Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dan mengerti
tentang “Asuhan Keperawatan Pielonefritis”. Meskipun banyak tantangan dan hambatan yang kami
alami dalam proses pengerjaanya, tetapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah meluruskan penulisan
makalah ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara langsung maupun tidak langsung
memberikan kontribusi positif dalam proses pengerjaannya. Kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
makalah kami ini untuk kedepanya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi peningkatan proses belajar
mengajar dan menambah pengetahuan kita bersama. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung
dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien
ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga
terhindar dari kecacatan atau kematian.
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat.
Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat
sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan
oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga
memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan
menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan
kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat
penting dilakukan secara efektif dan efisien.
Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat telah
mengantisipasi hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei
sekunder.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu Airway Breathing
Management.
2. Tujuan Khusus
a. Pengelolaan Jalan Nafas (Airway Management) dengan Menggunakan Alat
b. Tindakan Pembebasan Jalan Nafas (Airway Management) dengan Tanpa
Menggunakan Alat
c. Mengeluarkan benda asing pada saluran nafas
d. Penatalaksanaan Gangguan Ventilasi
e. Foreign Body Airway Obstruction (FBAO) / Sumbatan Karena Benda Asing
pada Jalan Nafas
f. Pengelolaan Fungsi Pernafasan (Breathing Management) dengan Pernafasan
Buatan

BAB II

AIRWAY BREATHING MANAGEMENT

A. Anatomi Sistem Pernapasan


Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Saluran pernapasan terbagi atas beberapa bagian
yaitu:
1. Saluran Nafas Bagian Atas
a. Rongga hidung
Merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi (terdiri dari:
Psedostrafied ciliated columnar epithelium) yang berfungsi menggerakkan
partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan
disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi
melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi
menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha. Kemudian
udara akan diteruskan ke:
b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius).
c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat
pangkal lidah).
d. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan).
Udara yang masuk akan mengalami proses penghangatan dan pelembapan.
Pada korban yang tidak sadar, lidah akan terjatuh kebelakang rongga mulut.
hal ini dapat menyebabkan gangguan pada airway. Lidah pada bayi lebih besar
secara relatif sehingga lebih mudah menyumbat airway.
2. Saluran Nafas Bagian Bawah
a. Laring Terdiri dari Tulang rawan krikoid, Selaput/pita suara, Epilotis, Glotis.
b.
b. Trakhea: Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin
tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran
fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus. Pada bayi, trakea
berukuran lebih kecil, sehingga tindakan mendongakan kepala secara
berlebihan (hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada airway.
c. Bronkhi: Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan
ini disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan
trachea. Bronchus kanan bercabang menjadi: lobus superior, medius, inferior.
Brochus kiri terdiri dari : lobus superior daninferior
d. Epiglotis: Trakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun yang berukuran
kecil yang dinamakan epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup laring pada
saat makanan atau minuman masuk melalui mulut, sehingga akan diteruskan
ke esofagus. Tetapi, pada keadaan tertentu seperti trauma atau penyakit,
refleks ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga dapat terjadi
masuknya benda padat atau cair ke laring yang dapat mengakibatkan tersedak.
3. Alveoli
Terdiri dari: membran alveolar dan ruang interstisial. Membran alveolar:
a. Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli
b. Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan
surfactant.
c. Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling
berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga
endotel
d. Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh: endotel kapiler,
epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.
Aliran pertukaran gas: Proses pertukaran gas berlangsung sebagai berikut:
alveoli epitel alveoli « membran dasar « endotel kapiler « plasma « eitrosit.
Membran « sitoplasma eritrosit « molekul hemoglobin. Surfactant: Mengatur
hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan normal surfactant ini akan
menurunkan tekanan permukaan pada waktu ekspirasi, sehingga kolaps alveoli
dapat dihindari.
4. Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darah vena-vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan
mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali ke
ventrikel kiri.
5. Bronkus dan Paru
Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis,
bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik .Pada
alveolus akan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.
6. Rongga dan Dinding Dada
Rongga ini terbentuk oleh:
a. Otot-otot interkostalis
b. Otot -otot pektoralis mayor dan minor
c. Otot- otot trapezius
d. Otot-otot seratus anterior/posterior
e. Kosta- kosta dan kolumna vertebralis
f. Kedua hemi diafragma.
Yang secara aktif mengatur mekanik respirasi.
B. Jalan Napas ( Airway )
Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung
dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Sehingga Penilaian jalan
napas (Airway) pada korban yang pertama kali adalah:
1. Mendengarkan apakah ada suara nafas tambahan?
2. Apakah jalan nafas terbuka
3. Lindungi C-spin

Tanda-tanda sumbatan pada jalan nafas yaitu :

1. Bagian atas
a. Snoring: suara seperti orang ngorok dimana pangkal lidah yang jatuh ke
belakang.
b. Gurgling: seperti orang berkumur dimana dikarenakan adanya cairan atau
darah.
c. Stridor: terjadi karena uap panas atau gas yang mengakibatkan mukosa
bengkak ataupun jalan nafanya menjadi kasar.
2. Bagian bawah
a. Rales
b. Wheezing: seperti suara biola dimana mengalami penyempitan di bronkusnya.
c. Stridor
C. Pengelolaan Jalan Nafas
1. Oropharyngeal Tube
Ada yang menyebutnya sebagai oropharingeal airway, ada yang menyebutnya
mayo tube, atau ada juga yang menyebutnya dengan istilah gudel.
a. Pengertian
Memasang oropharingeal tube adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan
oksigen dengan membebaskan jalan nafas melalui pemasangan oropharingeal
tube melalui rongga mulut ke dalam pharing.
b. Tujuan
1) Membebaskan jalan nafas
2) Mencegah lidah jatuh atau melekat pada dinding posterior pharing
3) Memudahkan penghisapan lendir
c. Langkah-langkah Pelaksanaan
1) Persiapan pasien dan keluarga
a) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
b) Menjelaskan prosedur tindakan termasuk selama pemasangan oropharing
tube pasien tidak diperbolehkan makan dan minum
c) Memberikan posisi sesuai kebutuhan
2) Alat-alat
a) Oropharingeal tube sesuai kebutuhan
b) Kassa steril 2 buah
c) Plester dan gunting
d) Nierbekken
e) Spatel lidah
f) Handschoen
3) Lingkungan
Menjaga privacy pasien.
4) Perawat
a) Mencuci tangan
b) Menilai keadaan umum pasien
c) Mengukur tanda-tanda vital
d) Mengobservasi pola nafas
5) Pelaksanaan
a) Perawat memakai handschoen
b) Membuka mulut pasien, tahan lidah dengan menggunakan tongue spatel
c) Bersihkan mulut dengan kassa steril
d) Masukkan oropharing tube melalui rongga mulut dengan ujung mengarah ke
palatum, setelah masuk dinding belakang pharing lalu putar oropharingeal
tube 180º sampai posisi ujung mengarah ke oropharing
e) Lakukan fiksasi dipangkal oropharing tube dengan plester tanpa menutup
lubang oropharing tube
f) Berikan posisi yang nyaman
g) Rapikan pasien dan alat-alat
h) Buka handschoen dan cuci tangan
i) Membuat catatan keperawatan meliputi:
 Keadaan umum pasien

 Tindakan dan hasil setelah dilakukan

 Tanda-tanda vital

 Pola nafas

CATATAN:

1) Oropharingeal tube tidak boleh dipasang pada pasien sadar.


2) Oropharingeal tube dipasang pada pasien yang tidak sadar atau pada
pasien dengan penurunan kesadaran.
3) Pada pasien yang dilakukan pemasangan oropharing tube harus
dilakukan oral hygiene.
4) Ukuran oropharingeal: disesuaikan dengan mengukur panjang
oropharingeal dari mulut ke mandibula atau sesuai ukuran:
a) Kode 00 untuk bayi kecil/premature.
b) Kode 0 untuk bayi.
c) No. 1 untuk anak usia 1-3 tahun.
d) No. 2 untuk anak usia 3-8 tahun.
e) No. 3 untuk usia 8 tahun.
f) No. 4 dan 5 untuk dewasa.

Anda mungkin juga menyukai