harus mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih
lanjut, dibawa ke rumah sakit atau tempat rujukan lain. Pada keadaan ketika kendaraan
tidak dapat menjangkau lokasi, evakuasi korban dengan tandu darurat merupakan
sebuah alternatif yang penting. Evakuasi korban dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara dan berbagai macam sarana, tergantung dari jumlah penolong, sarana
yang ada, rute yang dilalui, keadaan korban, dan segalanya.
a. Traksi manual pada cedera spinal
 Posisikan kedua tangan penolong
 Lakukan traksi (tarikan) ke arah ujung kepala dengan mantap dan lembut

 Pertahankan traksi, jaga kepala dalam posisi netral sejajar dengan tulang
belakang

b. Pemasangan collar pada posisi telentang

 Berlututlah di atas kepala korban

 Jari jari berada pada dasar tengkorak, sisi palmar menghadap kepala

 Lakukan traksi (tarikan) dengan lembut.

 Pasangkan collar

 Teruskan mempertahankan kestabilan leher dan kepala

c. Memindahkan korban ke tandu spinal

1) Oleh dua penolong:

 Penolong A melakukan teknik pembukaan jalan napas dan


mempertahankannya serta melakukan traksi manual ketika penolong B
memasang Collar

 Penolong A menstabilkan kepala korban, sementara penolong B melapisi


tandu spinal dan menempatkannya dekat korban. Satukan kaki korban dan
ikat menggunakan ikatan delapan.

 Penolong B meluruskan lengan korban disamping kepalanya dan penolong


tersebut berlutut sejajar pinggul korban. Penolong A memberi aba-aba
memiringkan korban, dan lakukan secara bersama-sama sebagai satu
kesatuan. Penolong B kemudian menarik tandu sehingga tepat berada di
samping korban.

 Korban secara berhati-hati digulingkan sehingga berada diatas tandu.


Satukan tangan korban dan ikat, kemudian fiksasi korban dengan tali yang
sudah tersedia pada tandu tersebut.

 Korban secara berhati-hati digulingkan sehingga berada diatas tandu.


Satukan tangan korban dan ikat, kemudian fiksasi korban dengan tali yang
sudah tersedia pada tandu tersebut.

2) Oleh empat penolong

 Penolong A melakukan traksi manual dan membuka jalan napas


menggunakan teknik modified jaw-trust. Penolong B memasang cervical
collar menglingkari leher korban, sementara penolong A mempertahankan
traksi manual.

 Tandu ditempatkan di samping korban, jika mungkin lapisi tandu tersebut


pada daerah leher, pinggang, lutut, dan pergelangan kaki untuk membantu
mengisi ronggga antara tubuh korban dan tandu

 Penolong D menyatukan kaki korban dengan mengikatnya

 Tiga orang penolong (B, C, D) berlutut pada sisi korban berlawanan dengan
sisi yang ada tandunya. Buat jarak antara korban untuk memiringkan
korban ke arah mereka. Tempatkan satu orang penolong di daerah bahu,
satu orang di pinggang dan satu orang lagi pada lutut korban. Penolong A
tetap mempertahankan posisi kepala

 Penolong A mengontrol pergerakan. Penolong yang berada sejajar bahu


korban meluruskan lengan korban di sisi kepalanya untuk persiapan
memiringkan korban.

 Penolong A memberi aba-aba tiga penolong yang lain untuk menempatkan


tangan mereka pada posisinya:

- Penolong yang sejajar bahu menempatkan satu tangan dibawah bahu


korban dan tangan yang lain di bawah lengan korban.
- Penolong yang sejajar pinggang menempatkan satu tangan di bawah
pinggang korban dan tangan yang lain berada di bawah bokong
korban
- Penolong yang sejajar lutut korban menempatkan satu tangan di
bawah paha korban bagian bawah dan tangan yang lain di bawah
pertengahan betis korban.

 Penolong A mempertahankan traksi manual pada kepala dan leher.


Mengikuti gerakan tiga penolong yang lain ketika korban dimiringkan.
Lakukan dengan hati-hati dan gerakkan korban sebagai satu kesatuan.

 Penolong yang sejajar dengan pinggang melepaskan tangannya dari tubuh


korban dan menggapai tandu yang berada di hadapannya, kemudian
menarik tandu mendekati korban.

 Penolong A memberi aba-aba mengembalikan korban ke tandu spinal

 Fiksasi tubuh korban pada tandu tersebut, satukan pergelangan tangan


korban dan ikat. Penolong A tetap mempertahankan kepala dan leher
korban

 Pasang selimut tebal di bawah kepala korban, kemudian gulung kedua sisi
selimut ke atah kepala korban

 Kemudian fiksasi selimut tersebut menggunakan mitela

 Kirim korban ke rumah sakit beserta tandu


spinalnya sebagai satu kesatuan

G. Alat yang Digunakan Untuk Evakuasi

Peralatan pengangkut penderita merupakan peralatan mekanis


dan semua tenaga kesehatan harus tahu bagaimana
menggunakan peralatan ini. Kesalahan pada penggunaan peralatan ini dapat menyebabkan
cedera pada diri si penolong dan penderita.

1. Tandu Beroda (Wheeled Strecher)

Tandu ini merupakan alat yang pada semua ambulans.


Terdapat banyak merk dan tipe tandu beroda ini, namun
tujuannya semua sama untuk memindahkan penderita
dengan aman dari satu tempat ke tepat lain, biasanya pada posisi berbaring. Kepala
tandu dapat di naikkan, yang akan sangat menguntungkan pada beberapa penderita.
2. Tandu Portabel
Tandu portabel atau tandu lipat dapat menguntungkan pada kejadian dengan banyak
korban (kejadian dengan banyak penderita). Tandu dapat terbuat dari kanvas,
aluminium, atau plastik keras dan biasanya dapat dilipat atau dikempiskan.
3. Kursi Tangga
Kursi tangga memiliki banyak keuntungan dalam memindahkan penderita dari tempat
kejadian ke tandu. Keuntungan pertama adalah, seperti namanya, kursi tangga ini
bagus digunakan pada tangga.

Tandu besar sering tidak bisa dibawa ke sudut yang sempit atau naik turun tangga yang
sempit. Kursi tangga memindahkan penderita pada posisi duduk, yang dapat
mengurangi Panjang penderita dan alat, memungkinkan penolong untuk bergerak di
sekitar sudut dan melalui ruang yang sempit. Alat ini ideal untuk penderita dengan
kesulitan bernafas. Penderita seperti ini biasanya harus duduk tegak untuk bernafas
lebih mudah dan kursi tangga memungkinkan penderita untuk
melakukannya. Kursi tangga tidak boleh dilakukan pada
penderita dengan cedera leher atau spinal karena penderita ini
harus diimmobilisasi terlentang dengan papan untuk mencegah
cedera lebih lanjut.
4. Tandu Sekop (scoop strechter).
Alat ini disebut dengan tandu sekop karena terbagi menjadi 2 bagian secara vertical
dan penderita dapat di sekop dengan mendorong sebagian
alat ke bawah penderita. Tandu sekop tidak memberikan
perlindungan langsung pada bagian bawah spinal penderita
dan tidak direkomendasikan pada penderita dengan
kecurigaan cedera spinal.
5. Papan Spinal
Terdapat 2 tipe papan spinal atau papan punggung: panjang (long spine board) dan
pendek (short spine board). Alat ini digunakan pada penderita yang ditemukan
berbaring atau berdiri dan harus diimmobilasi. Perlatan ini terbuat dari kayu tradisional
dan juga plastik tahan pecah. Papan spinal pendek digunakan terutama untuk
memindahkan penderita dari
kendaraan ketika dicurigai ada
cedera leher atau spinal.
6. Tandu Keranjang
Dapat digunakan untuk memindahkan penderita satu tingkat ke tingkat lainnya atau
melewati tanah yang kasar. Keranjang harus dilapisi
dengan selimut sebelum memposisikan penderita.

7. Tandu Fleksibel
Terbuat dari kanvas atau bahan berkaret atau bahan fleksibel lainnya. Seringkali
dengan rangka kayu dipasnag pada kantungnya dan ketiga pegangan pada setiap sisi.
Karena fleksibelnya alat ini dapat berguna pada daerah yang terpencil atau sempit.
SOP
TRANSPORTASI
A. Memindahkan pasien ke ambulan

1. Pada saat ambulance datang, anda harus mampu menjangkau pasien sakit atau cedera
tanpa kesulitan, memeriksa kondisinya, melakukan prosedur penanganan emergensi di
tempat pasien atau korban terbaring, dan kemudian memindahannya ke ambulance.
2. Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi yang berbahaya atau pasien
yang memerlukan prioritas tinggi maka proses pemindahan pasien harus didahulukan
sebelum menyelesaikan proses pemeriksaan dan penanganan emergensi diselesaikan.
3. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan secara manual dan
penyangga leher (cervical collar) harus dipasang dan pasien harus diimobilisasi di atas
spinal board.
4. Pemindahan pasien ke ambulance dilakukan dalam 4 tahap berikut

a) Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien.

b) Stabilisasi pasien untuk dipindahkan

c) Memindahan pasien ke ambulance

d) Memasukkan pasien ke dalam ambulance

5. Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak memburuk.

6. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera diselesaikan, benda yang
menusuk harus difiksasi, dan seluruh balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien
diletakkan di alat pengangkut pasien.
7. Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan cedera yang sangat
buruk atau korban yang telah meninggal. Pada prinsipnya, kapanpun seorang pasien
dikategorikan dalam prioritas tinggi, segera transpor dengan cepat.
8. Berikan selimut kepada pasien membantu menjaga suhu tubuh, mencegah paparan cuaca,
dan menjaga privasi.
9. Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali pengikat untuk menjaga
posisi pasien tetap aman. Yang pertama diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi
pinggang atau panggul, dan yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang digunakan
empat tali pengikat di mana dua tali disilangkan di dada.
10. Jika penderita/korban tidak mungkin diangkut dengan tandu misalnya pada penggunaan
spinalboard dan hanya bisa diletakkan di atas tandu/tandu ambulance (ambulance
stretcher), maka disyaratkan untuk menggunakan tali kekang yang dapat mencegah
pasien tergelincir ke depan jika ambulance berhenti mendadak.

B. Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi

1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar, bisa bernafas
tanpa kesulitan setelah diletakan di atas tandu. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan
alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran aliran yang
cukup saat diletakkan di atas tandu.
2. Amankan posisi tandu di dalam ambulance. Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI
aman selama perjalanan ke rumah sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci
yang mencegah roda tandu brgerak saat ambulance tengah melaju.
3. Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulance, pasien harus
diamankan dengan kuat ke tandu. Perubahan posisi di dalam ambulance dapat dilakukan
tetapi harus disesuaikan dengan kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien tak sadar
yang tidak memiliki potensi cedera spinal, ubah posisi ke posisi recovery (miring ke sisi)
untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan. Pada pasien dengan kesulitan
bernafas dan tidak ada kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman bila ditransport
dengan posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci.
Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap diimobilasasi dengan spinal board dan
posisi pasien harus diikat erat ke tandu.
4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan digunakan ketika
pasien siap untuk dipindahkan ke ambulance, sesuaikan kekencangan tali pengikat
sehingga dapat menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat
mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan menyebabkan nyeri.
5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi pasien cenderung
berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board pendek atau papan RJP di
bawah matras sebelum ambulance dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu membuang
banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan papan seandainya jika benar terjadi
henti jantung.
6. Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan
pernafasan. Longgarkan dasi dan sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher.
Luruskan pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan
tindakan apapun, jelaskan dahulu apa yang akan Anda lakukan dan alasannya, termasuk
memperbaiki pakaian pasien.
7. Periksa perbannya. Perban yang telah di pasang dengan baik pun dapat menjadi longgar
ketika pasien dipindahkan ke ambulance. Periksa setiap perban untuk memastikan
keamanannya. Jangan menarik perban yang longgar dengan enteng. Perdarahan hebat
dapat terjadi ketika tekanan perban dicabut secara tiba-tiba.
8. Periksa bidainya. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama pemindahan ke
ambulance. Periksa perban atau kain mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada
tempatnya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih tetap
terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi bagian distal, fungsi
motorik, dan sensasinya.
9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Bila tidak ada cara lain
bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke rumah sakit,biarkan mereka
menumpang di ruang pengemudi-bukan di ruang pasien- karena dapat mempengaruhi
proses perawatan pasien. Pastikan mereka mengunci sabuk pengamannya.
1. 10.Naikkan barang-barang pribadi. Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi pasien
lainnya dibawa serta, pastikan barang tersebut aman di dalam ambulan. Jika barang
pasien telah Anda bawa, pastikan Anda telah memberi tahu polisi apa saja yang dibawa.
Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. 11.Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien ketika
dinaikkan ke ambulance. Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan pasien dengan cara
yang simpatik. Perlu diingat bahwa mainan seperti boneka beruang dapat berarti banyak
untuk menenangkan pasien anak yang ketakutan. Senyum dan nada suara yang
menenangkan adalah hal yang penting dan dapat menjadi perawatan kritis yang paling
dibutuhan oleh pasien anak yang ketakutan.
3. 12.Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulance telah siap diberangkatkan, beri
tanda kepada pengemudi untuk memulai perjalanan ke rumah sakit. Jika yang Anda
tangani ini adalah pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan, melonggarkan pakaian,
memeriksa perban dan bidai, menenangkan pasien, bahkan pemeriksaan vital sign dapat
ditangguhkan dan dilakukan selama perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi
menunda transportasi pasien ke rumah sakit.

C. Perawatan Pasien selama perjalanan

1. Lanjutkan perawatan medis emergensi selama dibutuhkan. Jika usaha bantuan


hidup (life support) telah dimulai sebelum memasukkan pasien ke dalam
ambulance, maka prosedur tersebut harus dilanjutkan selama perjalanan ke rumah
sakit. Pertahankan pembukaan jalan nafas, lakukan resusitasi, berikan dukungan
emosional, dan lakukan hal lain yang diperlukan termasuk mencatat temuan baru
dari usaha pemeriksaan awal (initial assesment) pasien.
2. Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar dan Anda telah
mempertimbangkan bahwa perawatan emergensi selanjutnya tidak akan
terganggu, maka Anda dapat mulai mencari informasi baru dari pasien.
3. Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign. Peningkatan
denyut nadi secara tiba-tiba misalnya, dapat menandakan syok yang dalam. Catat
vital sign dan laporkan perubahan yang terjadi pada anggota staf bagian
emergensi segera setelah mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian ulang vital
sign setiap 5 menit untuk pasien tidak stabil dan setiap menit untuk pasien stabil.]
4. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan anda. Berikan informasi hasil
pemeriksaan dan penanganan pasien yang sudah Anda lakukan, dan beri tahu
perkiraan waktu kedatangan anda.
5. Periksa ulang perban dan bidai.

6. Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan emosi anda. Bercakap-cakap terkadang


berguna untuk menenangkan pasien yang ketakutan.
7. Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk menghentikan
ambulance sementara anda melakukan Resusitasi dan memberikan AED
(Automatic external defibrilator). Beri tahu pengemudi untuk menjalankan
ambulance lagi setelah memastikan bahwa henti jantung telah teratasi. Pastikan
bahwa IGD mengetahui adanya henti jantung. Adalah hal yang sangat membantu
jika Anda memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras di antara matras
pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko tinggi mengalami henti
jantung.

D. Memindahkan pasien ke Instalasi Gawat Darurat

1. Dampingi staf IGD bila dibutuhkan dan berikan laporan lisan atas kondisi pasien.
Informasikan setiap perubahan kondisi pasien yang telah Anda amati.
2. Segera setelah tidak lagi menangani pasien, siapkan laporan perawatan pra rumah sakit.

3. Serahkan barang-barang pribadi pasien ke pihak rumah sakit.. Jika bendabenda berharga
pasien dipercayakan penuh pada penjagaan anda, segera serahkan kepada staf IGD yang
bertanggung jawab.
4. Minta diri untuk meninggalkan rumah sakit. Bertanyalah kepada dokter atau perawat IGD
apakah layanan anda masih dibutuhkan.
REFERENSI

Lembaga Chakra Brahmanda Lentera. (2019). Modul Praktikum Keperawatan Gawat


Darurat. Diakses pada 24 Agustus 2022 melalui
https://www.researchgate.net/publication/343441013_MODUL_PRAKTIKUM_KE
PERAWATAN_GAWAT_DARURAT
Lestari, Tina. (2020). Studi Literatur Pengaruh Pelatihan Evakuasi Korban dengan Metode
Simulasi terhadap Keterampilan Skill Evakuasi dan Transportasi Korban
Kecelakaan Lalu Lintas pada Anggota Pemadam Kebakaran. Diakses pada 25
Agustus 2022 melalui
https://eprints.umbjm.ac.id/1176/4/4.%20BAB%202%20SKRIPSI%20TINA%20L
ESTARI.pdf

Anda mungkin juga menyukai